17 Februari 2023

A.    Devinisi Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah suatu penyelidikan filosofis mengenai dasar – dasar pengetahuan ilmiah dan cara bagaimana memperolehnya.Jadi untuk penyelidikan yang lebih mendalam. Jika ilmuwan yang berbeda – beda menyelidiki  obyek dan problem khusus dari pada ilmunya, maka juga dimungkinkan untuk menyelidiki sendiri lebih dalam  kegiatan ilmiah itu.

Ada berbagai definisi tentang filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie ( 1991 ), dapat dikutipkan sebagai berikut :

1.      Robert Ackermann : Filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat – pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan  terhadap pendapat – pendapat masa lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran – ukuran yang dikembangkan  dari pendapat – pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya.

2.      Lewis White Beck : 

Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode – metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

3.      A. Cornelius Benyamin :

Filsafat ilmu adalah telaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, khususnya metode –metodenya, konsep – konsepnya dan praanggapan – praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang – cabang pengetahuan intelektual.

4.      Stephen R. Toulmin :

Filsafat ilmu mencoba menjelaskan unsure – unsure yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah, prosedur – prosedur pengamatan, pola – pola perbincangan, metode – metode penggantian dan perhitungan, praanggapan – praanggapan metafisis, dan selanjutnya menilai landasan – landasan bagi kesalahannya dari sudut – sudut logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.

5.      May Brodbeck :

Filsafat ilmu adalah analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.

Pokok karya filsafat ilmu yaitu menanyakan secara metodologis tentang asas  -asas   yang menjadi pangkal berpijak ilmu untuk membenarkan tuntutannya sebagai pengetahuan yang bersifat ilmiah. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dalam lingkungan ilmu itu sendiri dan juga tidak dalam suatu refleksi ilmiah terhadap ilmu. Untuk lebih mengetahui, ada baiknya perlu dibahas tentang ruang lingkup yang termasuk dalam kajian filsafat ilmu.

1.      Ontologi

Ontologi adalah menjelaskan pertanyaan “apa”, oleh karena itu, ontologi merupakan azaz dalam menetapkan batas ruang lingkup wujud dan menjadi objek penelaahan searta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika). Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat itu, hakekat kebenaran dan kenyataan yang menjadi satu kesatuan dengan pengetahuan tersebut. Pada hakekatnya, antologi adalah usaha menjawab pertanyaan apakah yang ada? Bagaimana dan dimanakah yang ada tersebut?.[1]

2.      Epistimologi

Jujun menjelaskan bahwa epistimologi adalah cara mendapatkan pengetahuan yang benar. [2]Epistimologi berusaha menjelaskan bagaimana membedakan sesuatu yang benar dan salah. Verivikasi atau validitas kebenaran ini yang berusaha dijawab oleh epistimologi.

3.      Aksiologi

Aksiologi dalam istilah filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari kaca mata ke-filsafat-an. Aksiologi meliputi nilai-nilai yang ditimbulkan dari ilmu pengetahuan tersebut, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau keyakinan itu.[3] 

B.     Metodelogi Penelitian

Dalam penelitian ilmiah terdapat dua paradigma penelitian yang sering digunakan, baik secara sendiri-sendiri, maupun se­cara bersama-sama. Kedua para­dig­ma penelitian itu adalah para­digma kuantitatif, dan paradigma kualitatif. Kedua paradigma tersebut sering menjadi perdebatan di kalangan para pakar, apakah keduanya itu paradigma atau jenis atau pendekatan, atau bahkan metode dan teknik penelitian. Perbedaan itu se­mesti­nya tidak berkepanjangan manakala kita melihatnya dari sudut pandang yang sama. Per­beda­an itu juga tidak akan se­makin tajam manakala kita me­ngem­balikannya pada akar filo­so­fis yang menjadi landasan­nya, sedang­kan paradigma kualitatif pada umumnya ber­landas­kan pada filosofi fenomenologik Edmund Husserl.

Secara terminology, metodologi penelitian atau metodologi riset (science researct atau method), metodologi berasal dari kata methodology, maknanya Ilmu yang menerangkan metode-metode atau cara-cara. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris “research” yang terdiri dari kata “re” (mengulang) dan search (pencarian, pengajaran, penelusuran, penyelidikan atau penelitian) maka research berarti berulang melakukan pencarian.Metodologi penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.[4]

1.      Kualitatif

a.       Pengertian

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan sekaligus dari perilaku-perilaku yang dapat diamati. Sedangkan Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwa.[5] beberapa istilah yang di­gunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, per­spektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago School, feno­meno­logik, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 1995: 2)[6].

Jadi dalam pengertian ini penelitian kualitatif merupakan pengamatan yang ada kaitannya dengan kondisi sosial didalam masyarakat. Baik kepincangan sosial, kekerasan, tindak kriminal dan lain sebagainya yang ada hubungannya dengan kehidupan sosial.

Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mengetahui aktualitas, realitas sosial dan persepsi manusia melalui pengakuan mereka yang mungkin tidak dapat di­ungkap melalui penonjolan pengukuran formal atau pertanya­an penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Para peneliti kualitatif meyakini bahwa untuk me­mahami gejala sosial yang paling tepat adalah apabila mereka mampu memperoleh fakta pendukung yang sumbernya ber­asal dari persepsi dan ungkapan dari para pelaku itu sendiri.

Penelitian kualitatif juga berusaha untuk menampilkan “sebuah episode kehidupan” yang didokumen­tasi­kan dalam setting (latar) yang alami, yang meng­gambarkan sesuatu: sedekat mungkin sama dengan keadaan senyatanya; bagaimana orang merasakan apa yang mereka ketahui; dan apa yang mereka lakukan, mereka percayai, dan menjadi bagian hidup mereka.[7]

b.      Ciri-ciri Kualitatif

Ada beberapa ciri yang dapat diungkap dan diuraikan disini mengenai penelitian kualitatif, yaitu:

1)      Berhubungan dengan sejarah, yang bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dengan mengumpulkan, menilai, memferivikasi dan mensintesiskan bukti untuk mnetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan, seringkali dalam hubungan hipotesis tertentu.[8]

2)      Bergantung pada kemampuan peneliti dalam mempergunakan instrumen (alat) yang tidak merubah situasi sewajarnya, menjadi situasi yang berbeda dari yang berlangsung sehari-hari dilingkungan sumber datanya.

3)      Bersifat deskriptif, yang dipergunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat

4)      Dalam penelitian kualitatif, baik proses maupun hasilnya sama pentingnya. Proses penelitian penting artinya dalam memberikan keyakinan pada tingkat validitas, reliabelitas dan obyektivitas hasil penelitian. Sedang hasil penelitian penting artinya dilihat dari bobotnya dalam pengembangan disiplin ilmu atau kemanfaatannya bagi kehidupan manusia. Hasil yang berbobot hanya akan diperoleh melalui proses penelitian yang dapat dipercaya.

5)      Analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris.

6)      Bersifat menyeluruh, Penelitian kualitatif memandang bahwa keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting daripada satu-satu bagian.[9] Artinya data yang ada disekitar baik yang sudah terkumpul ataupun yang belum semuanya adalah informasi (data) yang tak bisa begitu saja diabaikan salah satunya dari beberapa data yang mungkin dianggap lebih penting. Sebab antara satu data dengan data lainnya saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan.

Beberapa karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1995: 27-30) adalah:

1)      Penelitian kualitatif memiliki setting (latar) alamiah sebagai sumber data langsung dan peneliti merupakan instrumen kunci.

2)      Penelitian kualitatif bersifat deskriptif

3)      Peneliti kualitatif lebih memberikan perhatian pada proses daripada hasil.

4)      Peneliti kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif

5)      “Makna” merupakan perhatian utama bagi pendekatan kualitatif.

Kalau kita mencoba untuk menoleh kebelakang, sebenarnya banyak penulis yang melacak asal usul metode kualitatif bahwa itu bermula dari kajian Frederick LePlay tentang keluarga-keluarga dan masyarakat Eropa pada abad 19. Beberapa penulis sebenarnya berargumentasi bahwa riset LePlay merupakan permulaan dari sebuah riset sosiologi yang ilmiah.[10]  Hanya saja ini tidak terlalu penting untuk dibahas. Sebab yang lebih utama adalah pemahaman dan sekaligus penerapan atau aplikasi dari metode yang sudah ada. Walaupun sejarah itu juga penting untuk diketahui. Akan tetapi bukan berarti hal ini mau menafikan historis dari penelitian kualitatif itu sendiri.

2.      KUANTITATIF

a.       Pengertian

Para­dig­ma kuantitatif berlandas­kan pada filosofi posi­tivis­tik Auguste Comte, yang mencoba menerapkan metodo­logi penelitian yang lazim dilakukan dalam ilmu-ilmu penge­tahuan alam ke dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Yang menolak metaphisik dan teologik. Atau setidaknya mendudukkan metaphisik dan teologik sebagai sesuatu yang primitif.[11]

Pengertian dari penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan apa yang ingin kita ketahui. Pada umumnya penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan juga sebagai penelitian deskriptif.[12] Maka penelitian ini bisa dikatakan hanya sekedar pendeskripsian (pemaparan) persoalan yang diteliti. Dan biasanya penelitian seperti ini pemaparannya dengan menggunakan angka-angka. Tidak dengan cara filosofis atau penalaran, tetapi dengan memakai angka statistik yang nampak begitu gamblang dipaparkan. Sehingga orang yang membaca hasil penelitian tersebut mudah untuk memahaminya.

Kuantitatif juga bertujuan untuk menguji suatu teori yang menjelaskan tentang hubungan antara kenyataan sosial. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah teori yang ditetapkan didukung oleh kenyataan atau bukti-bukti empiris atau tidak. Dengan demikian, proses penelitiannya mengikuti proses berpikir deduktif, yakni diawali dengan penentuan konsep yang abstrak berupa teori yang masih umum sifatnya kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan bukti-bukti atau kenyataan khusus untuk pengujian. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, ia kemudian diambil suatu kesimpulan.

Tujuan pokok dari metodologi Kuantitatif itu bukan menjelaskan suatu persoalan, akan tetapi sebagai upaya generalisasi, yaitu suatu pernyataan kebenaran yang terjadi didalam suatu realitas tentang suatu masalah yang diperkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Penelitian ini adalah dengan cara mengambil sebagian dari obyek untuk diteliti dan kemudian kesimpulan dari data itu dianggap berlaku untuk semua obyek penelitian dalam suatu komunitas tertentu. Kuantitatif bertujuan untuk menguji suatu teori yang menjelaskan tentang hubungan antara kenyataan sosial.[13] Hanya saja yang perlu digaris bawahi adalah bahwa rancangan atau konsep itu telah dibuat sebelumnya dan segala sesuatu yang ada dilapangan harus juga disesuaikan dengan apa yang menjadi konsep tersebut.

Dalam penelitian kuantitatif, prosedur dan langkah-langkah, misalnya teknik pemilihan subyek yang akan dilibatkan, penetapan instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data, serta teknik analisis data yang akan dikumpulkan secara detail telah ditetapkan terlebih dahulu oleh seorang peneliti sebelum pelaksanaannya. Dengan demikian, dalam tahap pelaksanaannnya peneliti tersebut hanya mengikuti prosedur yang telah ditetapkan tersebut secara konsisten.[14] Apapun yang terjadi dilapangan harus tetap disesuaikan dengan apa yang sudah menjadi rancangan semula. Obyek harus dipaksa dan diintimidasi bagaimanapun caranya supaya sesuai dengan konsep yang ditetapkan semula.

Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti yang menggunakan metode kuantitatif harus membuat beberapa keputusan sebagai tahap awal untuk menentukan desain penelitiannya. Tahapan tersebut dilakukan dalam dua langkah sebagai proses penalaran deduktif.

1)      Peneliti harus menentukan konstrak. Karena masih bersifat abstrak konstrak tersebut kemudian dijabarkan kedalam konsep yang kurang abstrak dengan cara memilih variabel yang secara logis dideduksi untuk mencerminkan konstrak.

2)      Peneliti memilih amatan-amatan (observations) yang secara deduktif dapat dihubungkan dengan variabel.[15] Yang menjadi kekhawatiran adalah amatan tersebut tidak sesuai denan variabel yang telah dipilih. Maka tidak jarang, jika hal ini terjadi, setelah penelitian selesai dilaksanakan hasilnya tidak begitu mendalam. Dan hanya berkisar pada persoalan-persoalan kulitnya saja. Sehingga jika keadaannya sudah demikian adanya, maka yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah fungsi dari sebuah penelitian? Padahal penelitian itu salah satu fungsinya adalah untuk merubah suatu keadaan kepada yang lebih baik dari sebelumnya.

Pendekatan Penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan logika hopotetiko verifikatif. Pendekatan tersebut dimulai dengan berpikir deduktif[16] untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian dilapangan. Kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris. Dengan demikian penelitian kuantitatif lebih menekankan pada indeks-indeks dan pengukuran empiris. Peneliti kuantitatif merasa mengetahui apa yang tidak diketahui sehingga desain yang dikembangkannya selalu merupakan rencana kegiatan yang bersifat apriori dan definitif.[17]

Metode penelitian kuantitatif biasanya menggunakan angket dalam pelaksanaan atau penggalian datanya. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah cara atau langkah-langkah untuk memilih individu-individu yang akan dijadikan informan. Sebab sangat tidak mungkin sekali kalau semua personal akan dilibatkan secara langsung sebagai informan. Dalam menentukan hal itu ada cara-cara yang sudah ditetapkan. Dan yang terpilih untuk menjadi informan itulah yang biasa disebut dengan sampel penelitian yang mewakili semuanya.

b.      Ciri-ciri

Ciri-ciri dari penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

1)      Diolah dengan menggunakan rumus-rumus statistik.  Sebagaimana telah dijelaskan diatas. Dalam penelitian kuantitatif memang biasa menggunakan rumus statistik sebagai ciri khas yang dimilikinya. Dan dengan seperti itu metode penelitian ini secara otomatis akan mempergunakan angka-angka. Walaupun tidak berarti penelitian kuantitatif adalah metode yang penghitungannya menggunakan angka. Itu hanya suatu kebiasaan saja.

2)      Landasan berfikir dari penelitian ini dengan menggunakan logika deduktif.

3)      Metodologi penelitian kuantitatif membatasi sejumlah tata fikir logik tertentu, yaitu: korelasi, kausalitas, dan interaktif.[18] Tidak bebas seperti tata fikir yang yang ada dalam kualitatif. Dalam kuantitatif penggunaan tata fikir itu terbatas dan terbatas  hanya pada yang tiga tersebut. 

C.    Relevansi Filsafat Ilmu dan Metodelogi Penelitian

Berangkat dari tujuan filsafat ilmu, sebagai proses pemahaman total terhadap lahir dan berkembangnya ilmu pengetahuan di berbagai macam bidang[19], metodelogi penelitian memainkan peran signifikannya yang bekerja beriringan dengan filsafat ilmu.

Dalam ranah ontologi, metode penelitian berperan dalam beberapa hal berikut :

1.      Membahas apa yang ingin diketahui.

2.      Suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.

3.      Objek yang di telaah Ilmu adalah sesuatu yang berberada dalam jangkauan pengalaman manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang di uji indra manusia yang berorientasi empiris.

4.      saat proses penelitian menggunakan metode Kuantitatif dan kualitatif. 

Ketika memasuki ranah epistimologi, kebersamaan antara filsafat ilmu dan metodelogi penelitian tampak dalam hal berikut :

1.      Membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan

2.      Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses metode.

3.      Hakekat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan dengan sifat terbuka dan menjunjung tinggi kebenaran diatas segala-galanya.

Selanjutnya pada tahapan aksiologi, sumbangsih metodelogi penelitian dapat terlihat pada :

1.      Membahas tentang manfaat yang di peroleh manusia dari pengetahuan yang didapatkanya.

2.      Analisa tentang penerapan hasil-hasil temuan Ilmu pengetahuan

Dari paparan singkat di atas telihat relevansi antara filsafat ilmu dan metodelogi penelitian dalam rangka mencari kebenaran ilmiah. 

BAB III

Kesimpulan

Sebagai penutup dari makalah ini, ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari paparan di atas.

1.      Fisafat ilmu adalah suatu ilmu yang membahas dan mengavaluasi metode-metode pemikiran ilmiah secara keseluruahan.

2.      Metodelogi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Metodelogi penelitian tebagi menjadi dua, (1) kualitatif, dan (2) kuantitatif.

3.      Filsafat ilmu dan metodelogi penelitian memiliki peran besar dalam rangka menghasilkan ilmu pengetahuan – ilmu pengatahuan baru. Hal tersebut dapat dilihat dari tahapan-tahapan filsafat ilmu dan metodelogi penelitian yang saling berkaitan antara satu dan lainnya.

  

Daftar Pustaka

A. Strauss dan J. Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Lagkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2003.

Bachtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pres, 2010.

Bachtiar,Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu dakwa. Jakarta: Perpustakaan Nasional 1997

Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Muhadjir,Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1998.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta, 1997.

Zainudin, M. Filsafat ilmu Prespektif Pemikiran Islam.  Lintas Pustaka, tt

www.bebas.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-MIS/2005/93/93-3-Summary_Artikel3_Kel93.pdf.

 



[1] M. Zainudin, Filsafat ilmu Prespektif Pemikiran Islam (Lintas Pustaka, tt), 24

[2] Ibid, 25

[3] Ibid, 34

[4] Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu dakwa (Jakarta : Perpustakaan Nasional 1997), 1

[5] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta; Rineka Cipta, 1997),36

[7] A. Strauss dan J. Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Lagkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2003), 13-14

[8] M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, (Jakarta; Ghalia Indonesia, 2002), 22

[9] Margono, Metodologi  Penelit... 38-42

[10] A. Strauss dan J. Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualit... 23.

[11]  Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta; Bayu Indra Grafika, 1998), hlm. 7-8

[12]  Margono, Metod. Penelitian... 106

[13] Ibnu Hadjar, Dasar-dasar... 34

[14] Ibid, 34-35.

[15] Ibid, 50

[16] Deduktif adalah bersifat deduksi yang artinya penarikan kesimpulan dari yang berbentuk umum ke bentuk khusus, dimana kesimpulan itu dengan sendirinya muncul dari satu atau beberapa premis.

[17] Margono, Metod. Penelit……, 35

[18] Noeng Muhadjir, Metodologi …………., hlm. 8

[19] Amsal Bachtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), 20

0 Comment