17 Februari 2023

 ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Manusia merupakan hewan yang berfikir setidaknya pernyataan ini memberikan sebuah gambaran kepada kita semua bahwa begitu pentingnya peranan akal dalam diri manusia,namun sebagai pertanyaan juga” sejauh mana kita telah mempergunakan akal kita, karna semakin kita mempergunakan akal maka semakin jauh perbedaan kita dengan hewan, singkatnya akallah yang membedakan kita dengan hewan,dengan akal manusia dapat mengemban amanat yang telah diberikan yakni sebagai khalifah di muka bumi ini, Manusia dalam berfikir akan menghasilkan pengetahuan,dengan ilmu pengetahuan manusia dapat membangun pradabannya sendiri.

Pada zaman modern seperti sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat,keberhasilan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi mutakhir sering sekali menjadi bomerang untuk berlanjutnya sebuah tatanan kehidupan dimuka bumi ini, disatu sisi sains merupakan hal yang patut dibanggakan namun disisi lain jika sains tersebut tidak memiliki nilai maka tidak ada gunanya,disinilah letak pentingnya filsafat karena dalam filsafat mengandung nilai,setidaknya dalam filsafat terdapat tiga nilai yang dapat mengarahkan sebuah ilmu pengetahuan agar memiliki nilai, karena ilmu pengetahuan merupakan suatu alat untuk memperoleh kesejahtraan bukan untuk tujuan tertentu,ketiga nilai dalam yang dimaksud yakni”logika,Etika,dan Estetika. Yang dimaksud dengan nilai Logika yakni membahas tentang nilai kebenaran dan menjauhi kesalahan,serta menerangkan bagaimana seharusnya berfikir secara benar,sedangkan nilai Etika,  merupakan pengarahan prilaku kepada hal yang baik inilah yang selanjutnya yang membatasi kita dalam menilai baik,buruknya sesuatu,kemudian nilai yang terakhir yakni nilai Estetika Ilmu Estetika, yang membahas nilai keindahan dan berusaha membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan dengan membatasi tingkatan –tingkatan yang menjadi standar dari suatu keindahan,jelaslnya posisi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sangat penting karna penulis melihat bahwa ilmu pengetahuan berusaha menyingkap kebenaran dan realitas.antara filsafat dan ilmu pengetahuan harus berjalan bersama agar mencapai tujuan,sehingga tercapailah kesejahtraan, seorang ilmuan dan seorang filosof harus memerhatikan ketiga nilai tersebut demi berlangsungnya pradaban manusia di bumi ini. 

A.    Pendahuluan

Manusia adalah mahkluk yang diberikan akal oleh Allah Swt. inilah yang membedakan manusia dengan mahkluk Allah Swt. lainnya, dengan akal manusia  berfikir, dalam proses berfikir inilah manusia akan mendapatkan pengetahuan, seringkali pikiran manusia bergerak mengikuti  jalan pemikirannya sehingga sampailah pada sebuah kesimpulan. Pada zaman modern sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu cepat, keberhasilan manusia menciptakan teknologi-teknologi raksasa seringkali menjadi hantaman dan siap menerkam si penciptanya sendiri. Sains seringkali membuktikan kehebatannya, sehingga filsafat selalu diabaikan padahal ilmu dan teknologi adalah alat untuk mencapai kesejahteraan bukan tujuan.

Manusia seringkali memuja ilmu sebagai satu - satunya sumber kebenaran,biasanya tidak mengetahui hakekat ilmu yang sebenarnya, Begitu pula bagi orang yang tidak mau tahu tentang ilmu,mereka tidak mau mengakui bahwa ilmu telah banyak membangun pradaban seperti sekarang ini.

Seorang ilmuan yang besar  belum tentu seorang filosof. Jika demikian halnya apakah ilmu pengetahuan itu? apakah filsafat itu? dan Apa Manfaat ilmu pengetahuan dan filsafat dalam kehidupan manusia? 

B.        Definisi Serta Genealogi Ilmu Pengetahuan. 

Manusia merupakan mahkluk tuhan yang senantiasa selalu berfikir, sejak lahir sampai masuk liang lahat manusia tidak pernah berhenti berfikir, hampir semua masalah yang bersinggungan dengan peri kehidupan ini tidak bisa lepas dari jangkauan fikiran manusia, sehingga dalam proses berfikir inilah manusia akan menghasilkan pengetahuan.

Ilmu brasal dari bahasa arab, ‘alima-ya’lamu-‘ilman [1].Arti dasar dari kata ini adalah tahu/pengetahuan dalam kamus bahasa Indonesia,diterjemahkan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk mernerangkan gejala-gejala tertentu pula. Kamus ini juga menerangkan bahwa ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi,akhirat,lahir dan batin.[2]

Penggunaan kata ilmu dalam proposisi bahasa Indonesia sering disejajarkan dengan kata science  dalam bahsa inggris kata science  itu sendiri memang bukan bahasa asli inggris,tetapi merupakan serapan dari bahsa latin,scio scire yang arti dasarnya pengetahuan. Ada juga yang menyatakan bahwa science berasal dari kata scientia yang berarti pengetahuan,scientia  bersumber dari bahasa latin scire  yang artinya mengetahui.[3]Terlepas dari berbgai macam asal kata,jika benar ilmu disejajarkan dengan kata science dalam bahasa inggris, maka pengertiannya adalah pengetahuan.

Secara  pengertian dari kata “tahu” ini menandakan adanya suatu pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman dan pemahaman tertentu yang dimiliki seorang.

Stewart Ricards mendifinisikan ilmu sebagai pengetahuan tentang realitas yang nyata yang dipastikan oleh pengamatan,pengujian kritis dan pengklasifikasikan sistematis dibawah prinsip- prinsip umum. Pengetahuan juga mampu menjelaskan  penemuan – penemuan masa lalu dan mampu membuat prediksi untuk  masa depan melalui pengalaman kausalitas. Ilmu pengetahuan juga harus bersifat universal tidak terikat oleh ruang dan waktu,dapat dinyatakan dengan tegas dan dapat dipahami, mempunyai keterkaitan empiris yang bisa diuji persesuaian antara teori dan implikasi praktisnya.[4]

Menurut bahm definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam komponen, masalah (problem), sikap (attitude),metode (method), aktivitas(activity),kesimpulan(conclution) dan pengaruh (effects).

1.      Masalah (problem)

Tiga karekteristik yang menunjukkan masalah yang bersifat scientific, yaitu :communicability ( sesuatu yang patut dikomunikasikan), the scientific attitude meliputi karakteristik curiosity,spekulativeness,willingness to suspend judgement dan tentativity.the scientific method (masalah dapat  diuji/testable)

2.       Sikap (attitude )

Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain:curiosity (raa ingin tahu),spekulativeness (mempunyai hasrat memecahkan masalah melalui hipotesis)willingness to be objective (hasrat bertindak objektif) willingness to suspend judgement dan tentativity.sabar dalam observasi dan bersikap bijak dalam menentukan kebijakan berdsarkan bukti – bukti yang dikumpulkan karena apa yang ditemukan masih bersifat tentatife.

3.      Metode (method)

Essensi dari sains adalah metode-nya,akan tetapi para scientist tidak memiliki metode yang pasti yang dapt di tunjukkan sebagai sesuatu yang absolute/mutlak.

4.      Aktivitas(activity)

Sain adalah lahan yang dikerjakan para scientist melalui apa yang disebut scientivic research.

5.      Kesimpulan(conclution)

Sains lebih dipahami sebagai batang tubuh pengetahuan dan kesimpulan merupakan pemahaman yang dicapai sebagai Hasil pemecahan masalah.

6.      Pengaruh (effects)

Apa yang dihasilkan science pada akhirnya pada akhirnya memberikan pengaruh.pertama pengaruh ilmu terhadap ekologi melalui apa yang disebut dengan applied science,dan kedua pengaruh ilmu terhadap apa atau dalam masyarakat serta membudayakannya menjadi berbagai macam nilai.[5]

Setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya,ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan penalaran masing – masing orang. Ilmu akan memuat sendiri hipotesis – hipotesis dan teori teori yang sebelumnya belum n. di mantapkan. Oleh karena itu,ilmu membuthklan metodologi,sebab dan kaitan secara logis. Ilmu menuntut pengamatan dan kerangka berfikir metodek serta tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting dalam konteks ilmun  adalah terminology ilmiah. 

C.    Ciri –ciri ilmu

Pengetahuan yang bagaimanakah yang dapat membedakan pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan yang lain? Menurut  Van Melsen,suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:

1.      Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang logis koheren. itu berarti adanya system dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis).

2.      Ilmu pengetahauan tanpa pamrih,karena hal itu  erat kaitannya dengan tanggung jawab keilmuan.

3.      Universalitas keilmuan.

4.      Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka – prasangka objektif.

5.      Ilmu pengetahuan dapat diverikasi oleh semua peneliti ilmiah,karena ilmu pengetahuan harusndikomunikasikan.

6.      Progresifitas artinya jawaban ilmiah harus ilmiah sungguh – sungguh bila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan pertanyaan baru lagi

7.      Kritis artinya tidak ada teori yang definitive, setiap teori terbuka bagi setiap peninjauan kritis yang memanfaatkan data – data baru.

8.      Ilmu pengetahuan harus dpt digunakan sebagai perwujudan antara teori dengan praktis.[6] 

D.    Metode – metode pengetahuan

Dalam buku elements of philosophy Louis O Kattsoff menunjukkan ada lima aliran metodis untuk mendapatkan pengetahuan,yaitu: empirisme, rasionalisme, fenomenalisme, intusionisme, metode ilmiah

1.      Empirisme

Aliran ini berpendirian pengetahuan didapt melalui pengalaman. Sifat  menonjol dari metode ini apabila kita perhatiakan pertanyaan  seperti” bagaimanakah orang mengetahui e situ membeku?” jawabannya pasti akan berbunyi” karna saya melihat sedemikian itu. John locke,bapak empiris mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan,akalnya merupakan sejenis buku yang kosong (tabularasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman –pengalaman indrawi. Dan seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide –ide yang diperoleh dari pengindraan dan refleksi sederhana tersebut.

2.      Rasionalisme

Aliran ini berpendirian bahwa sumber pengetahuan  terletak pada akal.rasionalisme tidak menyangkal adanya pengalaman akanntetapi pengalaman hanya dilihat sebagai perangsang pikiran,rasionalisme menyakini bahwa kebenaran dan kesesatan terletak pada diri kita dan bukannnya di dalam barang sesuatu. Kebenaran hanya dapat ada dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.

3.      Fenomenalisme kant.

Sebuah metode pengetahuan yang mengsintesakan antara pengetahuan apriori dan aposteriori. Bagi kant  barang sesuatu sebagaimana dalam dirinya sendiri (das ding and sich) merangsang alat indrawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk pengalaman,dihubungkan sesuai dengan kategori – kategori pengalaman,dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tiadak pernah mempunyai pengetahuan tentang sesuatu seperti keadaannya sendiri,melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang Nampak pada diri kita artinya pengetahuan tentang gejal( phenomenon). 

4.      Intusionisme

Dalam hal ini ada sebuah ungkapan komparasi tentang pengetahuan” pengetahuan mengenai (knowledge about)”dan”pengetahuan tentang(knowledge off) pengetahuan mengenai  dinamakan pengetahuan diskursif atau pengetahuan simbolis dan pengetahuan ini ada prantaranya. Pengetahuan tentang atau pengetahuan langsung atau  disebut pengethuan intuitif,dan pengetahuan ini diperoleh secara langsung. Menurut bergson, intuisi adalah suatu sarananuntuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan  hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. 

5.      Metode ilmiah

Metode ini mengikuti prosedur –prosedur tertentu yang sudah pasti yang digunakan dalam usaha memberi jawaban atas pertanyaan- pertanyaan yang dihadapi oleh seorang ilmuan,unsure pertama dalam metode ini,sejumlah pengamatan (artinya, pengalaman –pengalaman) yang dipakai dasar untuk menyelesaikan masalah.bila ada suatu masalah dan sudah diajukan satu penyelesaian yang dimungkinkan,maka penyelesaian yang diusulkan itu dinamakan “hipotesa”.

Jadi hipotesa adalah usulan penyelesaian berupa saran dan sebagai konskuensinya harus dipandang bersifat sementara dan memerlukan verikasi. Di dalam proses menemukan hipotesa dikatakan bahwa akal keluar bergerak keluar dari pengalaman,mencari satu bentuk, katakanlah didalamnya disusun fakta –fakta yang telah diketahui dalam bentuk kerangka tertentu. Diharapkan  jika fakta fakta yang telah diketahui itu cocok dengan hipotesa yang disarankan tersebut,maka segenap yang serupa pasti akan cocok dengan hipotesa tadi. Metode yang bergerak dari suatu perangkat pengamatan yang husus dari suatu pernyataan mengenai suatu pengamatan yang sama jenisnya di kenal sebagai induksi.

Jika suatu hipotesa telah di usulkan maka perlu diverifikasi atau perlu bahan bahan bukti.Bahan bukti yang memperkuat hipotesa berasal dari dua jurusan:

a)      Bahan – bahan keterangan yang diketahui harus cocok dengan hipotesa tersebut

b)      Hipotesa harus meramalkan bahan –bahan keterangan yang diketahui itu cocok dengan hipotesa dapat dinamakan kalkulasi. Proses peramalan dilakukan dengan deduksi- matematis. Jika suatu hipotesa benar,berarti ada hal – hal tertentu yang diramalkan. Dari sini kita melihat bahwa teknik deduksi yang pada hakekatnya bersifat rasionalistis merupakan factor penting di dalam metode ilmiah.[7] 

E.     Posisi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia

Tak dapat disangkal lagi bahwa ilmu telah banyak mengubah dunia dalam memberantas penyakit,kelaparan,kemiskinan,dan berbagai wajah kehidupan lainnya namun sebenarnya tidak selalu demikian,ilmu tidak selalu merupakan berkat bagi manusia,kadang justru menjadi mala petaka bagi manusia.

Dengan mempelajari nuklir manusia bisa mempelajari wujud nuklir sebagai maslahat bagi manusia, tetapi disatu sisi bisa jadi hal itu menjadi mala petaka. Disinilah kita perlu tahu filsafat ilmu karna dalam filsafat ilmu kita akan menemukan hubungan antara indrawi dan akal namun pembahasan yang lebih mendalam akan hal ini akan dibahas oleh pemakalah berikutnya,

Pembahasan teori pengetahuan ini sudah dimulai sejak masa-masa filusuf yunani. Dasar mereka berfilsafat adalah mereka sudah tidak lagi percaya terhadap pengetahuan indrawi. Diantaran mereka ada yang lebih mengutamakan unsur akal,ada Juga yang menggabungkan antara indrawi dan akal. Namun saat ini kajian yang mengenai teori pengetahuan ini telah menjadi kajian yang berdiri sendiri (independen) berdiri sendiri, jadi tidak heran kalau saat ini ada kajian tersendiri mengenai statistic,metodologi penelitian dan lain-lain.

Pendiri sebenarnya teori pengetahuan sebagai kajian yang independen adalah john locke (1632-1704M)[8].locke telah mempertanyakan tentang asal usul,esensi,batasan, dan tingkat keyakinan sejak lama,meskipun terbatas dengan pengetahuan yang bersifat indrawi. Oleh karena itu locke lebih dikenal sebagai tokoh Emperism. Locke pernah mengatakan tidak ada sesuatu sesuatu dalam akal jika sebelumnya jika sebelumnya tidak ada sesuatu yang di tangkap oleh pancra indra[9].

Sedangkan yang dianggap sebagai tokoh terpenting yang telah merumuskan teori pengetahuan setelah locke ad lah Immanuel Kant (1723-1804). Kant telah mempelajari hubungan  antara  hal –hal yang bersifat indrawi dan hal- hal yang bersifat  rasional[10].

Sampailah kepada sebuah pertanyaan apa posisi ilmu itu dalam kehidupan manusia,pertanyaan ini merupakan nilai tertinggi dari ilmu. Yaitu nilai – nilai yang dianggap sebagai “tujuan utama”. Nilai ini antara lain al-haq (kebenaran),kebaikan dan keindahan. Oleh karena itu nilai ini di bagi dalam tiga cabang:[11]

1.      Logika, yang membahas tentang nilai kebenaran dan menjauhi kesalahan,serta menerangkan bagaimana seharusnya berfikir secara benar.

2.      Etika,  yang membahas nilai kebaikan dan berusaha membantu kita dalam mengarahkan prilaku. Ia mengarahkan kita pada apa yang seharusnya dilakukan membatasi makna kebaikan,keburukan,kewajiban,perasaan serta tanggung jawab moral.

3.      Ilmu Estetika, yang membahas nilai keindahan dab berusaha membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan dengan membatasi tingkatan –tingkatan yang menjadi standar dari suatu keindahan.

Jelaslah posisi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sangat penting karna penulis melihat bahwa ilmu pengetahuan berusaha menyingkap kebenaran dan realitas. 

F.  Tujuan Ilmu Pengetahuan Dan Filsafat Dalam Kehidupan Manusia.

Menurut imam al- Ghazali,ilmu itu terdiri dari tiga jenis, yaitu ilmu sebagai proses, yakni ilmu yang ditangkap oleh pancaindra; ilmu akal dan ilmu ladunni. Yang di maksud dengan ilmu sebagai proses adalah bahwa ilmu senantiasa dicapai melalui pengalaman panca indra, tetapi hasilnya sangat objektif. Subjektivitas tersebut semakin kuat setelah subjektifitas tersebut tersimpan dalam pikiran manusia dan di gagas kembali menjadi gambaran - gambaran mengenai realitas. Sehingga pengalaman  hanyalah perangsang  akal untuk berfikir,tetapi semuanya tidak dapat menemukan hakikat ilmu yang sesungguhnya. Oleh karena itu,perlu dibantu oleh ilmu yang datangnya dari tuhan yang brupa wahyu kekuatan dan hati,ilmu ini disebut ilmu ladunni. 

Proses akumulasi ilmu pengetahuan dalam fikiran manusia yang dikuatkan oleh kekuatan hati,akan menghasilkan ilmu yaqini,yaitu ilmu yang kebenarannya tidak dapat diutik lagi. Ilmu Yaqini,ilmu yang lurus yang tidak menimbulkan keraguan,oleh karena itu,tidak akan mengenal kata salah atau sesat.[12]

        Pandangan imam  Al-Ghazali tentang kedudukan ilmu bagi kehidupan manusia, berbeda dengan pandangan barat dngan paradigm humanistiknya,imam Al-Ghazali berpandangan bahwa ilmu pada esensinya alat untuk mengetahui kebesaran tuhan(ma’rifatullah), sehingga pengakuan manusia yang ditunjukkan dengan keyakinan yang imanen dan trasenden kepada Tuhan menjadi keyakinan yang rasional dan serasi dengan ilmu-ilmu ilahiah. Adapun ilmu dalam paradigma barat ditemukan dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk memprmudah manusia mempermudah manusia dalam melakukan  kepentingann dan memenuhi kebutuhannya.[13]

Manusia sangat dipermudah bahkan dimuliakan dengan penemuan-penemuannya sendiri. Para petani masa kini sudah memanfaatkan traktor untuk menggarap sawah,sehingga dalam menggarap sawah petani tidak terlalu mengeluarkan tenaga dan aktivitas fisiknya .

Ilmu pengetahuan terbukti telah membedakan martabat manusia dan derajatnya dimata tuhan. Bagi orang islam,tuhan akan mengangkat derajat orang –orang yang beriman dan berilmu dengan beberapa derajat. Itu artinya, ilmu pengetahuan benar-benar akan membedakan yang bodoh dengan yang pintar. hajat manusia  akan ilmu disebabkan oleh dua hal mendasar,yaitu:

1.  Ilmu sebagai penunjuk ke jalan lebih baik dalam kehidupan manusia di segala sector dan aspek;dan

2.      Ilmu sebagai alat untuk mempermudah jalan hidup manusia dalam menghadapi masalah .[14]

Jadi semakin jelas bahwa ilmu pengetahuan yang diberikan tuhan marilah kita pergunakan sebaik baiknya agar kita mendapat derajat yang lebih tinggi baik di mata tuhan maupun sesama ciptaannya.

Sesungguhnya ilmu yang dimiliki oleh seseorang akan selalu mendorong pribadi lebih dinamis, lebih energik berusaha menjelajahi”lautan ilmu yang tak terbatas” itu, seakan akan semakin berilmu seseorang pribadi semakin haus,semakin tahu manusia,semakin manusia itu semakin bodoh. Dengan demikian ilmu itu mempunyai watak dinamis progresif,menjadi asas Pembina kepribadian[15].

Jika dihubungkan filsafat dengan ilmu pengetahuan memiliki persamaan serta perbedaan namun pemakalah tidak membahas secara dalam mengenai filsafat,kajian ini selengkapnya akan dibahas oleh pemakalah selanjutnya, Namun penulis sedikit mengutarakan asas asas filsafat. Dalam hal ini dikaji beberapa bidang utama filsafat seperti: metafisika, epistemology dan aksiologi.[16] Ketiga bidang ini dapat dipandang sebagai pilar utama suatu bangunan filsafat manakala kita ingin memahami visi filsafat seorang atau suatu aliran.

 Ilmu kajiannya menghasilkan fakta sedangkan filsafat kajiannya dibatasi logika walaupun demikian antara ilmu dan filsafat sama – sama membutuhkan jawaban. Jadi antara filsafat dan ilmu sangatlah membantu manusia dalam menjelaskan,meramal dan mengontrol gejala- gejala alam.

G.  Kesimpulan

Antara filsafat dan ilmu sama – sama berusaha menyingkap kebenaran dan realitas. Benar sekali apa yang dikatakan francis bacon ( 1561 – 1626M) knowledge is power.Pengetahuan adalah kekuasaan. Apakah kekuasaan itu merupakan berkah atau mala petaka bagi manusia semua itu terletak pada orang yang menggunakan kekuasaan tersebut.

Jadi sebenarnya buku – buku milik para seniman dan buku – buku primbon milik para dukun ramal fungsinya sama- sama menjelaskan, meramal dan mengontrol. Kesimpulan dari pembahasan makalah ini pada hakekatnya ilmu dan filsafat adalah sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang dapat diandalkan yang berguna bagi manusia dalam menjelaskan, meramal dan mengontrol gejala –gejala alam[17]

Filsafat dan ilmu menghadapkan manusia kepada pandangan yang selalu mungkin tidak ada didalam dunia ini yang bersifat mustahil, ilmu dan filsafat dapat menjawab hal – hal yang  bersifat musatahil, bahkan dengan ilmu dan filsafat manusia dapat mengubah kemustahilan menjadi suatu yang sangat berguna bahkan sampai didewakan. 

 

Daftar Pustaka

Almunjid fi al lughah wa al a’lam, Beirut: dar al masriq,1986.

Ali’Abdu al-‘Azim,Falsafah al-ma’rifah fi> al-Qur’a>n al-kari>m Kairo:Al-hai’ah al-‘amniay lial- shu’uni al-mat}obi’I al-amiriyyah,1973M/3290

Beni Ahmad Saebani,filsafat ilmu Bandung:pustaka setia,2009

Fuad Farid Ismail,Abdul Hamid Mutawali, Cepat Menguasai Ilmu Filsafat YogyakartaIRCISod,2003

Jujun S.Suriasumantri,ilmu dalam perspektif .Jakarta:yayasan obor Indonesia,1999.

Louis O.kattsoff,Pengantar Filsafat, Diterjemah Soejono Soemargono,Yogyakarta:tiara wacana,2004

Mohammad Nor Syam,Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,Surabaya: usaha-nasional.1983.

Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, kamus besar Indonesia, Jakarta:balai pustaka,1997

Rizal Mustansyr,Misnal Munir, filsafat ilmu,  Yogyakarta: pustaka pelajar,2007

Steward Ricard,An introduction to :philosophy of sociology of sience, oxfor,tj press, 1983.,

Surajiyo,filsafat ilmu dan perkembangannya di indonesia, Jakarta:bumi aksara,2008.

 

 



[1] Almunjid fi al lughah wa al a’lam,(Beirut: dar al masriq,1986).,hlm.527

[2] Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Indonesia,(Jakarta:balai pustaka,1997), 371

 

[4] Steward Ricard,An introduction to :philosophy of sociology of sience, ( oxfor,tj press, 1983),28

[5] Drs.Surajiyo,Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta:bumi aksara,2008),58.

[6] Ibid,  60

[7]Louis O.kattsoff,Pengantar Filsafat, Diterjemah Soejono Soemargono,(Yogyakarta:tiara wacana,2004).,hlm 131-145

 

[8]Fuad Farid Ismail,Abdul Hamid Mutawali, Cepat Menguasai Ilmu Filsafat (Yogyakarta:IRCISod,2003),. 48

[9]Ali’Abdu al-‘Azim,Falsafah al-ma’rifah fi> al-Qur’a>n al-kari>m (Kairo:Al-hai’ah al-‘amniay lial- shu’uni al-mat}obi’I al-amiriyyah,1973M/3290), 20

[10] Fuad Farid Isma’il,Cepat Menguasai.,49

[11] Ibid,50

[12] Beni Ahmad Saebani,filsafat ilmu( Bandung: Pustaka Setia,2009 ),171

[13] Ibid,171

[14] Ibid,172

[15] Mohammad Nor Syam,Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,(Surabaya: usaha-nasional.1983), 108-109

[16] Rizal Mustansyr,Misnal Munir, filsafat ilmu, ( Yogyakarta: pustaka pelajar,2007),9

[17] Jujun S.Suriasumantri,ilmu dalam perspektif (Jakarta:yayasan obor Indonesia,1999),18

0 Comment