14 Februari 2023

 

Peradaban Islam Masa Kerajaan Turki Usmani Periode Kemunduran (1517-1924) 

Turki merupaka salah satu kerajaan islam yang memiliki kekuasan yang terluas dalam sejarah. Kekuasaannya sampai meliputi sebagaian wilayah Eropa. Turki dapat berkuasa selama beberapa abad. Ini merupakan suatu sejarah yang patut di pelajari oleh generasi muda islam saat. Turki Usmani pada awalnya mengalami kemajuan dengan mengamalkan prinsip-prinsip ajaran Islam,sehingga dapat mencapai puncak kejayaannya.

Seperti kerajaan-kerajaan pada umumnya, kerajaan Turki pun mengalami kemunduran setelah mengalami perkembangan yang sangat cemerlang. Tentunya ada berbagai penyebab yang  pendorong kemunduran Turki Usmani sebagai sebuah kerajaan Adidaya. Sebagai sebuah kerajaan Islam tentunya ada berbagai prinsip yang telah dilanggar oleh Dinasti Usmani sehingga mengakibatkan kemundurannya dalam peradaban dunia. Karena sebuah bangsa yang berpegang teguh pada ajaran Islam tentunya akan menjadi negara yang kuat dan ta\idak tergoyahkan, baik itu dari serangan luar maupun dari serangan dalam negeri sendiri.

Melalui tulisan ini, penulis mencoba memaparken tentang rentetan sejarah  dari kemunduran Kerajaan Usmani. Serta berbagai hal dan peristiwa yang mennjadi pendorong bagi kemunduran tersebut. 

 

PEMBAHASAN 

A.    Faktor-faktor kemunduran (Internal dan Ekternal)

Sejak wafatnyaSultan Slaim II (1566 M), Turki tidak lagi memiliki Sultan-sultan yang dapat di unggulkan. Kekuasaan Turki Usmani perlahan-lahan dapat di ungguli oleh bangsa Eropa. Tahun 1571 terjadi pertempuran antara aramana Turki Usmani dengan anggatan laut sppanyol yang di menagkan oleh spanyol. Pada waktu itu armada Turki masih di anggap paling tangguh di dunia, dengan kekalahan ini memperlihatkan pada dunia bahwa armada Turki bukan lagi yang terkuat. Walaupun begitu angkatan darat masih merupakan ancaman bagi Eropa, hal ini terbukti dengan peperangan Wina 1683 M. Akan tetapi berkat persekutuan Jerman dan Polandia, kota Wina tidak berhasil di taklukan. Kegalan pertempuan di Wina dan Lipanto dapat dikatakan Turki mulai lemah secara strategis.

Pada abad ke 17 Turki usmani mengalami kekalahan secara bertubi-tubi, sehingga harus mengadakan perdamaian dengan negara Eropa. Ini menyebabkan Turki harus melepaskan wilayah Austria, Saladonia, Karawatai dan Ukraina. Perang Turki dengan Rusia tahun 1777M pun di akhiri dengan kekalahan. Turki harus melepaskan benteng di daerah laut Hitam, dan pengakui Rusia sebagai perwakilan Kristen Ortodok di Turki. Meski pun telah di buat perrjanjian damai Rusia tetap melakukan ekspansi ke daerah Turki. Ini menyebabkan Turki makin lemah dari waktu ke waktu.

Faktor-faktor kejatuhan Turki Usmani ada 2, yaitu:

1.  Faktor Intern.

a. Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi

Pada Masa pemerintahan sultan Sulaiman 1 (1520-1566), dan sultan-sultan sebelumnya Turki  berkembang dengan begitu pesat. Ini karena  para sultan yang memimpin telah begitu terlatihuntuk menjadi seorang penguasa dan meniti puncak kekuasaan dengan terlebih dahulu menunjukan kemampuan sebagai penguasa. Mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan persoalan pemerintahan dan terlibat aktif dalam administrasi local dan ekspedisi militer. Mereka memperoleh kekuasaan dengan meyakinkan para pengikutnya dengan memaksa para budak masuk dalam struktur pemerintahan dan memberikan mereka posisi yang berhadapan dengan para aristocrat Turki. Denga memasukan budak ini dalam golongan penguasa (rulling class). Maka ada anggapan bahwa kejatuhan Turki di akibatkan masuknya kelas ini dalam sistem birokrasi kerajaaan.

Sepeninggal Sultan Sulaiman I, Turki di perintah oleh Sultan-Sultan lemah lupa daratan, baik dalam kepribadian, jiwa atau watak kepemimpinan, serta berpikir tidak sesuai dengan tuntutan saat itu. Mereka tidak terlibat langsung dalam sistem administrasi negara dan peperangan melawan musuh. Mereka hanya larut dalam kehidupan istana.

Karena lemahnya para Sultan ini, menimbulkan pemberontakan-pemberontakan dalam negeri sendiri, seperti di Suria dibawah pimpinan Kurdi Jumbulat, dan Libanon di bawah pimpinan Druze Amir Fakhruddin.


b. Kemunduran dalam bidang ekonomi.

Banyaknya wilayah Turki yang melepaskan diri mengakibatkan penurunan pajak dan penurunan kemampuan Turki untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Pada sisi lain bangsa Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan baru. Ekspansi Eropa ke benua Amerika dan Afrika memberikan harapan baru terhadap kemakmuran dan mengembangkan sayap perdagangan ke belahan dunia timur. Penemuan benua Amerika ini denan sendirinya telah menggeser jalur perdagangan ke samudra Pasifik dan Timur Afrika. Sehinggga laut tengah dan laut hitam mulai kehilangan pengaruhnya dalam perdagangan, yang tentunya berpengaruh langsung tehadap Kerajaan Turki .


c. Wilayah yang luas dan ledakan penduduk

Wilayah Turki yang sangat luas(meliputi: Asia kecil, Armenia, Irak, Suriah, Hijaz, yaman, Mesir, Libia, Tunisia, serta Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria,Rumania di Eropa) akan sangat menyulitkan dalam pengaturannya.  Penduduk Turki pada abad ke 16 bertambah 2 kali lipat dari sebelumnya, pertambahan penduduk ini di dukung pula oleh menurunnya tingkat kematian karena masa damai.   Untuk mengatur penduduk yang banyak, pada wiyah yang luas dan terdiri dari berbagai ras di perlukan administrasi pemerintahan yang baik. Tanpa hal tersebut akan terjadi pemberontakan dan peperanan yang akan mengantarkan urki paa kemunduran dan kehancuran.


d. Dekadensi moral para Sultan.

 Setelah masa Sultan Sulaiman al Qanun, sebagin besar sultan lebih menyukai kehidupan yang berlebihan, bertentangan dengan akal sehat dan ajaran agama, serta memperturutkan hawa nafsu. Menurut Kurd Ali, Murad III adalah satuh satu contoh kongkrit. Dia adalah sultan yang berlebihan dalam melakukan perbuatan jahat. Ibu dan permaisurinya pun memberi andil dalam meratakan jalan demi melampiaskan nafsu birahi Sultan, sehingga Sultan Murad III menjadi ayah dari 118 anaknya. Begitu juga dengan Ibrahim I, dikabarkan dia telah membunuh 100.000 orang, dan 25.000 orang di antaranya dibunuh di hadapan matanya. Konsekwensi dari perbuatan yang buruk dari para pemimpin ini adalah banyaknya keonaran dan kemungkaran.  Masyarakatnya pun mulai melupakan ajaran moral dan melalaikan agama.


e. Budaya korupsi para Sultan.

Pada umunya moral penjabat negara di kerajaan Turki Usmani tidak baik, manipulasi dan kolusi merupakan pekerjaan lumrah dan sering mereka lakukan. Untuk mendapatkan jabatan Shadrul al A’zam, seserang harus memberikan sekian banyak hadiah pada keluarga kerajaan dan harus bersedia memenuhi permintaan Sultan dan keluarganya. Begitu juga untuk jabatan di bawahnya,seseorang harus menyokok menjabat di atasnya untuk mendapatkan jabatan tersebut. Maka tidak mengheran banyak terjadi jual beli jabatan dalam pemerintahan, dan para penjabat yang diangkat lebih cenderung untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya dan tidak memperhatikan kepentingan rakyat. Para pegawai menjadi pegawai pemerintahan dari dinasti tertentu biasanya hanya asal-asalan saja.[1] Para ghazi tidak memiliki kepedulian sedikit pun terhadap kemajuannegara


f. Pengaruh para Istri Sultan

Setelah pemerintahan sultan Muhammad II, Istana Kerajaan Turki Usmani selalu terjadi kecemburuan, intrik dan percekcokan, dikarenakan pengaruh istri-istri Sultan berkebangsaan Eropa. Istri-istri Sultan ini terdiri dari wanita dengan kulit dan kasta yang berbeda, bahkan ada yang di beli oleh Sultan. Maka tidak jarang istri-istri Sultan ini memberikan informasi penting kepada musuh. Sehingga tidak jarang rencana yang telah disusun kerajaan di ketahui musuh terlebih dahulu, dan mereka mempersiapkan strategi untuk mengantisipasinya.


g. Keterbelakangan dalam bidang industri perang

Kemerosotan kaum muslimin tidak hanya dalam bidang keilmuan saja, tetapi juaga dalam bidang industri perang. Bbangsa Eropa berhasil menciptakan senjata baru, dan melakukan modernisasi terhadap angkatan perangnya serta memantapkan organisasinya. Sehingga bangsa Eropa berhasil melancarkan pukulan terhadap Karajaan Turki Usmani pada tahun 1774 M. Kurang berkembang industri militersangat berpengaruh terhadap kekuatan kerajaan Turki yang sangat mangandalkan militer sebagai tulang punggung kerajaannya.


2. Faktor Ektern

a. Kebangkitan Bangsa Eropa

Negara-negara Eropa sedang mengalami kemajuan pesat saat ketika terjadi kemunduran Turki pada priode pertengahan dari sejarah Islam. Hal ini sangat berbeda dengan masa Islam Klasik, ketika Islam berada dalam kejayaan, Eropa masih berada dalam kebodohan dan keterbelakangan. Abad 16-17 merupakan abad yang sangat penting dalam sejarah. Pada saat itu Eropa bangkit untuk mengejar semua ketertinggalan dari orang-orang Islam dengan mempelajari khazanah ilmu pengetahuan dan metode pikir rasional orang-orang Islam. Mereka berusaha menyelidiki rahasia alam semesta, menaglukan lautan dan menyelidikibenua yang sebelumnya maih diliputi kegelapan. Sehingga muncullah tokoh-tokoh terkenal seperto: copernicus, Galileo, Kepler, Newton, vasco da gamma, Columbus, dsb.


Melemahnya Imperium Turki telah menarik perang militer menjadi perang agama antara Turki dengan Eropa, sehingga terbentukalah persekutuan suci antara Austria, Polandia, dan Budukia, yang akirnya sangat memperlemah keuatan Turki. Selanjutnya atas nama agama Kristen, Rusia bersama negara agama Kristen lainnya menyatakan perang terhadap Turki. Akibatnya Turki menerima kerugian besar, akibat lebih jauh bagi Turki adalah mendapat julukan orang sakit Eropa.[2]


b. Timbulnya gerakan Nasionalisme.

Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki selama berkuasa menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kekuasaan atas mereka bermula dari penaklukan dan penyerbuan. Meskipun Turki telah berbuat sebaik mungkin kepada pihak yang dikuasai, mereka beranggapan bahwa turki adalah orang asing yang menaklukan mereka. Maka ketika mereka mendapat kesempatan di saat melemahnya Turki, mereka bangkit untuk melepaskan diri dari cengkraman kerajaan tersebut[3]. Sehinggga dari mereka ada yang mau melepaskan diri dengan meminta bantuan dari pihak lain. Seperti Armenia dan Yunani yang beragama Kristen mereka berpaling ke Barat untuk memohon bantuan. Dan ada juga dengan pemberontakan, seperti: bangsa Kurdi di pegunungan dan bangsa Arab di padang pasir dan di lembah-lembah bangkit hendak melepaskan diri dari cengkraman penguasa kerajaan Turki Usmani. 

B.     Pembaharuan di Turki (Turki muda, Usmani Muda)

Kemajuan Eropa dalam bidang industri perang dan teknologi militer membuat Turki kecil di hadapan mereka. Namun nama besar Turki masuh membuat mereka enggan untuk melakukan menyerangan terhadap wilayah kekuasaan Turki. Keklahan Turki Usmani dalam menghadapi serangan eropa di Wina 1683 M membuka mata Barat bahwa Turki Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah TurkiUsmani sering mendapat serangan besar dari Barat.[4]


Sejak itu, Turki pun menyadari tentang kemunduranya  dan kemajuan Barat. Usaha-usaha pembaharuan pun di lakukan dengan  mengirim duta-duta ke  negara Eropa, terutama Prancis untuk mempelajari keadaan di sana dengan lebih dekat. Celebi Mehmed di utus ke Paris tahun 1720 M dan di intruksikan untuk mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan dan institusi-institusi lainya. Ia kemudian memberi laporan tentang kemajuan tehnik, organisasi angkatan perang dan kemajuan organisasi sosial lainya. Laporan itu mendorong Sultan Ahmad III(1703-1730) untuk memulai pembaharuan di kerajaannya. Pada masa kekuasaannya di datangkan ahli-ahli militer dari eropauntuk tujuan pembaharuan militer kerajaan Usmai. Pada tahun 1717 M, seorang perwira Prancis, De Rochefort, datang ke Istambul dalam rangka membentuk korp artileri dan melatih tentara usmani dalam bidang kemiliteran modern. Pada tahun 1729 M, datang lagi Comte de Bonneval, juga dari Pprancis untuk memberikan latihan penggunaan meriam modern. Ia di bantu oleh Macarthy dari Irlandia, Ramsay dari Skotlandia dan Mornai dari Prancis. Tahun 1734 M, untuk pertama kalinya Sekolah Tehnik Militer di buka. Usaha pembaharuan inj tidak terbatas dalam bidang militer saja. Bidang lain pun di perbaharui, seperti: pembukaan percetakan di Istambul tahun 1727 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. Demikian juga gerakan menerjemahan Buku Eropa dalam bahasa Turki.[5]


Usaha-usaha pembaharuan ini gagal menahan kemunduran Turki, bahkanTurki Usmani terus mengalami kemerosotan. Penyebabnya adalah kelemahan raja-raja Usmani karena wewenangnya sudah jauh menurun. Di samping itu keuangan negara terus menipis sehingga tidak mampu menunjang usaha pembaharuan. Faktor lain yang membawa kegagalan adalah ulama dan tentara Yenissari yang sejak Abad 17 M menguasasi suasana politik dalam kerajaan Usmani menolak usaha pembaharuan tersebut.[6] Sehingga Turki terus merosot dan Barata terus berkembang dan menjadi ancaman.


Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaharuan, yaitu tentara Yenissari di bubarkan oleh Sultan Mahmud II(1807-1839M) pada tahun 1826 M. Struktur Kerajaan di rombak, lembaga-lembaga pendidikaan modern didirikan, dan buku-buku Barat di terjemahkan ke dalam bahasa Turki, siswa-siswa berbakat di kirim ke Eropa untuk belajar dan sekolah-sekolah yang berhubungan dengan kemiliteran didirikan. Bidang militer inilah yang utama dan pertama mendapat perhatian. Namun hasil pembaharuan ini tidak berhasil menahan laju gerak Barat ke dunia Islam di abad 19M. Selama abad 18 M, Barat menyerang ujung garis medan pertembpuran Islam di Eropa Timur, Wilayah kekuasaan Kerajaan Usmani. Akhir dari penyerang itu adala di tanda tanganinya perjanjian San Stefano (Maret, 1878 M) dan perjanjian Berlin(Juni-Juli 1878 M) antara kerajaan Usmani dengan Rusia. Dengan demikian berakirlah kekuasaan Usmani di Eropa. Dan selanjutnya kebanyakan daerah berpenduduk mayoritas muslim di Timur Tengah pada Abad berikutnya mulai di duduki bangsa Eropa.


Selain itu gerakan Pembaharuan malah mengancam kekuasaan Sultan yang Absolut, karena para pekuang Turki manilai bahwa kelemahan Turki terdapat pada ke absolutetan Sultan.Mereka ingin membatasi kekuasaan Sultan denganmembentuk konstitusi, sehingga lahir gerakan tanzimat, Usmani Muda, dan partai persatuan dan kemajuan (Ittihad de Terekki).[7]

 

Tanzimat

Tanzimat dalam bahasa Turki dan Arab yang berarti tatanan[8], dikenal jugadengan Tanzimat-I Kahiriye adalah gerak pembaharuan di Turki yang dikenalkan dalam sistembirokrasidan pemerintahan Turki Usmani semenjak Sultan ‘Abd al-Majid(1839-1861M), putra Sultan Mahmud II dan Sultan Abd al-‘Aziz(1861-1876M). kata tersebut mengandung arti mengatur, menyusun dan memperbaiki. Pada priode ini banyak diterbitkan peraturan yang bertujuan untuk memperlancar proses pembaharuan. Pembaharuan tersebut dimulai degan di umumkannya deklarasi Gulkhane, Khatt-I Syerif Gilkhane, pada 3 Novemner 1839.[9]


Ide pembaharuan yang di lontarkan oleh beberapa penjabat pemerintahan, seperti Sadik Rifat Pasya dan Mustafa Rasyid Pasya, mendapat sambutan dari pusat kekuasaan.  Sultan abd al-Majid tanggal 3 November 1839 mengumumkan Deklarasi Gulkhane. Sejak diumumkannya deklarasi tersebut, maka sultan berkewajiban: pertama, menjaga keamanan harta milik seluruh warga negara yang berada di wilayaha kekuasaan kesultanan Turki, dan oleh karena itu semua pungutan diluar pajak dihapuskan. Selain itu akan diperbaharui sistem rekrutmen dalam tubuh angkatan bersenjata. Kedua, seluru umat beragama, baik muslim dan non muslim, akan berada dalam kedudukan yang sama dalam hukum. Maka konsekwensinya maka segala bentuk pelanggaran hukum harus di umumkan secara transparan, dan anggota majlis yang mengurus hukum harus ditambah.[10]


Dalam proses pembaharuan ini diwarnai sentralisasi kekuasaan dan pengenalan norma-norma modern Eropa. Sehingga kekuasaan lokal yang dimiliki para pasya dan pengumpul pajak dihapuskan. Para mahasiswa berbakat dan penjabat militer dikirim untuk belajar ke Eropa. Sistem kelembagaan pemerintahan dan pendidikan model baru mulai di perkenalkan. Rencana ambisius dibidang pendidikan dimulai tahun 1846 dengan memperbaiki sistem pendidikan dan meningkatkanakses pendidikan bagi masyarakat. Hasil dari program ini tercatat padatahun 1914 Turki Usmani memiliki 36000 sekolah, meski pun sebagian besar merupakan sekolah kecil. Dan untuk menyatukan penduduk Turki, Sultan mendirikan lembaga perwakilan antar tokoh-tokoh lokal, The Assembly of Provincial Notables, pada tahun 1845. Masing-masing daerah harus mengirimkan 2 orang wakilnya ke Istambul yang dipilih berdasarkan pendidikan , kejujran, dihormati, cerdas dan mengetahui persis situasi masyarakat. Setibanya di Istambul,mereka dimintai pandangan dan pendapatnya tentang pembaharan yang diajukan Sultan.

 

Usmani Muda

Tanzimad telah mengumpulkan sejumlah kekuasaan di tangan Sultan yang menjadikan dia semakin otoriter yang membawa kerajaan Turki Usmani pada krisis yan berkepanjangan selama tahun 1875-1878. Tanzimad juga melahirkan 3 kelompok masyarakat. Pertama, kelompok oposisi dari kalangan tradisional. Kedua, kelompok intelektual yang memberikan kritik secara lebih baik, kelompok inilah yang dikenal sebagai Usmani muda. Ketiga adalah mereka yang inin menghapuskan kesultanan.[11]mereka lebih cenderung menjadi kelompok yang melancarkan kritik terhadap pembaharuan yang dilakukan oleh pihak kerajaan.[12]


Dianatara tokoh usmani muda adalah Namik Kemal(1840-1888), Midhat Pasya dan Ziya Pasha. Namik kemal mempunyai pemikiran bahwa untuk mewujudkan peradaban Islam yang benar, ia mengajak untuk kembali kepada ajaran Islam salaf dan menolak sistem lama yang tidak memuaskan. Ia juga yang pertama kali mengenalkan konsep tanah air (wathan), konsep negara (Millet), dan konsep kebenaran (Hurriyet), ketiga konsep inilah yang menjadi jargon politik para pendukung Turki muda. Kritik Namik terhadap priode tanzimat adalah adopsi mereka secara besar-besaran terhadap pembaharuan yang ada di dunia barat. Menurutnya landasan yang semestinya dapat ditemukan dalam pembaharuan kelembagaan dapat ditemukan dalam berbagai ajaran Islam. Secara khusus ia menjelaskan bahwa ajaran dan praktek perwakilan dalam Islam memungkinkan dilakukannya kontrol terhadap kekuasaan Sultan dan para menteri. Hasil karyanya yang diterbikat adalah Renan Mudafa’a Namesi.


Kritik Usmani Muda terhadap Tanzimad mendapat respon dari penjabat kerajaan, salah satunya Midhat Pasya yang menjadi perdana menteri selama 2 priode pada masa pemerintahna Sultan Abd Hamid II(1876-1909 M). Dia menyiapkan konstitusi baru yang memberikan hak yang lebih luas kepada para menteri dan terlepas dari kekuasaan Sultan. Karena dia adalah seorang perdana menteri, dia dapat memaksa Sultan Abd al-Hamid II untuk menyetujui konstitusi tersebut, dan konstitusi tersebut di umumkan tanggal 23 Desember 1896 M. tapi konstitusi ini masih memiliki kelemahan, diantaranya: penyucian Sultan dari kesalahan dan pengangkatan menteri yang masih atas pengesahan Sultan, yang dengan sendirinya mereka tentulah orang-orang yang patuh pada keinginan Sultan, dan ini menjadi salah satu faktor kegagalan dalam pembaharuan di Turki.

 

Turki Muda

Setelah pembubaran parlemen, Sultan Abd Al Hamid semakin otoriter. Ini menimbulkan pemberontakan di kalangan masyarakat. Pada tahun 1989, persekongkolan terjadi dikalangan sekolahkedokteran militer yang akirnya menyebar luas ke sekolah-sekolah lain di Istambul. Kelompok penentang Absolutisme Sultan disebut dengan Committee of Union an Program(CUP). Saaat pergerakanmereka di ketahui penguasa, mreke mulai menggalang  keuatan di Paris, Jenewa dan Kairo.


Pendukung TurkiMuda terdiri dari 2 kelompok. Pertama, kelompok liberal yang menginginkan desentralisasi dan pemberian hak-hak khusus bagi kelompok minoritas. Kedua, kelompok Nasionalis yang menginginkan dominasi bangsa Turki dan kekuasaan yang terpusat. Kedua kelompok inilah yang mnggunakan CUP untuk memperoleh kekuasaan. Di anatara tokoh CUP adalah Marad Bey(1853-1912 M), Ahmad Reza (1859-1931 M) dan Pangeran Sabahuddin (1877-1948 M).


 Murad Bey pernah menasehati Sultan agar mau mengubah sistem pemerintahan yang di jalakan, tetapi nasehat itu di tolak dan akhirnya dia pergi meninggalkan Turki menuju Eropa. Dalam pandangannyapenyebab kemunduran Turki adalah absolutetisme Sultan, karena kekuasaan Sultan harus dibatasi dan selanjutnya Turki mengadopsi sistem konstitusi barat yang ada, karena sistem tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Karena Sultan tidak setuju, ia menganjurkan di bentuknya badan pengawas yang bertugas untuk menjaga pelaksanaan undang-undang. Serta perlu dibentuknya dewan Syariah Agung yang terdiri dari wakil negara-negara Islam di afrika dan Asia untuk melakukan konsolidasi politik di wilayah kekuasaan Turki. Ia menyodorka paham Pan Islam yang mengikat wilayah Turki dalam satu kesatuan agama.[13]


 Ahmad Reza adalah anak dari mantan anggota parlemen pertama yang bernama Injiliz Ali. Ia berpikiran bahwa yang menyebabkan kesengsaraaan rakyat tidak hany rendahnya teknologi tapi juga lemahnya sistem birokrasi. Karena tidak sanggup menghadapi absolutisme kekuasaa, ia pun pergi ke Paris dan menerbitka surat kabar berbahasa Turki Musveret tahun 1897 dan disebar luaskan secara sembunyi-sembunyi. Ia memiliki pandangan yang sama dengan Murad. Pandangannya tentang sentralisasi dan menolak campur tangan asing membuatnya berseberangan dengan pangeran Sabahuddin yang menginginkan proses secara desentralisasi dan campur tangan kekuatan asing dalam proses reformasi.


Pangeran Sabahuddin adalah keluarga kerajaan. Dari pihak ayah adalah cucu Sultan Mahmud II, dan dari pihak ibu adalah keponakan Sultan Abd al Hamid. Meskipun begitu ia tetap meninggal Turki untuk menghindari absolutisme kekuasaan. Ia berpandangan bahwa Turki merupakan masyarakat yang kolektif, karenanya lebih bergantung pada kekuatan kelompok berupa keluarga. Akibatnya masyarakat ini sulit untuk maju. Sebelum masyarakat merubah cara pikirnya, ia menyarankan agar pemerintah melakukan desentralisasi kekuasaan  hingga pada tingkat yang paling kecil, yaitu desa. Seperti ahmad Reza, ia berpendapat jalan yang ditempuh rakyat Turki untukmaju adalah pendidikan, pelatihan agar mampu hidup mandiri. Kepemilikan yang selama ini bersifat kolektif harus secara bertahap dirubah menjadi kepemilikan individu


Kelompok Turki muda adalah kelompok pertama yang merencanakan industrialisasi dan untuk pertama kalinya disahkan undang-undang Industrialisasi, Law for Encouragement of Industry, pada tahun 1909 yang kemudian diperbaharui tahun 1915[14]. Selain ituTurki Muda juga telah membukakan jalan bagi wanita untuk mendapatkan pendidikan yang lebih luas. Kesempatan belajar bagi wanita yang sebelunya hanya pada tingkat dasar, sekarang bisa melanjutkan ke tingkat menengah dan tinggi.

 

C.    Pembentukan Repulik Turki dan Penghapusan Khilafah

Kalangan intelektual yang merupakan produk tanzimad mulai mengemukan pendapatnya melalui pergerkan-pergerakan. Mereka berpendapat bahwa Turki hanya akan dapat bertahan bila mau mengadopsi peradapan Eropa tanpa perobahan dari sisi struktur. Setelah kelomok Turki Muda berhasil mengalahkan gerakkan pro-Abd al-Hamid tahun 1909, dengan bantuan penjabat berkebangsaan Arab, mereka menelorkan ideologi nasionalisme yang dikenal dengan Turanisme. Dampak nyata dari ideologi ini adalah runtuhnya sistem khilafah Usmani, yang dibangun atas dasar pemikiran politik keagamaansupra nasional.

Tokok utama dari gerakan nasionalisme Turki ini adalh Mustafa kemal. Dia mendapatkan inspirasi dari para tokoh Usmani Muda dan Turki Muda yang merupakan produk dari kebijakan reorganisasi Sultan Mahmud II. Diantara pemikir Turki yang meletakkan dasar nasionalisme adalah Yusuf Akcura(1876-1933) dan Zia Gokalp(1875-1924).

Musatafa Kemal Pasya yang kemudian di kenal dengan Kemal Attaturk, lahir di Salonika tahun 1881. Kakeknya guru sekolah dasar dan bapaknya seorang pegawai rendahan yang kemudian hari menjadi pedagang kayu. Seperninggal ayahnya saat berusia 7 tahun, ia di asuh Ibunya Zubaida Hanim. Pada tahun 1893 atas kemauan Ibunya, ia memasuki sekolahRusdiye, dan dia diberi tambahan nama oleh gurunya menjadi Kemal Attaturk. Tahun1893 ia memasuki akademi militer di Monastir. Dan tahun 1899 ia masuk sekolah ilmu militer di Istambul sebagai kader pasukan infantri. Tahun 1902, ia di tunjuk sebagai salah satu staf pengajar, dan pada januari 1905 ia lulus dngan angkat kapten. Mustaf memulai karir militernya dan bergabung dengan pasukan ke lima di Damaskus untuk menumpas pemberontak sekte Druzz. Tahun 1907 dia di promosikan ke pangkat mayor. Di tengah karir militernya, dia tetap melakukan kegiatan politiknya dengan mendirikan kelompok oposisi bawah tanah pada tahun 1906. Pada tahun 1915 atas permintaan sendiri, ia dipanggil ke Turki untuk mengambil peran di pasukan ke 13 dengan pangkat komandan. Setelah berhasil mempertahankan Gallipoli dari serbuan Inggris tahun 1915, karier militernya menanjak dengan cepat.

Pada tanggal 27 Februari 1916, dia diangkat menjadi komandan di wilayah Diyarbakr dengan pangkat jenderal. Kemenangan singkat atas tentara Rusia (7-8 Agustus 1916) memungkinnya untuk mencaplok Bitlis dan Muss ke dalam wilayah Turki. Hal ini membuat namanya makin besar. Kemudian dia menyingkir ke Anatolia dan mengembangkan karier politiknya di sana. Sebagai seorang Inspektur Jenderal, ia meengirim pesan kepada seluruh tokoh sipil dan militer seluruh wilayah negeri, yang berisikan:

1.      Integritas dan kesatuan negara dalamke adaan berbahaya.

2.      Pemerintah pusat sudah tidak mampu melaksanakan tugas yang semestinya di emban. Dan oleh karena itu pemerintah di anggap tidak ada.

3.      Hanya kemauan gan kesungguhan rakyat Turki yang dapat menyelamatkan eksistensi kerajaan.[15]

Kemudian, pesan tersebut menginginkan kongres yang independen tanpa campur tangan luar untuk tetap menjaga martabat negara di mata dunia. Setelah kegiatan bawah tanahnya tercium oleh kesultanan, ia di panggil dan diberikan tugas untuk menumpas kegiatan anti sultan secara terbuka. Tugas ini ditolaknya ,dia melepaskan semua jabatannya dan menadi orang sipil, kemudian dia meneruskan karier politiknya di Anatolia.


Di anatolia, ia berkiprah di Association for the Defence of the Right of Eastern Anatolia. Asosiasi ini kemudian hari berkembang menjadi asosiasi pembebasan rakyat Anatolia dan Rumelia, serta Mustafa kemal mennjadi ketuanya. Akhirnya asosiasi tersebut menjadi alat perjuangan politik masa depan. Mustafa Kemal kemudian memulai langkah pembaharuan dengan menciptakan sebuah instrumen politik baru. Tanggal 6 Desember 1922, ia mendirikan Partai Rakyat dan mengundang seluruh kalangan terpelajar untuk berdialog langsung dengannya. Pada tanggal 16 April 1923, Grand National Assembly membubarkan diri dan pempersiapkan pelaksanaan pemilu. Anggota Assembly baru hasil pemilu terdiri dari 286 perwakilan[16]. Pada tanggal 11 Agustus 1923 memilih Mustafa Kemal sebagai presiden dan Fethi sebagai Perdana Menteri. Dengan ini negara baru Turki berdiri tidak atas dasar dinasti, kerajaan maupun agama melainkan atas dasar bangsa dan ibikota di tengah-tengah negara Turki, yakni Ankara.


Reformasi dilanjutkan dalam bidang kelembagaan, 1 Maret 1924, ia mengemukakan 3 pendapat yang isinya: menyelamatkan dan menjaga stabilitas Republik, pembentukan sistem pendidikan terpadu,  dan keharusan untuk mengurangi pengaruh Islam, dengan menghindarkannya untuk di jadikan instrument politik. Pandangan ke tiga dijelaskan lebih lanjut dalampertemuan Partai Rakyat. Itu berarti pembersihan unsur-unsur Turki Usmani dalam Repulik Turki dan juga kekuatan-kekuatan Ortodoksi Islam yang telah begitu mapan. Pada Tanggal 3 Maret 1924, Grand National Asembly, secara resmi menghapuskan lembaga kesultanan dan khilafah. Tidak lama kemudian, kebijakan libur di hari jum’at di pindahkan ke hari minggu, dan keluar peraturan tentang keharusan memakai busana Barat.


Akhirnya Progessive Republican Party, yang dulunya adalah teman dekatnya semasa Revolusi, akhirnyajustru menjadi penentangnya. Dari kalangan Islam konsevatif, kalangan muslim Mesir yang diwakili Syeikh Al Azhar menentang pembaharuan semacam ini. Reformasi dibidang hukum yang memisahkan Islam dari urusan Agama dilakukan tanggal 8 April 1924 dengan menghapus peradilan syari’at. Sebagai gantinya di buat undang-undang hukum sipil yang mengadopsi undang-undang hukum Barat. Dalam beberapa literatur ditemukan bahwa Kemal Atatur sangat dekat dengan kehidupan mewah ala Barat. Mabuk-mabukan dalam setiap acara pesta merupakan pemandangan yang biasa bagi Attatur. Pundi-pundi yang digunakan untuk  mengisi dan menuangkan minuman keras pun juga tidak terhitung jumlahnya.[17]


Terdapat usaha terncana untuk memusat dan mengarahkan kembali orientasi dan doktrin sosial politik:

1.  Reformasi bahasa, mengganti huruf arab dengan huruf latin, dan istilah Arab dan persia dengan istilah Turki yang dinamai, sehingga membuat masyarakat harus memiliki kamus untuk membaca surat.

2.      Riset besar-besaran yang menggali jejak sejarah negara Turki dan mengabaikan dinasti Turki Usmani, sehingga lembaga pendidikan dijadikan sarana untuk menanamkan nasionalisme.

3.      Muncul dan berkembangnya ideologi baru bangsa Turki  yang di sebut dengan kemalisme.[18]


Ideologi tersebut punya 6 ajaran, yaitu:

1.  Republikanisme, yaitu kekuasaan berada di tangan negara dan di laksanakan melalui Grand nasional Asembly.

2. Nasionalisme, oleh karena itu semangat pan-Ottomanisme, pan-Turki, pan-Islam dan Internasionalisme harus di musnahkan.

3.      Seculism,memisahkan agama dengan persoalan lain.

4.      Kekuasaan rakyat, menegaskan kesetaraan formal dan menghapuskan gelar bey atau pasya.

5.      Kamilisme, mengisaratkan campur tangan pemerintah dalam aktifitas ekonomi

6.      Reolutionisme, dianggap sebagai perpaduan jiwa reformasi Kemal Ataturk.[19]

 

Baca Juga; 
👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉

PENUTUP

Dari uraian sejarah di atas, dapat disimpulkan penyebab dari kemunduran Kerajaan Usmani,yaitu:

1. Faktor Intern.

a. Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi

b. Kemunduran dalam bidang ekonomi.

c. Wilayah yang luas dan ledakan penduduk

d. Dekadensi moral para sultan.

e. Budaya korupsi para Sultan.

f. Pengaruh para istri Sultan

g. Keterbelakangan dalam bidang industri perang

2. Faktor Ektern

a. Kebangkitan Bangsa Eropa

b. Timbulnya gerakan Nasionalisme.

Dan untuk memperbaiki kelemahan yang terdapat pada kerajaan Turki,telah di lakukan berbagai upaya dan pergerakan-pergerakan, diantanya: tanzimad, usmani muda, dan turki muda. Namun ini belum dapat mengejar ketertinggalan Turki dari negara-negara eropa. 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abu, Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban Umat Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003

Firdaus, Negara Adikuasa Islam Fase Kedua Abad XIV-XX Masehi,Padang: IAIN-Press Padang, 2000,h. 49-50

Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: melacak akar-akar sejarah, social, politik dan budaya umat Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, h.192

Badri, Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003,h.178

Hourani, Albert, Sejarah Bangsa-bangsa Muslim, Judul Asli  A History of The Arab Peoples, Terj. Irfan Abu Bakar, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004, h.525

Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, Judul Asli A History of Islamic Societies, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999, H.175

Syafiq, A. Mughini, Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1997,h.128

 

Sabiq, Dhabith Tarki, Kamal Attaturk Pengusung Sekulisme dan Penghancul Khilafah Islamiah, Jusul Asli Ar-Rajul ash-Shanam, Kamal Attaturk, Jakarta: Senayan Publishing, 2008.h. 347

 



[1] Abu, Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban Umat Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003

[2] Firdaus, Negara Adikuasa Islam Fase Kedua Abad XIV-XX Masehi,Padang: IAIN-Press Padang, 2000,h. 49-50

[3] Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: melacak akar-akar sejarah, social, politik dan budaya umat Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, h.192

[4] Badri, Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003,h.178

[5]Ibid,178-179

[6]Ibid,h.179

[7]Ibid, h.180

[8] Hourani, Albert, Sejarah Bangsa-bangsa Muslim, Judul Asli  A History of The Arab Peoples, Terj. Irfan Abu Bakar, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004, h.525

[9] Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, Judul Asli A History of Islamic Societies, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999, H.175

[10] Syafiq, A. Mughini, Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1997,h.128

 

[11] Ibid, h.132

[12] Ibid,h.133-134

[13] Ibid, h.138

[14] Ibid,h.140

[15] Ibid, h.147

[16] Ibid, h.148

[17] Sabiq, Dhabith Tarki, Kamal Attaturk Pengusung Sekulisme dan Penghancul Khilafah Islamiah, Jusul Asli Ar-Rajul ash-Shanam, Kamal Attaturk, Jakarta: Senayan Publishing, 2008.h. 347

[18] Ibid,h.149-150

[19] Ibid, 1997, h150

0 Comment