17 Februari 2023

 


ILMU PENGETAHUAN DAN BERPIKIR ILMIAH

Asumsi awal, manusia mendapatkan pengetahuan secara empirik melalui pengamatan dan pengalaman. Data-data inderawi, benda-benda memori manusia merupakan beberapa istrumen dalam mendapatkan pengetahuan. Disamping itu perasaan intuitif atau insting juga menambah kepercayaan terhadap penemuan yang didapatkan sehingga kepercayaan terhadap suatu objek pengetahuan menimbulkan keyakinan terhadap sesuatu.

Manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yaitu akal dan daya nalar. Kemampuan tersebut diperoleh karena manusia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak berbagai jenis makhluk hidup lainnya.  Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berusaha untuk meningkatkan llmu pengetahuannya.

Pengaruh kemampuan befikir manusia menyebabkan rasa keingintahuan selalu berkembang. Dengan kemampuan berfikir manusia dapat mendayagunakan pengetahuan terdahulu dan menggabungkannya dengan pengetahuan yang  diperoleh sehingga menghasilkan pengetahuan baru. 

Secara historis, terdapat empat cara manusia memperoleh pengetahuan, yakni: 1) berpegang pada sesuatu yang sudah ada (metode keteguhan); 2) merujuk kepada pendapat ahli (metode otoritas); 3) berpegang pada intuisi (metode intuisi); 4) menggunakan metode ilmiah. Cara pertama Sampai cara ketiga, disebut sebagai cara kebanyakan orang, atau orang awam dan cenderung tidak efisien, dan kurang produktif bahkan terkadang tidak objektif dan tidak rasional. Sedangkan cara terakhir, yaitu metode ilmiah adalah cara ilmiah yang dipandang lebih rasional, objektif, efektif dan efisien. Cara yang keempat ini adalah cara bagaimana para ilmuwan memperoleh ilmu yang dalam prakteknya metode ilmiah untuk mengungkapkan dan mengembangkan ilmu dikerjakan melalui cara kerja penelitian.

Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang benar, disusun secara sistematis dan menggunakan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diverifikasi kebenarannya. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis, tersusun sebagai teori-teori yang saling mengkritik, mendukung dan bertumpu untuk mendekati sebuah kebenaran.

Bagi manusia, kebenaran universal merupakan suatu kebutuhan yang amat berguna. Adapun kegunaannya adalah untuk memperluas pandangan atau wawasan yang kemudian dapat membentuk suatu pandangan hidup atau filsafat hidup. Dengan filsafat hidup, manusia dapat memahami arti dirinya (substansinya), sehingga ia dapat menempatkan keberadaannya (eksistensinya) dalam hidup dan kehidupannya. Jika demikian halnya, berarti manusia akan lebih mengetahui tujuan hidupnya, kemana ia harus mengarahkan hidup dan kehidupan itu. Dengan adanya tujuan hidup inilah manusia dapat menciptakan pedoman hidup, sikap hidup, cara hidup dan tingkah laku hidup sehari-hari.[2] 

Berangkat dari hal tersebut, penulis akan membahas tentang “Ilmu Pengetahuan dan Berpikir Ilmiah”. 

A.    Pengertian

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.[3] Adapun berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan.

Metode ilmiah adalah ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.   

B.     Manfaat Berpikir Ilmiah

Disadari atau tidak manusia akan selalu menghadapi masalah dan dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya terlepas dari apakah permasalahan itu modusnya sama dengan yang pernah terjadi dulu sekalipun dengan tantangan baru maka metode penyelesaiannya pun harus baru pula. Karena itulah Tuhan memberikan manusia akal pikiran, untuk mengoptimalkan fasilitas yang sudah diberikan Tuhan agar bisa menjawab tantangan zaman dan permasalahan yang muncul dengan baik tanpa adanya metode tertentu dalam melahirkan pengetahuan. Dan pengetahuan diperoleh melalui sebuah sistem tata fikir yang dilakukan manusia, oleh karena itu hal ini menunjukan bahwa penelitian ilmiah dengan metode ilmiah memiliki peranan penting dan memberikan manfaat yang banyak dalam membantu manusia dalam memecahkan permasalahannya. Pengetahuan yang mempunyai sistem dan ilmu adalah pengetahuan yang sistematis, pengetahuan yang dengan sadar menuntut kebenaran, dan melalui metode tertentu. 

C.     Sarana Berpikir Ilmiah

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir yang memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Menurut Jujun, “untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika”.[4]


1.      Bahasa

Didalam bukunya, Jujun menyatakan bahwa, “pertama-tama bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita mempergunakan bunyi sebagai alat berkomunikasi”.[5] Namun ini bukanlah satu-satunya alat untuk berkomunikasi, hanya saja manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi utama dibanding yang lain. Lalu Jujun melanjutkan, “kedua, bahasa merupakan lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu”.[6]


Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa untuk mengekspresikan pengetahuannya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia tidak akan bisa berpikir rumit dan abstrak seperti yang dilakukan dalam kegiatan ilmiah.


2.      Logika

Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi; rasionalism-empirism; abstrak-kongkrit; apriori-aposteriori.


Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.[7]


Berpikir adalah objek material logika. Berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir, manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang diperolehnya. Dengan ‘mengolah’ dan ‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.[8]


3.      Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.[9]


     Contohnya, dalam mempelajari kecepatan jalan kaki seorang anak maka obyek “kecepatan jalan kaki seorang anak” tersebut dilambangkan dengan x, sesuai dengan lambang perjanjian yang berlaku khusus. Dalam hal ini x hanya mempunyai satu arti, yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”.

 

4.      Statistika

Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

 

D.    Pembuktian Ilmiah

Metode ilmiah merupakan suatu rangkaian langkah yang tertib dan sistemik, namun demikian suatu metodologi bisa dipahami ilmuwan dengan ragam pendapat, seperti J Eigelbener menyebut ada lima langkah dalam melakukan prosedur dan metode berpikir ilmiah, kelima langkah tersebut adalah:


1.    Adanya analisis terhadap masalah, analisis ini berguna untuk menetapkan apa yang hendak dicari, memberi bentuk dan arah pada telaah penelitian.

2.      Pengumpulan fakta-fakta.

3.      Penggolongan dan pengaturan data agar dapat menentukan kesamaan-kesamaan, urutan-urutan dan hubungan-hubungan yang ada dan bersifat simultan.

4.      Perumusan kesimpulan dengan menggunakan proses penyimpulan logika dan penalaran.

5.      Pengujian dan pemeriksaan kesimpulan-kesimpulan[10] 

            Ilmu Pengetahuan berkembang jadi bersifat dinamis. Aktivitas untuk perkembangan ilmu antara lain dengan kajian/riset (study, search, pursuit, inquiry, quest). Pembuktian kebenaran ilmiah dan dinamika ilmu atau metode perkembangan ilmu yaitu dengan penelitian atau riset.

Contoh urutan riset adalah sebagai berikut:

1.      Judul yang jelas berkaitan dengan riset.

2.      Rumusan masalah yang spesifik berkaitan dengan judul.

3.      Tujuan dan manfaat yang berkaitan dengan masalah.

4.      Tinjauan Pustaka yang berkaitan dengan judul riset.

5.      Kerangka Teori yang berkaitan dengan Tinjauan Pustaka.

6.      Kerangka konsep riset.

7.      Rumusan hipotesis kerja.

8.      Rumusan definisi operasional riset.

9.      Rancangan metode riset yang terkendalikan.

10.  Kumpulan data (Rencana dan Pelaksanaan).

11.  Analisis data dan sintesis hingga menjadi pernyataan.

12.  Pembahasan.

13.  Simpulan pernyataan menjadi hasil riset yang dapat dipertanggung jawabkan.

14.  Dibuat verifikasi hasil, saran dan ramalan ilmiah.


Metode ilmu pengetahuan harus berangkat dari permasalahan atau keraguan. Keraguan menunjukkan beberapa dimensi, yaitu bahwa kita tidak mengetaui sesuatu, bahwa kita memiliki hasrat untuk mengetahuinya, dan bahwa kita berusaha untuk menemukan kebenaran. Motivasi terdalam seorang ilmuwan adalah cinta akan pengetahuan teoretis, suatu motivasi yang membedakannya dari orang-orang lain yang mengontrol pekerjaan-pekerjaannya. Perhatiaannya pada pengetahuan teoretis akan membawa dia untuk memilih metode yang terbaik untuk mencapai pengetahuan itu.[11]

DAFTAR PUSTAKA

 

Keraf, A. Sonny dan Dua, Mikhael. Ilmu Pengethuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius, 2001, 89.

Sahakian, William S.  dan Sahakian, Mabel Lewis. Realism of Philosophy. Cambriedge, Mass.: Schenkman, 1965, 3. 

Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 91. 

Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 23. 

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001, 119. 


 

 



[2]Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 91.

[3]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer  (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), 119.

[4]Ibid., 167.

[5] Ibid., 175.

[6]Ibid., 175.

[7]William S. Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, Realism of Philosophy  (Cambriedge, Mass.: Schenkman, 1965), 3.

[8]Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar  (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 23.

[9]Jujun, Filsafat Ilmu, , 190.

[11]A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengethuan Sebuah Tinjauan Filosofis (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 89.

0 Comment