14 Februari 2023

 

KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA

Pada periode pertengahan, kurun waktu tahun 1500-1800 M muncul tiga kerajaan besar, yakni kerajaan Usmani di turki, kerajaan Shafawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Ketiga kerajaan ini merupakan kelanjutan dari rantai peradaban Islam yang sebelumnya telah dijalin oleh Dinasti Umayyah dan Abbasyiah Kerajaan safawi adalah kerajaan yang ikut berperan penting dalam mewarnai gemilangnya Islam di masa lampau, kerajaan safawi berkontribusi besar dalam berbagai aspek. Pembahasan kali ini mengajak kita menyingkap baik yang tersirat dari ketidaktahuan atau keterlupaan kita terhadap sejarah kerajaan safawi, sehingga pemahaman agama hanyalah sebahagian dari hal-hal yang akan di ungkapkan.

Hingga saat ini kerajaan safawi di Persia masih memiliki bentuk peninggalan yang unuk dan variatif. Mulai dari pergantian kekuasaan dari satu pimpinan ke pemimpin yang lain dengan pola strategi pemerintahan politik yang berbeda hingga perubahan system pemerintahan monarkhi menjadi republik.

Dalam makalah ini akan dibahas latar belakang berdirinya kerajaan safawi dan kemajuan peradaban Islam pada masa kerajaan safawi. Kemajuan peradaban Islam yang akan diuraikan mulai dari politik dan pemerintahannya, Ekonomi dan perdagangan, Sosial dan kemasyarakatan, pendidikan dan Iptek, kesenian, pemikiran Dn filsafatnya serta paam keagamaan yang berkembang di zamannya.


KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA

A.    Latar Belakang

Takluknya Qadisah, ibukota Dinasti Sasan tahun 637 M pada zaman Abu Bakar menjadi awal masuknya Islam ke Persia. Di samping itu sebelum safawi, di Persia telah terdapat kerajaan local yang berada di bawah dinasti-dinasti besar yang berkuasa, hingga menjadi kekuasaan yang lebih besar seperti dinasti Saljuk, Tabaristan, Rawadiah, Thahiriyah, Syafariyah dan Buwaihi. Di masa Timur Lenk wilayah tersebut bernama dinasti Timuriah (1370-1506), sepeninggalnya Timuriah pecah menjadi du bagian, dipimpin oleh Ulugh Bek dan Sultan Husen. Dinasti ini tidak stabil karena mongol dan turki campur tangan, oleh karena itu kelompok yang tidak puas mencoba melakukan gerakan-gerakan, salah satunya adalah gerakan tarekat safawiyang dipimpin oleh Syaikh Syafi’ al-Din (1252-1334 M).[1]

Pada awalnya gerakan tarekat safawi ini bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar. Kemudian memerangi golongan yang mereka sebut ahli-ahli bid’ah. Suatu ajaran yang dipegang secara fanatic. Kefanatikannya ini kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan para penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu lama kelamaan murid-murid tarekat safawiyah berubah menjadi tentara yang terorganisir,[2] fanatic dalam kepercayaan dan menantang setiap orang yang bermazhab berbeda dengan mereka.[3]

Kecenderungan memasuki dunia politik itu dapat terwujud pada masa kepemimpinan Juned (1447-1460 M). Safawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan wilayah ini menimbulkan konflik dengan Karo Koyunlu, dan Juned kalah.dan akhirnya diasingkan. Di tempat pengasingannya dia mendapatkan  perlindungan dan bantuan dari para penguasa Diyar Bakr Ak-Koyulu. Selama dalam pengasingan, Juned menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Juned juga berhasil mempersunting sepupu Uzun Hasan dan memiliki seorang putra bernama Haidar. Kemudian Juned terbunuh pada saat mencoba merebut Sisilia.[4]

Haidar menggantikan ayahnya dalam memimpin Safawi sebagai sebuah kekuatan politik dan militer. Dalam melanjutkan hubungan dengan Uzun Hasan tidak cukup hanya dengan perkawinan adik Uzun Hasan dengan ayahnya saja, bahkan Haidar menikah dengan salah seorang dari putrid Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahir tiga orang putra, yaitu Ali, Ibrahim dan Ismail.[5]

Kemenangan Ak Koyunlu tahun 1476 terhadap Kara Koyunlu memandang gerakan safawi yang dipimpin Haidar sebagai rival Politik bagi Ak Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Karena itu ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan Sirwan, Ak koyunlu malah mengirimkan bantuan militer untuk membantu Sirwan sehingga pasuka safawi kalah dan Haidar terbunuh. Inilah mula perpecahan antara dua sekutu Safawi dan Ak Koyunlu.

Ali, putra Haidar dituntut pasukannya untuk membalas atas kematian pemimpin mereka. Tetapi Ya’qub, pemimpin Ak koyunlu berhasil menangkap Ali dan bersaama saudaranya Ibrahim dan Ismail. Mereka bersama ibunya di asingkan di Fars selama empat setengah tahun. Mereka dibebaskan oleh Rustam, Putra mahkota Ak Koyunlu dengan sarat mau membantu membebaskan sepupunya. Ali kembali ke Ardabil setelah saudara sepupu Rustam dikalahkan. Namun selanjutnya Rustam berbalik memusuhi Ali bersaudara yang menyebabkan Ali terbunuh (1494) dan digantikan oleh adiknya Ismail yang baru berusia 7 tahun. Ia menyiapkan pasukannya yang dinamai Qizilbash 9baret merah) yang dibentuk oleh ayahnya Haidar.

Di bawah oimpinan Ismail, pada tahun 1501 M ia berhasil mengalahkan Ak Koyunlu di Sharur dan berhasil merebut ibukotanya yaitu Tabriz dan di tempat itu dia memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi (disebut Ismail I). Ismail I berkuasa selama 23 tahun. Dalam waktu sepuluh tahun Ismail sudah mampu memperluas kekuasaannya hingga seluruh Persia.

Ismail digantikan oleh anaknya Tahmasp I, anak pertama dari Sembilan bersaudara. Tahmaps merupkan pengganti Ismail yang memang sudah dipersiapkan dan diunggulkan dari saudara-saudaranya, karena beliau adalah putra tertua walaupun pada waktu itu usianya baru sepuluh tahun.

Tahmaps memerintah Selma 52 tahun, menjelang wafatnya, Tahmaps mengalami sakit keras, pada masa ini pasukan Qizilbash pecah menjadi dua kubu, satu di antarnya kelompok yang memihak kepada Ismail Mirza dan satu lagi memihak kepada Haidar Mirza. Dalam hal ini Tahmasp memilih Haidar Mirza putra ke tiganya sebagai calon penggantinya. Namun Ismail melkukan penolakan dan perlawanan pada saat penobatan Haidar menjadi Khalifah (syah) hingga akhirnya Haidar terbunuh, dan Ismail naik tahta dengan gelar Ismail II.

Setelah sebelas tahun menjabat, Ismail II wafat dan digantika oleh Muhammad Khudabanda putra pertama Tahmaps I atas penunjukan para pejabat Negara. Khudabanda menjabat sekitar sepuluh tahun, kemudian digantiikan oleh Syah Abbas I. Syah Abbas I memerintah selama lebih kurang 41 tahun, selama pemerintahnnya, Safawi berada pada tatanan yang penuh dengan kemajuan, perbaikan urusan administrasi, diplomasi luar negeri dan lain-lain.

Sebelum Abbas I, persaingan antara Safawi dan Turki Usmani selalu terjadi, ditandai dengan perang yang berkepanjangan, peperangan dimulai sejjak kepemimpinan Ismail I (1501-1524 M), lalu Tahmaps I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587 M). Akhirnya Abbas I (1588-1628 M) melakukan perjanjian dengan Turki Usmani sehingga mengakhiri perang yang selama ini terjadi. Secara umum di zaman Syah Abbas I terjadi stabilitas Negara dan perdamaian dengan Turki Usmani dan dinasti Moghul.

Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)

B.     Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Safawi

1.      Kemajuan di Bidang Politik dan Pemerintahan

Secara administrasi, struktur organisasi pemerintahan safawi secara horizontal didasarkan pada garis kesukuan/kedaerahan. Dan secara vertical mencakup dua jenis, yaitu Istana dan sektretariat Negara. Dalam hal kesukuan, qizilbash (suku turki) merupakan bangsawan militer, qizilbash mendapat posisi strategis hingga masa pemerintahan Muhammad Khadabanda (berakhir tahun 1587 M). Suku tajik memegang posisi di kementerian dan secretariat Negara (sebagai dewan amir yang meliputi amir, wazir, sejarawan istana, sekretaris pribadi syah, dan kepala intelijen), akuntan, pegawai administrasi, pengumpul pajak dan administrasi keuangan, dan suku persia menjabat sebagai Sadr (ketua lembaga agama).

Sebagaimana lazimnya kekuatan politik suatu Negara ditentukan oleh kekuatan angkatan bersenjata, pembenahan administrasi Negara, penguatan system pertahanan ibu kota dan hubungan diplomasi dengan Negara lain, serta menjaga agar tidak terjadii perpecahan.[6] Inilah secara umum lima hal yang dilakukan Syah Abbas I dalam menjamin kemajuan dinasti Safawi. Syah Abbas I juga telah melakukan langkah politiknya yang pertama, yaitu membangun angkatan bersenjata dinasti Safawi yang kuat, besar dan modern.

Tentara qizilbas yang pernah menjadi tulang punggung dinasti Safawi yang besar, seiring waktu tidak lagi terlalu berpengaruh dalam bidang pertahanan dan keamanan, melainkan hanya menjadi tentara non regular yang tidak bias diharapkan lagi untuk menopang citra politik sah syah yang besar. Untuk itu dibangun suatu angkatan bersenjata regular. Angakatan bersenjata regular ini dibentuk dari bekas tawanan perang dan bekas dan muallaf dari Georgia dan Chirchasia yang sudah mulai dibawa ke Persia sejak masa Tahmasab (1524-1576 M), mereka diberi gelar “Ghulam”. Mereka dibina dengan pendidikan militer yang militant dan dipersenjatai secara modern. Sebagai pimpinannya, Syah Abbas mengangkat Allahwardi Khan, salah seorang dari ghulam itu sendiri.

Dalam membangun Ghulam, syah Abbas mendapat dukungan dari dua orang Inggris, yaitu Sir Anthony Searli dan saudaranya Rober Anthiny Searli. Mereka yang mengajari tentara Safawi untuk membuat meriam sebagai perlengkapan tentara modern. Kedatangan kedua orang warga Inggris itu oleh sebagian sejarawan dipandang sebagai usaha strategis Inggris untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani di eropa yang menjadi musuh besar Inggris saat itu. Namun kepercayaan diri Syah Abbas tetap ada, karena memiliki ghulam yang dapat diandalkan. 

2.      Kemajuan di Bidang Ekonomi dan Perdagangan

Kemajuan di bidang ekonomi dan perkembangan perdagangan kerajaan Safawi terjadi setelah kepulauan hurmuz dikuasai dan nama pelabuhan “Gumrun” dirubag menjadi Bandar Abbas.

Sebagai pelabuhan utama pelabuhan ini mampu menjamin kehidupan perekonomian Safawi. Hal ini dikarenakan Bandar tersebut merupakan salah satu jalur dagang yang strategis antara timur dan barat yang biasanya menjadi daerah perbutan Belanda, Inggris dan Prancis.

Selain itu Safawi juga mengalami kemajuan sector pertanian terutama pada saat daerha bulan sabit subur (fortile crescent). Dalam masa ini juga masyarakat sudah banyak melakukan budaya wakaf harta-hartanya kepada ummat.[7] 

3.      Kemajuan di Bidang Sosial dan Kemasyarakatan

Pada zaman pemerintahan Khudabanda, di Isfahan telah dibangun 162 masjid, 48 Perguruan, caravan series, dan tempat pemandian umum yang seluruhnya dibangun oleh Tahmasp I. Syah Abbas sebagai pelanjut keduanya berhasil membuat Safawi secara keseluruhan menjadi Negara yang hidup makmur, terhindar dari perang yang biasanya terjadi Sehingga pada masa Abbas I dinyatakan sebagai puncak keemasan Negara tersebut.

4.      Kemajuan di Bidang Politik dan IPTEK

Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah.[8]

5.      Kemajuan di Bidang Kesenian

Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Juga ada sebuah sekolah seni lukis yang merupakan peninggalan dari Timuriah yang berada di Heart, dan dipindahkan ke Tibriz pada tahun 1510 M oleh Ismail I. Bahkan dari sekolah ini terbit sebuah buku yang berjudul Syah Nameh (buku tentang raja-raja) yang memuat sekitar 250 lukisan. 

6.      Kemajuan di Bidang Pemikiran dan Filsafat

Dalam bidang filsafat kerajaan safawi sangat maju dengan berkembangnya filsafat ketuhanan yang kmudian dikenal dengan filsafat Isyraki (Pencerahan) tercatat seorang filosof yang bernamaSadr Al-Din Al ‘Syirazi (Mulla Sadra), beliau wafat tahun 1641 M. Selain Sadra juga ada Muhammad Bagir Ibn Muhammad Damad sebagai Filosof, ahli sejarah, Ilmuan dan teolog.

7.      Paham Keagamaan

Ismail Khaidar (khalifah pertama) mengklaim dirinya sebagai titisan para imam syi’ah, penjelmaan tuhan, sinar keyuhanan dari imam yang tersembunyi dan imam mahdi. Dinasti Safawi bukanlah kerajaan yang serta merta dibangun atas dasar kekuasaan, berawal dari sebuah pandangan agama dalam bentuk tarekat di Ardabil (azerbeijan). Tarekat Safawiyah berdiri hamper bersamaan dengan kerajaan Usmani.

Syafawi merupakan penganut paham syi’ah, bahkan dari awal berdirinya kerajan ini syi’ah dinyatakan sebagai mazhab resmi Negara. Bahkan di masa Abbas II (sulaiman) dan Husein terjadi penindasan, pemerasan dan marjinalisasi terhadap ulama sunni dan memaksa ajaran syi’ah kepada mereka. Namun demikian tidak seluruh Syah Safawi beraliran demikian, dijelaskan oleh Muhammad Sahil Thaqqusy dalam sejarah dinasti Safawi di Iran. Dalam pandangan agama Ismail II merupakan penganut aliran Sunni, meskipun tidak di ungkapkan secara terang-terangan, namun segala kediatan dan tindakan kepmimpinannya mengidentifikasikan bahwa beliau adalah penganut paham sunni. Namun tetap saja dikatakan bahwa syi’ah telah melingkupi perjalanan dinasti safawi hingga terasa pada republic Iran sekarang.

C.    Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694- 1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.

Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuan yang telah diperoleh dalam pemerintahan sebelumnya (Abbas I).
Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi'ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi (Hamka, 1981:71).

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah

1.      Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan  Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.

2.      Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.

3.      Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.

4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.

Baca Juga; ----------------

👉

👉


KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

1.      Nama Safawi dinisbatkan kepada tarekat Safawiyah yang didirikan oleh Syekh Safiuddin Ishaq;

2.      Kepemimpinan berlangsung secara turun temurun dengan pimpinan kerajaan yang disebut Syah

3.      Pemimpin-pemimpin Safawi adalah

1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)

4.      Fase-fase Kerajaan Safawi

a.       Fase Pertama (1501-1588 M)

Merupakan fase pendirian atau pembentukan dinasti Safawi dan merupakan peralihan terhadap banyak perubahan dan penyesuaian struktur administrasi pemerintahan

b.      Fase Kedua (1588-1628 M)

Merupakan masa keemasan dan saat-saat sedang mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang, ini terjadi pada masa pemerintahan Abbas I yang diberi gelar Syah yang Agung

c.       Fase Ketiga (1628-1722 M)

Merupakan masa kemunduran dan kehancuran dinasti Safawi, hingga berakhirnya dinasti ini

5.      Safawi yang merupakan rival bagi kerajaan Turki Usmani tetap diakui sebagai sebuah kerajaan yang besar, hal ini dibuktikan dengan adanya kesepakatan damai yang terjadi pada masa Abbas I dengan Turki Usmani, ini sekaligus mengindikasikan bahwa kerajaan Safawi diakui keberadaannya dari Turki Usmani yang memang dari segi waktu muncul lebih dulu. 

B.     Saran

Makalah yang disajikan hari ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, disamping bahan bacaan yang kurang, waktu prentasi yang diberikan juga terbatas, sehingga tidak semua materi yang semestinya mengapung bisa dibincangkan. Untuk itu kepada peserta diskusi penulis menyarankan untuk selalu meningkatkan motivasi berdiskusi, yang dengan itu diharapkan menambah khasanah pengetahuan kita, termasuk dibidang sejarah peradaban Islam.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Islamika, 2008) h. 234

Dicky Avelli A, Makalah Tiga Dinasti

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) h 138

MS Rizqi, (Http://msrizqi.blogspot.com/2009/04/dinasti-dinasti-kecil-persia-html)

Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2008) h. 254-255

Saeful Anwar, Peradaban Islam Masa Dinasti Safawi Persia 1501-1736 M.

            (Brockelmann, 1974:503-504)

 



[1] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Islamika, 2008) h. 234

[2] Dicky Avelli A, Makalah Tiga Dinasti

[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) h 138

[4] Dicky Avelli, Op Cit

[5] MS Rizqi, (Http://msrizqi.blogspot.com/2009/04/dinasti-dinasti-kecil-persia-html)

[6] Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2008) h. 254-255

[7] Saeful Anwar, Peradaban Islam Masa Dinasti Safawi Persia 1501-1736 M.

[8] (Brockelmann, 1974:503-504)

0 Comment