15 Februari 2023

 


Sejarah dan Ruang Lingkup Filsafat

Pengertian filsafat dari segi bahasa kata filsafat yang diucapkan dalam bahasa Arab "falsafah" adalah berasal bahasa Yunani yaitu "philosophia" yang berarti cinta kepada pengetahuan, yang terdiri dari dua kata yaitu "philos"  yang berarti cinta (loving) dan sophia yang berarti pengetahuan (wisdom). Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut "philosophos", dalam bahasa Arab disebut "filosof" dan bahasa Indonesia disebut "filusuf".

Istilah filsafat bagi kalangan sarjana lebih dikaitkan dengan peradaban Yunani, hal ini dikarenakan awal mula kemunculan filsafat dari mitos orang-orang Yunani. Dari sinilah, Muhammad Sodiq dalam kata pengantar penerjemahan buku "The Tree Of Philosophy" menyebutkan istilah filsafat dengan kata lain adalah mitos. Namun sebagian kalangan sejarawan filsut menyebutkan bahwa awal mula kemunculan filsafat sejak terciptanya manusia pertama yaitu nabi Adam, alasan yang digunakan oleh golongan ini adalah orang yang berpikir, maka dia sudah termasuk orang yang berfilsafat. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa awal mula adanya filsafat terjadi setelah adanya Evolusionis atau yang lebih dikenal dengan teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin.

Dari pendapat-pendapat diatas, sangat jelas terjadi silang pendapat dikalangan sejarawan filsuf. Dalam maka yang berjudul "Sejarah dan Ruang Lingkup Filsafat", penulis hanya membahas secara ringkas pendapat manakah yang lebih popular yang dikemukakan oleh para sejarawan.

Selain itu, dalam makalah ini, juga dibahas secara singkat mengenai ruang lingkup yang dikaji dalam filsafat. Sebagaimana dalam referensi buku-buku filsafat, disebutkan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi kajian filsafat, yaitu: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. 

A.    Pengertian Filsafat

Pengertian filsafat dari segi bahasa kata filsafat yang diucapkan dalam bahasa Arab "falsafah" adalah berasal bahasa Yunani yaitu "philosophia" yang berarti cinta kepada pengetahuan, yang terdiri dari dua kata yaitu "philos"  yang berarti cinta (loving) dan sophia yang berarti pengetahuan (wisdom). Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut "philosophos", dalam bahasa Arab disebut "filosof" dan bahasa Indonesia disebut "filusuf". Pencinta pengetahuan adalah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau dengan kata lain, orang yang selalu mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.[1]

Adapun pengertian filsafat dari segi istilah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta atapun mengenai kebenaran dan arti "adanya" sesuatu.[2] 

B.     Pengertian Ilmu

Dalam kamus Bahasa Indonesi kata ilmu berarti pengetahuan atau kepandaian, baik yang termasuk jenis kebathilan, maupun yang berkenaan dengan alam dan sebagainya.[3] Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Popular mengartikan ilmu adalah "ilmu pengetahuan".[4]

Ilmu dalam kajian filsafat, sebagaimana yang dikatakan oleh Jujun bahwa ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu social, di mana keduanya mempunyai cirri-ciri keilmuan yang sama.

 Sejarah Kemunculan Filsafat Dan Perkembangannya 

Pada bab yang kedua ini terdapat pembahasan Sejarah Kemunculan Filsafat dan Perkembangannya, yang meliputi, sejarah asal mula pengunaan filsafat, sejarah kemunculan filsafat dan ilmu, faktor-faktor kemunculan filsafat ilmu, sejarah perkembangan filsafat ilmu, klasifikasi filsafat dari segi geografis dan agama, tokoh-tokoh filsafat ilmu.

Ada lima pertanyaan mengenai pembahasan sejarah kemunculan filsafat dan perkembangannya, yaitu pertama: Istilah atau penamaan filsafat itu sendiri, yang kedua: Kapan filsafat itu muncul, yang ketiga: Dimana filsafat itu muncul, yang keempat: Siapakah tokoh pencetus pertama kali dalam filsafat, yang kelima: Siapakah tokoh-tokoh filsafat yang terkenal dalam memberikan sumbangan pemikiran filsafat. 

A.    Sejarah Asal Mula Pengunaan Istilah Filsafat

Sejarah asal mula dalam pengunaan istilah filsafat dikalangan para filsuf, penulis belum menemukan data atau riteratur yang menjelaskan asal mula pengunaan istilah filsafat secara pasti. Tetapi bila merujuk dalam sebuah hasil karya tulisan Bertran Russell yang menulis buku dengan judul "History Of Western Plilosophy"  dan buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul "Sejarah Fisafat Barat".

Dalam buku tersebut Bertran Russell menjelaskan panjang lebar tentang "Zaman Pra-Sokrates", yang dalam penjelasan  tersebut dapat dipahami bahwa istilah filsafat dikenal dengan adanya kelahiran beradaban Yunani kuno, hal ini karena tampil seorang filosof Yunani dari daerah Mileta dan dia seorang yang pertama kali digelari filosof yaitu Thales.[5] 

B.     Sejarah Kemunculan Filsafat dan Ilmu

Dikalangan para sarjana yang menekuni dalam bidang filsafat, mereka silang pendapat sejak kapan pemikiran filsafat itu muncul. Dikalangan sebagian sarjana mengatakan bahwa muculnya filsafat sejak kelahiran beradaban Yunani yang disponsori oleh Thales, pendapat tersebut dikemukakan oleh Bertran Russell sebagaimana terdapat dalam penjelasan sebelumnya, hal yang senada juga dikemukakan oleh Jerome R. Ravert.[6]

Ada juga pendapat lain yang dikemukan oleh kaum Kreasionisme yang berpendapat bahwa kemuculan filsafat sejak manusia pertama yaitu Nabi Adam dan Hawa yang turun ke bumi pada 60.000 tahun yang lalu atau abad 600 SM. Alat yang dibekalkan kepada Adam dan Hawa berupa akal sehingga dapat berpikir, menjalani kehidupan, melaksanakan amanat Tuhan, memilihara kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, bersamaan dengan adanya manusia, maka pemikiran filsafat telah ada.[7]

Sedangkan pendapat lain menyebutkan bahwa kemunculan filsafat sejak Charles Darwin menperkenalkan teorinya yang dikenal dengan "Teori Evolusi". dalam teorinya, dia mengatakan bahwa kira-kira tahun 600.000 SM, terbentuk makhluk hidup yang disebut manusia sebagai evolusi yang panjang dan miliaran tahun sebelumnya.[8]

Dari pendapat-pendapat diatas, penulis lebih memilih pendapat pertama yaitu bahwa kemunculan filsafat berawal dari beradaban Yunani yang dikenalkan oleh seoarng filsuf ternama dan terkemuka yaitu Thales.

Adapun sejarah kemunculan ilmu pengetahuan, Menurut Jerome R. Ravert menjelaskan bahwa kemunculan science Eropa bermula dengan adanya  para filsuf dari negara Yunani yang mendiami pantai dan pulau-pulau Mediterranian Timur, diakhir tahun abad ke-6 dan ke-5 SM.[9]

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kemunculan ilmu bersamaan dengan kemunculan filsafat. Pada zaman Yunani kuno filsafat maupun ilmu sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Yunani.[10] 

C.    Faktor-Faktor Kemunculan Filsafat Ilmu

Menurut Jan Hendrik Rapar ada empat hal yang memicu lahirnya filsafat, yaitu ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya dan keraguan. Penjelsan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

1.      Ketakjuban

Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa menurut para filsuf seperti Aristoteles bahwa yang menjadi awal kelahiran filsafat adalah kekaguman, keheranan atau ketakjuban.[11]

2.      Ketidakpuasan

Manusia tidak merasa puas dengan fenomena-fenomena alam, sehingga membuat manusia terus-menerus dalam mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan menyakinkan terhadap peristiwa-peristiwa alam

3.                              Hasrat Bertanya

Ketakjuban manusia atas keberadaan alam semesta ini, sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan yang membuat manusia selalu bertanya-tanya yang tak kunjung habisnya hal ini karena ketidakpuasan manusia.

4.      Keraguan

Manusia selalu mengajukan pertanyaan dengan maksud untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang ditanyakan itu. Pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan keterangan yang pasti dan jelas, hal ini karena berangkat dari keraguan atau ketidakpastian dan kebinggunan.[12]  

D.    Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Para ilmuwan dari kalangan sarjana yang menekuni filsafat telah mengklasifikasi perkembangan sejarah filsafat. Ada lima periode dalam perkembangan sejarah filsafat ilmu, yaitu:

1. Periode Zaman Yunani Kuno

Periode pada zaman Yunani kuno terjadi pada tahun 600 SM hingga tahun 200 M, yang diperkirakan bahwa filsafat Yunani ini merupakan perkembangan dari mitologi dan sastra, serita rakyat, drama-drama yang hidup subur di kalangan masyarakat.

Prof  Dr. Sutardjo A. Wiramihardja mengutip penjelasan Bertens bahwa pada zaman Yunani kuno terdapat tiga periode masa sejarah filsafat yang pertama pada masa awal filsafat kuno dengan para pelopor yang terkemuka yaitu Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Yang kedua, pada masa keemasan Yunani kuno dengan ditandai kelahiran para filsuf terkenal, diantaranya Perikles, Sokrates, Plato dan muridnya Plato yaitu Aristoteles. Dan yang ketiga yaitu masa Helenitas dan Romawi yang ditandai dengan para pencetusnya seperti Pyrrho, Cicero, Philo dan Photinos.[13]

  1. Periode Zaman Pertengahan

Periode pada zaman Yunani kuno terjadi pada tahun 200 M hingga tahun 1500 M, zaman ini dianggap sebagai zaman yang dimana filsafat begitu erat, bahkan berada dibawa naungan agama. Pada periode pertengahan ini terdapat empat periode terhadap perkembangan filsafat, yaitu:

a.       Zaman Patristik

Pada zaman Patristik ditandai dengan adanya kebudayaan kafir, hal ini karena ada dua pemikiran yang saling tolak belakang yaitu, pemikiran berdasarkan kepercayaan agama Nasrani dan pemikiran yang dilandasi dengan filsafat Yunani Kuno. Menurut pandangan agama Nasrani bahwa setelah ada wahyu Ilahi yang terwujud dalam Yesus, seharusnya tidak ada lagi pemikiran filosofi. Dengan demikian, pemikiran filsafat tidak diakui.[14]

Tokoh-tokoh yang tampil di zaman Patristik seperti Yutinus Martyr, Clemen dan Origenes.[15] 

b.      Zaman Awal Skolastik

Diawal periode Skolastik ditandai dengan terjadinya migrasi penudukm yaitu perpindahan bangsa Hun dari Asia ke Eropa, sehingga bangsa Jerman berpindah melintasi perbatasan  kekaisaran Romawi yang secara politik mengalami kemerosotan.  Dengan adanya setuasi  yang demikian ini tidak banyak pemikiran filsafa yang dikemukakan pada masa ini.

Tetapi pada masa ini terdapat tokoh-tokoh yang melopori filsafat seperti  Boethius (480-524), Kaisar Karel Agung, Johanes Scotus, Eriungena (810-877), Anselmus (1033-1109) dan Abelardus.[16] 

c.       Zaman Keemasan Skolastik

Dizaman keemasan Skolastik ditandai dengan kemajuan filsafat yaitu studi penggabungan filsafat dengan teologi. Tokoh-tokoh intelektual filsafat pada di zaman, seperti Bonaventura, Albertus Agung, Thomas Aquinas.[17] 

d.      Masa Akhir Abad Pertengahan.

Pada Abad XIV terjadi sikap kritis atas berbagai usaha pemikiran yang menyintesiskan pemikiran silsafat dan teologi yang semaking menyimang dari pendapat Aristoteles. Dua tokoh yang tampil dalam mempersiapkan ilmu penegetahuan dan alam modern, ialah Johannes Buridanus (1298-1358) di Paris dan Thomas Bradwarline(1300-1249) di Oxford. 

  1. Periode Zaman Pencerahan

Pada tahun 1600 sampai 1800 ini disebut sebagai zaman pencerahan terhadap perkembangan filsafat, yang oleh Jerome R. Ravertz diebut sebagai zaman dari manifesto hingga kritik. Pada zaman ini terjadi perdebatan dalam filsafat ilmu yang hampir tak dapat dipisah dari perdebatan ilmu itu sendiri. Selain itu juga terjadi berdebatan antara filsafat dan teologi dari biara-biara hingga sampai ke universitas-universitas.[18]

Tokoh-tokoh yang terkemuka pada zaman ini seperti Descartes, leibnits, Galileo, Laplace dan Kant.[19] 

  1. Periode Zaman Modern

Pada zaman modern dikenal dengan masa Renaisans yang arinya "lahir kembali" maksudnya adalah melahirkan kembali kebudayaan klasik yaitu kebudayaan Yunani dan Romawi.

Para pelopor pada zaman ini yang tampil sebagai sasrawan dan seniman digaris depan seperti Petrarca (1304-1374), Boccaccio (1313-1375, Michelangelo (1475-1565) dan Francis Bacon (1561-1623).[20] 

  1. Periode Zaman Pascamodernisasi

Pada periode ini yang menjadi perhatian dalam pembahasan adalah fenomenologi dan eksistesialisme[21] yang menunjukkan masuknya babak baru yang disebut Pascamodernisme.

Tokoh yang memperkenalkan pemikiran filsafat fenomenologi adalah Edmund Husert (1859-1936), pemikiran ini terinpirasi dari seorang filsuf dan ahli matematikus yaitu Brentano.

Adapun tokoh yang memperkenalkan pemikiran filsafat eksistesialisme adalah Soren Kierkegaard, dia adalah seorang yang sangat penentang materialisme dan idealisme.[22] 

C.    Klasifikasi Filsafat dari segi Geografis dan Agama

Berdasarkan riteratur-riteratur filsafat, ditemukan pembahasan filsafat Barat dan juga filsafat timur serta pembahasan tentang filsafat agama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada dua klasifikasi filsafat yaitu filsafat menurut wilayah atau geografis dan filsafat menurut agama. Filsafat menurut wilayah terbagi menjadi dua, yaitu filsafat Barat dan filsafat Timur.

Maksud dari filsafat Barat adalah filsafat Yunani itu sendiri,[23] sedangkan filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang berkembang di wilayah Asia terutama Cina, Jepang, dan India.[24] 

Adapun klasifikasi filsafat dari segi agama terdapat lima agama yang memiliki pemikiran filsafat masing-masing yaitu : (a) filsafat Islam, (b) filsafat Yahudi, (c) filsafat Kresten, (d) filsafat Budha dan (e) filsafat Hindu.

Klasifikasi filsafat dari segi geografis dan agama diatas berdasarkan analisis yang terdapat dalam beberapa literatur buku-buku filsafat.[25] 

D.    Tokoh-Tokoh Filsafat Ilmu

Sebagaimana pada pembahasan sejarah perkembangan filsafat, penulis menampilkan hanya beberapa perintis dan tokoh filsuf yang terkemuka pada zamannya. Kali ini penulis menampilkan para pelopor filsuf sesuai dengan mengikuti perkembangan filsafat.

1.      Tokoh-tokoh filsuf pada zaman Yunani Kuno

Para pelopor filsuf pada masa awal Yunani kuno, mereka adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan Parmenndes. Adapun tokoh pada masa keemaan Yunani Kuno, mereka adalah: Perikle, Protagoras, Sokrates (470 Sm-399M, Plato (427 SM-347 SM), Herakleitos, Aristoteles (84 SM- 322 SM)

Selain itu tokoh yang sebagai pelopor pada masa Helenitas dan Romawi, mereka adalah; Epikuros (341-270 SM), Pyrrho (365-75), Cicero (106-43 SM), Philo (25 SM-5 M), Ploninos (203/-269/70), Proklos (410-485).[26] 

2.      Tokoh-tokoh filsuf pada zaman Pertengahan

Ada empat periode pada masa ini yang pertama masa patristic, tokoh perintisnya adalah Yustinus Martyr, Clemens (50-215 M), Origenes (185-254), Gregorius (330-390), Basilius (330-379, Gregorius (335-394) dan Johannes Damascenus.

Yang kedua pada masa awal Skolastik, sebagai pelopor filsuf adalah: Boethius (480-524 M), Kaisar Karel Agung, Johanes Scotus Eriugena (810-877), Anselmus 1033-1109) dan Abelardus (1079-1142).

Yang ketiga pada masa keemasan Skolastik, yang tampil sebagai filsuf terkemuka adalah Fransiskus pada tahun 1209, Dominikus pada tahun 1215, dan Bonaventura.

Danga yang keempat pada masa akhir abad pertengahan, yang tampil sebagai pleopor filsuf terkenal adalah Johannes Buridanus (1298-1359) dan Thomas Bradwardine (1300-1349).[27] 

3.      Tokoh-tokoh filsuf pada zaman Pencerahan

Pada masa ini tokoh-tokoh yang tampil sebagai filsuf, mereka adalah Michel de montaigne (1533-1592), Descartes, Leibnits, Wolf, Locke, Hume an Berkeley.[28] 

4.                              Tokoh-tokoh filsuf pada zaman Modern

Tokoh-tokoh pada zaman ini, mereka diantaranya Petrarca (1304-1374, Boccaccio (1313-1375), Michelangelo (1475-1565), Leonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus Copernicus (1475-11543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-1643).[29] 

5.                              Tokoh-tokoh filsuf pada zaman Pascamodernisme

Pada masa ini sebegai tokoh filsuf yang terkenal adalah Enmund Husserl (1859-1936), Max Scheler, Edith, Kierkegaard, Sartre, Heidegger, Albert Camus dan Simon Beauvoir.[30] 

Ruang Lingkup Filsafat 

Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang penyangg bagi eksistensi ilmu. Tiga komponen yang dimaksud adalah Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi, ketiga tersebut masuk pada lingkup kajian filsafat ilmu.

  1. Ontologi

Ontologi adalah menjelakan pertanyaan "apa", oleh karena itu ontologi merupakan azaz dalam menetapkan batas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakekat realitas (metafisika). Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat itu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari persipsi filsafat tentang apa dan bagaimana yang ada itu.[31]

Ada beberapa pertanyaan ontology yang dapat melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Misalnya Apakah yang ada itu?, (what is being?), bagaimanakah yang ada itu (how is being?) dan dimanakah yang ada itu? (where is being?).[32] 

  1. Epistemologi

Epistemologi adalah penjelasan pertanyaan "bagaimana", yang menurut Jujun S. Suriasumantri bahwa epistemologi sebagai cara mendapatkan pengetahuan yang benar.[33] Sedangkan Epistemologi dalam istilah filsafat adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal muasal, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan.

Epistemologi meliputi tata cara dan saran untuk mencapai pengetahuan. M. Zainuddin dalam bukunya "Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam", menjelaskan bahwa ada tiga persoalan pokok dalam bidang Epistemologi, yaitu :

  1. Apakah sumber pengetahuan itu? Dari manakah datangnya pengetahuan yang benar itu? Dan kalau ada, apakah kita bisa mengetahuinya?
  2. Apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apa ada dunia yang benar-benar di luar pikiran kita? Dan kalau ada, apakah kita bisa mengetahuinya?
  3. Apakah pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita dapa membedakan yang benar dari yang salah?.[34] 

C.    Aksiologi

Bila Ontologi menjelaskan pertanyaan "apa", sedangkan epistemologi adalah penjelasan pertanyaan "bagaimana", maka aksiologi penjelasan pertanyaan "untuk apa". Aksiologi dengan bahasa yang sederhana adalah nilai kegunaan ilmu, hal ini yang diistilahkan oleh Jujun S. Suriasumantri[35]

Aksiologi dalam istilah filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau kenyataan itu, sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan social.[36]

Dari penjelasan ruang lingkup filsafat ilmu diatas bila diskemakan, maka nampak sebagai berikut:

 Kesimpulan 

Berdasarkan penjelaan tentang sejarah dan ruang lingkup filsafat diatas, maka ada dua hal yang dapat disimpulkan yang pertama bahwa sejarah kemunculan filafat dan sejarah awal dalam mengunakan kata filsafat, ini terjadi pada zaman Yunani kuno, hal ini berdasarkan pengakuan ahli sejarah dalam bidang filsafat, bahwa mereka mengjuluki Thale sebagai pelopor utama dan pertama dalam filsafat.

Dan kesimpulan yang kedua, sesuai dengan pembahasan tentang ruang lingkup filsafat, bahwa filsafat ilmu memiliki kajian ilmu pengetahuan yang terbagai menjadi tiga yaitu, Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. 

 Daftar Pustaka 

Abdillah, Pius. Kamus Saku Bahasa Indonesia. Surabaya: Arkola, t.t.

Anhari, Masjkur. Filsafat Sejarah dan Perkembangan dari Abad ke Abad. Surabaya: Diantama, 2007.

Bambrough, Renford ed. The Philosohy of Aristotle. New York: New American Library, 1963.

http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat.

Pandia, Wisma. "Ilsafat Ilmu Diktat kulian di Sekolah Tinggi Theologi Injili Philadelphia", dalam http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat (30 Oktober 2010)

Rapar,Jan Hendrik. Pangantar Filsafat. Yogyakarta:Kanisius, 1996.

Partanto,Pius A. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya; Arkola, t.t.

Poerwadarminto, WJS. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1966.

Ravertz, Jerome R. Filsafat Ilmu. terj. Saut Pasaribu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Russell, Bertran. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik. ter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:Pustaka Sinar harapan, 2007.

Wiramihardja, Sutardjo A. PengantaraFilsafat .Bandung: Refika Aditama, 2009

Zainuddin, M. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam. t.t.:Lintas Pustaka, t.t.

 

 

 



[1] Masjkur Anhari, Filsafat Sejarah dan Perkembangan dari Abad ke Abad (Surabaya: Diantama, 2007), 4.

[2] Ibd., 5 ; WJS Poerwadarminto, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1966)

[3] Pius Abdillah, Kamus Saku Bahasa Indonesia (Surabaya: Arkola, t.t), 133.

[4] Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya; Arkola, t.t), 243.

[5] Bertran Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik. ter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 3-29.

[6] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu. terj. Saut Pasaribu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 7.

[7] Sutardjo A. Wiramihardja, PengantaraFilsafat (Bandung: Refika Aditama), 55-56.

[8] Ibd., 56.

[9] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu. 7.

[10] Wisma Pandia, "Ilsafat Ilmu Diktat kulian di Sekolah Tinggi Theologi Injili Philadelphia", dalam http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat (30 Oktober 2010)

[11] Jan Hendrik Rapar, Pangantar Filsafat (Yogyakarta:Kanisius, 1996), 16; Renford Bambrough, ed., The Philosohy of Aristotle (New York: New American Library, 1963, 43-44.

[12] Jan Hendrik Rapar, Pangantar Filsafat 17-18

[13] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, 58.

[14] Ibd., 64.

[15] Ibd.

[16] Ibd. 66.

[17] Ibd. 68.

[18] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu. 100-101

[19] Ibd.,

[20] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, 72.

[21] Fenomenologi secara bahasa adalah ilmu penentuan kesimpulan dari adanya gejala. Sedangkan Fenomenologi dalam istilah filsafat adalah suatu mazhab filsafat yang telah terjadi inkonsistensi, antara lain anjuran untuk membebaskan diri dari asumsi-asumsi dalam reduksinya. (Lihat, Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, 175 : Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, 78)  Adapun eksistensialisme secara bahasa berasal dari kata eksistensi yang berarti keberadaan, wujud, yang tampak atau sesuatu yang membedakan antara suatu benda dengan benda lain. Sedangkan eksistensialisme dalam difinisi filsafat adalah suatu aliran filsafat yang memandang segala hal berpangkal pada eksistensinya. (Lihat, Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer, 133 : Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, 80).

[22] Ibd., 78-83.

[23]http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat.

[24] Masjkur Anhari, Filsafat Sejarah dan Perkembangan dari Abad ke Abad (Surabaya: Diantama, 2007), 32-42.

[25] Silahkan merujuk pada beberapa buku filsafat yang diantaranya, (1)Filsafat Sejarah dan Perkembangannya dari Abad ke Abad, karya DR. HA. Masjkur Anhari, SH M Pdi, (2) Filsafat Islam, karyaDR. Hasyimsyah Nasution, MA, (3) Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, karya Sarwoko Soemowinoto, (4), Pengantar Filsafat, karya Prof. DR. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi, (5) Filsafat Ilmu, karya Jerome R. Ravertz,, (6) Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, editor Seyyed Hossein dan Oliver Leaman, (7) Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, karya Drs. M. Zainuddin, MA.

[26] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, 58-64.

[27] Ibd., 56-69.

[28] Ibd., 71-72.

[29] Ibd., 72.

[30] Ibd., 78-82.

[31] M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam (t.t.:Lintas Pustaka, t.t),24.

[32] Ibd., 25.

[33] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta:Pustaka Sinar harapan, 2007), 101-103.

[34] M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, 28.

[35] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, 229.

[36] M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, 34.

0 Comment