01 Juli 2023

 Apakah Ruh Dikembalikan ke Jasad di Dalam Kubur saat Mendapat Pertanyaan?

Nabi Muhammad telah menjelaskan dengan cukup kepada kita tentang masalah ini (kembalinya ruh ke jasad saat ditanya di dalam kubur). Dengan begitu kita tidak butuh lagi penjelasan tentang masalah ini dari pendapat orang-orang.

Secara tegas Nabi telah menjelaskan tentang kembalinya ruh ke jasad ketika ditanya di dalam kubur. Al-Bara' bin Azib berkata, "Kami sedang mengurus jenazah di Baqi' al-Gharqad.  Lalu Nabi    mendatangi kami. Beliau duduk dan kami pun duduk di sekeliling beliau. Di atas kepala kami hinggap seekor burung Beliau menghadap ke arah jenazah itu seraya bersabda: 'Aku berlindung kepada Allah dari azab kubur.' Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda: 'Sesungguhnya, seorang hamba (mukmin) jika akan menuju ke akhirat dan meninggalkan dunia, para malaikat turun kepadanya dan rona mereka seperti sinar matahari. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Kemudian malaikat pencabut nyawa itu datang dan duduk di dekat kepalanya seraya berkata: 'Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya!'

Maka ruh itu keluar bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, setiap malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, gegas mereka ambil dan diletakkan di kafan. Dari jenazah, tercium semerbak aroma misik (kesturi) terwangi yang ada di bumi.

Lalu para malaikat membawa ruh itu naik. Mereka melewati sekumpulan malaikat.

Sekumpulan malaikat itu berkata: 'Betapa harumnya ruh ini.'

Para malaikat yang membawa ruh itu berkata: 'Ini adalah fulan bin fulan.' Mereka menyebutnya dengan nama yang paling baik seperti biasa manusia menyebut namanya di dunia hingga mereka tiba di langit dunia. Mereka meminta agar langit itu dibuka. Maka langit itu dibukakan baginya. Ia diantarkan dari satu langit ke langit berikutnya hingga tiba di langit tempat bersemayam Allah.

Allah berfirman: 'Tulislah kitab hamba-Ku di Illiyyin dan kembalikan ia ke dunia. Sesungguhnya, Aku menciptakan mereka dari tanah, di dalam tanan pula Aku akan mengem­ balikan mereka, dan dari tanah pula Aku akan mengeluarkan mereka.'

Maka ruh dikembalikan ke jasadnya. Lalu dua malaikat datang dan mendudukkan jenazahnya. Dua malaikat itu bertanya: 'Siapakah Rabbmu?'

Ia menjawab: 'Rabbku Allah.'

Malaikat itu bertanya: 'Apa agamamu?'

Ia menjawab: 'Agamaku Islam.'

Malaikat itu kembali bertanya: 'Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?'

Ia menjawab: 'Beliau adalah Rasulullah.'

Malaikat itu bertanya: 'Apa yang engkau ketahui tentang benda ini?'

Ia menjawab: 'Aku membaca Kitabullah maka aku beriman kepadanya dan aku membenarkannya.'

Kemudian ada penyeru yang menyeru dari arah langit: 'Hamba-Ku benar maka hamparkanlah surga baginya dan bukakan salah satu pintu surga untuknya.'

Maka hamba itu didatangkan dengan aroma ruhnya yang harum semerbak, makamnya dilapangkan sejauh mata memandang. Dan ia didatangi seorang laki-laki berwajah menawan, pakaiannya indah dan baunya harum. Laki-laki itu berkata: 'Bergembiralah karena sesuatu yang membuatmu gembira. Ini adalah hari yang dijanjikan kepadamu.'

Hamba itu bertanya: 'Siapakah engkau, sungguh wajahmu membawa kebaikan.' 'Aku adalah amal saleh yang engkau lakukan,' jawab laki-laki itu.

Hamba itu berkata: 'Ya Rabb, datangkanlah hari Kiamat agar aku dapat kembali kepada keluargaku dan hartaku.'

Adapun hamba yang kafir, saat ia meninggalkan dunia dan menuju ke akhirat, para malaikat turun dari langit dengan wajah yang menghitam sambil membawa tenun yang kasar. Mereka duduk sejauh mata memandang. Lalu malaikat pencabut nyawa datang dan duduk di dekat kepalanya seraya berkata: 'Hai jiwa yang kotor, keluarlah pada kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.'

Ruhnya berpencar-pencar di jasadnya lalu malaikat maut mencabut ruhnya sebagaimana mencabut besi berduri dari kain wol yang basah. Jika malaikat pencabut nyawa sudah mengambil ruhnya, para malaikat lain tidak membiarkan ruh itu ada di tangan malaikat pencabut nyawa sekejap mata pun hingga mereka meletakkannya di atas kain yang mengeluarkan bau busuk seperti bau bangkai yang ada di muka bumi.

Kemudian mereka membawanya naik. Mereka melewati sekumpulan malaikat hingga para malaikat itu pun bertanya: 'Ruh siapakah yang berbau busuk ini?'

Para malaikat yang membawa ruh menjawab: 'Ia adalah fulan bin fulan,' dengan sebutan nama yang paling buruk sebagaimana namanya dipanggil di dunia. Mereka tiba di langit dunia. Namun, langit itu tidak dibukakan ketika diminta untuk dibukakan baginya.' Kemudian Rasulullah membaca ayat: 'Tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka dan mereka tidak akan masuk surga sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum.' (QS. Al-A'raf: 40)

Rasulullah melanjutkan: 'Allah berfirman: 'Tulislah kitabnya di dalam penjara di bumi yang bawah.' Kemudian ruhnya dilemparkan dengan sekali lemparan.' Lalu beliau membaca ayat: 'Siapa yang mempersekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.' (QS. Al-Hajj: 31) Rasulullah kembali melanjutkan: 'Setelah itu, ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat mendatanginya seraya berkata: 'Siapkah Rabbmu?'

Ia menjawab: 'Hah, hah? Aku tidak tahu.'

Malaikat itu bertanya: 'Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?' Ia menjawab: 'Hah, hah? Aku tidak tahu.'

Lantas ada penyeru yang menyeru dari langit: 'Hamba-Ku ini telah berdusta. Maka bentangkanlah neraka baginya dan bukakanlah pintu baginya yang menuju ke neraka.'

Maka didatangkan kepadanya hawa panas dan racun neraka, makamnya disempitkan hingga tulang-tulangnya terlepas. Lalu ia didatangi laki-laki berwajah menyeramkan, buruk pakainnya, dan mengeluarkan aroma yang busuk seraya berkata: 'Terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.'

Hamba itu bertanya: 'Siapakah engkau, sungguh wajahmu sangat buruk.' Orang yang datang menjawab: 'Aku adalah amal perbuatan burukmu.'

Hamba itu berkata: 'Ya Rabb, janganlah Engkau datangkan hari Kiamat'." Hadis ini diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa'i, lbnu Majah, Abu Awanah al-Isfira'ainu di dalam sahihnya.

Semua Ahlussunnah wal Jama'ah dan semua golongan sependapat dengan apa yang terkandung di dalam hadis ini. Abu Muhammad bin Hazm berkata di dalam kitab Al-Milal wa an-Nihal, "Orang yang berpendapat bahwa jenazah kembali hidup di dalam kubur pada hari Kiamat adalah pendapat yang salah. Ayat-ayat yang kami sebutkan menolak pendapat seperti itu, seperti firman Allah SWT :'Mereka menjawab: 'Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula).' (QS. Al-Mu'min: 11)

'Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati lalu Dia menghidupkan kamu kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.' (QS. Al-Baqarah: 28)

Sekiranya jenazah dihidupkan di dalam kubur, berarti Allah menghidupkan kita tiga kali dan mematikan kita tiga kalinya pula. Yang demikian itu batil dan bertentangan dengan al-Qur'an. Kecuali orang-orang yang dihidupkan Allah sebagai bukti kekuasaan bagi seorang nabi, seperti halnya orang-orang yang keluar dari rumahnya yang jumlahnya mencapai ribuan karena mereka takut mati. Maka Allah berfirman kepada mereka: 'Matilah!' Kemudian Allah menghidupkan mereka

kembali. Begitu juga orang yang melewati suatu negeri yang bangunannya telah roboh menutupi atap-atapnya. Begitu pula siapa pun yang dikhususkan nash atau seperti yang difirmankan Allah: 'Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang beum mati ketika ia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan.' (QS. Az-Zumar: 42)

Dari ayat ini diketahui bahwa ruh semua orang yang sudah meninggal tidak dikembalikan lagi ke jasadnya kecuali hingga batas waktu yang telah ditentukan, yaitu pada hari Kiamat. Rasulullah SAW juga telah mengabarkan bahwa beliau melihat ruh-ruh pada malam Isra' Mi'raj. Yang berada di sebelah kanan Adam adalah ruh-ruh orang bahagia, sedangkan yang di sebelah kiri Adam adalah orang-orang yang menderita.

Beliau juga mengabarkan sewaktu perang Badar ketika berbicara kepada orang-orang yang sudah meninggal. Meskipun sudah meninggal, mereka bisa mendengarkan perkataan beliau sebelum mereka menghadapi apa yang terjadi di alam kubur. Beliau tidak mengingkari perkataan sahabat bahwa mereka itu sudah menjadi bangkai.

Beliau mengabarkan bahwa orang-orang yang sudah meninggal itu bisa mendengar perkataan beliau. Tidak dapat diragukan lagi ruh hanya bisa diajak berbicara dan mendengar saja. Adapun jasad tidak memiliki rasa. Tentang firman Allah: 'Dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar,' maksudnya penafian pendengaran dari orang-orang yang ada di dalam kubur ini adalah jasad. Orang muslim tidak ragu bahwa pendengaran yang dinafikan Allah ini tidak sama dengan pendengaran yang ditetapkan Rasulullah."

lbnu Hazm juga berkata bahwa tidak ada riwayat yang sahih dari Rasulullah bahwa ruh orang yang sudah meninggal dikembalikan lagi ke jasadnya ketika menghadapi pertanyaan. Sekiranya ada hadis yang sahih tentu kami akan mengatakan seperti itu. Adanya tambahan bahwa ruh dikembalikan ke jasad di alam kubur merupakan riwayat yang menyendiri dan al-Minhal bin Amr tidak kuat, Syu'bah dan lain-lainnya meninggalkan dirinya.

Al-Mughirah bin Muqsim adh-dhabbi, salah seorang imam berkata, ''Al-Minhal bin Amr tidak kuat untuk dijadikan saksi dalam Islam atas apa yang ia nukil. Semua pengabaran yang terkuat berbeda dengan tambahan ini.

lbnu Hazm berkata, "Inilah yang kami katakan dan inilah yang benar menurut riwayat dari para sahabat."

Kemudian ia menyebutkan dari jalur lbnu Uyainah, dari Manshur bin Shafiyah, dari ibunya Shafiyah bin Syaibah, ia berkata, "lbnu Umar masuk masjid dan melihat jasad lbnu Zubair yang dibaringkan di sana sebelum dimakamkan. Ada yang berkata kepadanya: 'Ini Asma' binti Abu Bakar ash-Shddiq.'

lbnu Umar mnghampiri Asma' dan mengucapkan belasungkawa kepadanya. Lalu lbnu Umar berkata: 'Jasad ini tidak ada artinya apa-apa. Sesungguhnya, ruh itu ada di sisi Allah.'

Thu lbnu Zubiar (Asma') berkata: 'Apa yang bisa menghalangiku kelaupun aku sudah menyerahkan kepada Yahya bin Zakaria kepada seorang pelacur bani Israil'?" 

Menurut pendapat kami, yang dikatakan Abu Muhammad bin Hazm ini ada yang benar dan ada yang batil. Tentang perkataannya: "Orang yang berpendapat bahwa jenazah hidup kembali di dalam kubumya pada hari Kiamat adalah pendapat yang salah." Ini merupakan perkataan yang belum rind. Jika yang dimaksudkan adalah kehidupan yang ditetapkan di dunia, yang merupakan kehidupan ruh dan jasad, membutuhkan makanan, minuman, dan pakaian, tentu saja ini adalah salah. Seperti juga yang dikatakannya: "Perasaan dan akal itu bisa mendustakannya sebagaimana ia juga didustakan oleh nash."

Namun, jika yang dimaksudkan adalah kehidupan lain yang berbeda dengan kehidupan didunia ini, ruh dikembalikan kepadanya tidak seperti pengembalian yang berlaku di dunia untuk ditanyai di alam kubur, itu adalah benar dan penafiannnya adalah salah. Hal ini telah ditunjukkan oleh nash yang sahih dan jelas maknanya, yaitu sabda Nabi : "Lalu ruhnya dikembalikan ke jasadnya," jawaban tentang pendhaifan hadis ini akan kami sampaikan di bagian selanjutnya, in syaa Allah.

Tentang dalil yang digunakan lbnu Hazm, berupa firmanAllah: "Mereka menjawab, wahai Rabb kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali pula," tidak menafikan pengembalian ruh ke jasad sebagaimana seorang korban dari kalangan Bani Israil kemudian dihidupkan kembali oleh Allah setelah korban itu dibunuh kemudian dimatikan kembali, yang penghidupan itu tidak dimaksudkan untuk mendapatkan pertanyaan kubur. Pasalnya, ia dihidupkan hanya sesaat saja, dengan mengatakan, "Fulan yang membunuhku". Setelah itu, ia pun menjadi mayat kembali. Jadi, perkataannya, "Kemudian ruhnya dikembalikan ke jasadnya," tidak menunjukkan kepada kehidupan yang tetap, tetapi hanya menunjukkan pengembalian ruh ke jasad dan kaitan ruh kepadanya tetap dalam kaitan ruh dengan jasad meskipun telah rusak.

Rahasia dalam masalah ini adalah bahwa ruh dan jasad mempunyai lima macam kaitan, yang bisa mengubah hukum:

1. Keterkaitan ruh dengan jasad di rahim ibu selagi masih berupa janin.

2. Keterkaitan ruh dengan jasad setelah janin itu keluar ke muka bumi.

3. Keterkaitan ruh dengan jasad di saat tidur, yaitu di satu sisi memiliki keterkaitan dan di sisi lain dalam keadaan terpisah.

4  Keterkaitan ruh dan jasad di alam barzakh. Meskipun ruh itu berpisah dengan jasad dan terlepas darinya, bukan merupakan perpisahan secara menyeluruh sehingga sama sekali tidak memperhatikan jasad. Kami sudah menjawab hal ini dalam menjelaskan hadis dan atsar yang menunjukkan bahwa ruh itu dikembalikan kepadanya saat menjawab salam orang muslim yang masih hidup.

5.  Keterkaitan ruh dengan jasad pada hari semua manusia dalam kubur dibangkitkan dan ini merupakan jenis keterkaitan ruh dengan jasad yang paling sempurna sehingga tidak ada lagi artinya semua keterkaitan yang ada sebelumnya karena ini merupakan keterkaitan yang tidak menerima kematian, tidur, dan kerusakan bagi jasad.

Tentang firman Allah SWT: "Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika ia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. 11  (QS. Az-Zumar: 42)

Menahan jiwa yang telah ditetapkan kematiannya di sini tidak menafikan dikembalikannya ruh kepada jasad pada saat kapan pun, yang tidak mengharuskan kehidupan seperti kehidupan di dunia. Jika ruh orang yang tidur tetap di jasadnya, berarti ia hidup dan kehidupannya tidak seperti orang yang sedang berjaga. Pasalnya, tidur itu seperti saudara kandung kematian. Begitu juga jenazah, jika ruhnya dikembalikan ke jasadnya, ia mempunyai keadaan pertengahan antara hidup dan mati. Perhatikanlah hal ini baik-baik tentu akan menghilangkan sekian banyak permasalahan rumit.

Tentang pengabaran Nabi yang melihat para nabi pada malam Isra' Mi'raj maka sebagian ahli hadis mengatakan bahwa yang mereka lihat itu adalah ruh dan sesuatu yang menyerupai mereka. Beliau bersabda, "Mereka hidup di sisi Rabb mereka." Beliau melihat Ibrahim menyandarkan punggung di Baitul Ma'mur, beliau melihat Musa shalat di atas makamnya. Beliau juga menyampaikan gambaran diri mereka. Beliau melihat Musa sebagai seorang laki-laki yang kekar dan tinggi besar. Beliau melihat Isa selalu menekurkan wajahnya ke tanah, seakan-akan ia dikeluarkan dari tanah. Beliau melihat Ibrahim yang serupa dengan diri beliau.

Pendapat ini ditentang yang lain seraya berkata, "Apa yang dilihat beliau adalah ruh mereka tanpa jasad mereka karena bisa dipastikan jasad mereka ada di bumi. Yang dibangkitkan pada hari Kiamat adalah jasad dan sebelum itu tidak ada kebangkitan jasad. Jika ada kebangkitan sebelum itu, berarti bumi sudah terbelah sebelum hari Kiamat dan merasakan kematian karena tiupan sangkakala. Berarti kematian pada tiupan sangkakala ini merupakan kematian yang ketiga kalinya sehingga bisa dipastikan bahwa ini adalah batil. Sekiranya jasad telah dibangkitkan dari kubur, berarti Allah bukan mengembalikan mereka ke dalam kubur itu, tetapi berada di surga. Padahal, ada riwayat sahih dari Nabi SAW bahwa Allah mengharamkan surga bagi para nabi sehingga Rasulullah masuk ke sana. Jadi, beliau adalah orang yang pertama kali membuka pintu surga, berarti beliau adalah orang yang pertama kali buminya dibelah dan tidak ada yang bumi ini dibelah bagi orang lain sebelum beliau.

Sebagaimana juga diketahui, jasad Rasulullah tetap berada di bumi dalam keadaan segar dan utuh. Para sahabat pernah bertanya kepada beliau, "Bagaimana mungkin shalawat kami tampakkan kepada engkau sementara jasad engkau telah hancur?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya, Allah mengharamkan tanah untuk memakan jasad para nabi."

Sekiranya jasad beliau tidak ada dalam Hang lahatnya maka beliau tidak bisa menjawab shalawat. Ada pula riwayat sahih yang menerangkan bahwa Allah menugaskan kepada malaikat di dalam makam beliau yang bertugas menyampaikan salam kepada beliau dari umatnya. Adapula riwayat yang sahih menerangkan bahwa beliau pemah pergi bersama Abu Bakar dan Umar lalu beliau bersabda,

"Beginilah keadaan kita saat dibangkitkan."

Di samping semua itu dapat dipastikan bahwa ruh beliau yang berada di Ar­ Afiq al-A’la di tingkat surga yang paling tinggi bersama ruh para nabi yang lain. Ada pula riwayat sahih dari beliau bahwa pada malam Isra' Mi'raj beliau melihat Musa berdiri di atas makamnya sedang mendirikan shalat, yang beliau lihat di langit keenam atau ke tujuh. Jadi, ruh ada di sana dan berhubungan dengan jasad yang ada di dalam makam, ditampakkan saling dikaitkan, sehingga bisa menjawab salam kepada orang yang mengucapkan salam kepada beliau, sedangkan ruh beliau berada di Ar-Afiq al-A’la.

Tidak ada penafian di antara dua hal ini. Pasalnya, keadaan ruh tidak sama dengan keadaan jasad. Boleh jadi, kita mendapatkan dua jiwa yang serupa, saling berdekatan dan beriringan, meskipun keduanya ada di ujung barat dan timur. Sementara itu, ada dua jiwa yang saling membenci dan menjauh meskipun jasad mereka saling berdekatan dan bersentuhan.

Ruh yang turun, naik, dan berdekatan dan berjauhan, bukan termasuk jenis dari bagian jasad. Ruh itu naik ke atas langit kemudian turun ke bumi, antara ditahan dan dikembalikan lagi ke jasad yang membujur di dalam liang lahat, memakan waktu yang sangat singkat, tidak seperti gambaran jasad yang baik kemudian turun lagi.

Begitu pula saat ruh itu naik dan kembali lagi ke jasad pada saat tidur dan terjaga. Sebagian orang mengumpamakannya seperti matahari dan sinamya. Matahari itu di langit dan sinamya ada di bumi.

Syekh kami berkata, ini merupakan perumpamaan yang tepat. Pasalnya, materi matahari tidak turun dari langit dan sinar yang menimpa bumi bukan merupakan matahari dan bukan pula sifatnya, tetapi sinar itu merupakan tabiat yang muncul dari matahari dan panas yang dihasilkannya. Sementara itu, ruh bisa naik dan bisa turun.

Adapun tentang pertanyaan para sahabat kepada Nabi sehubungan dengan orang-orang yang terbunuh dalam Perang Badar: "Bagaimana mungkin engkau berbicara dengan orang-orang yang sudah menjadi bangkai?" Lalu pengabaran beliau bahwa mereka itu dapat mendengar perkataan beliau. Hal itu tidak menafikan pengembalian ruh ke jasad mereka pada waktu itu sehingga mereka bisa mendengar perkataan beliau pada waktu itu meskipun jasad mereka telah menjadi bangkai. Dalam pembahasan ini ditujukan kepada ruh yang terkait dengan jasad yang sudah membusuk dan rusak.

Tentang firman Allah:"Dan kami sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang ada di dalam kubur bisa mendengar, maka kalimat ayat ini menunjukkan bahwa orang kafir yang hatinya mati tidak bisa diperdengarkan apa pun yang bermanfaat baginya. Hal ini sebagaimana orang di dalam kubur tidak bisa diperdengarkan sesuatu yang bisa diambil manfaatnya.

Allah tidak memaksudkan bahwa orang-orang yang ada di dalam kubur tidak bisa mendengar apa pun sama sekali. Bagimana mungkin hal ini terjadi, sedangkan Rasulullah sudah mengabarkan bahwa mereka bisa mendengar suara sandal orang-orang yang mengiringi jenazahnya. Juga mengabarkan bahwa orang­ orang yang terbunuh dalam Perang Badar bisa mendengar perkataan beliau. Biliau juga mensyariatkan salam ketika memasuki arena pemakaman dengan redaksi yang seakan-akan ditujukan kepada orang yang berwujud dan dapat mendengar. Beliau juga megabarkan bahwa siapa yang mengucapkan salam kepada saudaranya Muslim yang sudah meninggal di makamnya maka saudaranya tersebut dapat menjawab salamnya.

Ayat ini serupa dengan ayat berikut:

"Sungguh engkau tidak dapat menjadikan orang yang mati dapat mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang yang tuli dapat mendengar seruan jika mereka telah berpaling ke belakang." (QS. An-Naml: 80)

Ada yang berpendapat bahwa di sini ada penafian mendengar bagi orang yang tuli seteleh penafian mendengar bagi orang yang sudah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa maksudnya mereka berdua tidak bisa mendengar, dan hati mereka mati yang membuatnya tidak dapat mendengar, yang disejajarkan dengan berbicara kepada orang yang mati atau tuli.

Pendapat ini memang benar, tetapi tidak menafikan pendengaran ruh setelah mati, seperti pendengaran yang dikaitkan dengan jasad. Jadi, yang demikian itu bukan termasuk memperdengarkan yang dinafikan.

Hakekat makna ayat ini adalah kamu (Muhammad) tidak dapat membuat orang yang tidak dikehendaki Allah untuk mendengar dapat mendengar sebab kamu hanyalah seorang pemberi peringatan. Dengan kata lain, Allah hanya memberimu kesanggupan menyampaikan peringatan yang dibebankan kepadamu dan tidak harus membuat orang yang tidak dikehendaki Allah untuk mendengar agar mau mendengar.

Tentang perkataan lbnu Hazm, hadis ini tidak sahih karena al-Minhal bin Amr meriwayatkannya seorang diri dan tidak kuat, ini termasuk penelitian yang sepintas lalu saja.

Tidak dapat diragukan lagi, hadis ini sahih, yang diriwayatkan al-Bara' bin Azib, di antaranya adalah Adi bin Tsabit, Muhammad bin Uqbah, dan Mujahid.

Al-hafizh abu Abdullah bin Mandah berkata dalam kitabnya Ar-Ruh wa an-Nafs, "Muhammad bin Ya'qub bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq ash-shafar telah menceritakan kepada kami bahwa Isa bin Musayyib telah memberitahukan kepada kami, dari Adi bin tsabit, dari al-Barra', ia berkata: 'Kami keluar bersama Rasulullah untuk menghadiri jenazah salah seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di makam yang saat itu jenazahnya belum dimasukkan ke dalam liang lahat. Beliau duduk dan kami pun ikut duduk. Seakan-akan di atas pundak kami ada bongkahan tanah dan kami seakan-akan di atas kepala kami bertengger seekor burung.

Beliau diam sejenak lalu mengangkat kepala dan bersabda: 'Sesungguhnya, jika seorang mukmin menuju akhirat meninggal dunia dan malaikat pencabut nyawa menghampirinya, para malaikat datang pula kepadanya sambil membawa kain kafan dari surga dan keranda dari surga pula. Mereka duduk di sekelilingnya sejauh mata memandang. Malaikat pencabut nyawa duduk di dekat kepalanya kemudian berkata: 'Keluarlah wahai jiwa yang tenang. Keluarlah kepada rahmat Allah dan keridhaan-Nya.'

Lantas jiwanya keluar seraya mengucurkan setetes air. Jika jiwanya sudah keluar, semua malaikat yang ada di antara langit dan bumi berdoa baginya. Kemudian jiwanya dibawa ke langit dan langit dibukakan baginya. Para malaikat mengiringinya hingga langit ke dua, ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh hingga tiba di Arsy. Setelah di sana, bukunya di tulis di Illiyyin. Rabb berfirman: 'Kembalikan hamba-Ku ke tempatnya berbaring karena Aku sudah berjanji kepada mereka bahwaAku menciptakan mereka dari tanah, di sanaAku mengembalikannya, dan dari sana Aku mengeluarkannya pada kali yang kedua.'

Kemudian jiwanya dikembalikan ke tempatnya berbaring. Malaikat Munkar dan Nakir pun datang sambil menaburkan tanah dengan kedua taringnya dan menggali tanah dengan rambutnya. Keduanya mendudukkan jenazah dan bertanya: 'Siapakah Rabb-mu?'

Ia menjawab: 'Rabbku adalah Allah.'

Kedua malaikat itu berkata: 'Engkau benar.' Kemudian ia ditanya lagi: 'Siapa Nabimu?'

Ia menjawab: 'Nabiku Muhammad, rasul Allah.' Kedua malaikat itu berkata: 'Engkau benar.'

Kemudian makamnya dilapangkan sejauh mata memandang. Lalu ia didatangi seorang laki-laki yang wajahnya menawan, baunya harum dan pakaiannya indah, ia berkata kepadanya: 'Allah telah memberikan pahala kebaikan padamu. Demi Allah, aku tidak tahu ternyata engkau benar-benar bersegera dalam ketaatan kepadaAllah dan dan enggan untuk mendurhakai-Nya.'

Ia berkata: 'Dan engkau, semogaAllah memberikan pahala kebaikan kepadamu, siapakah engkau?'

Lelaki itu menjawab: 'Aku adalah amal saleh yang engkau kerjakan.'

Pintu surga dibukakan di hadapannya sehingga ia bisa melihat tempat duduknya dan tempat tinggalnya yang ada di sana hingga tiba hari Kiamat .

Adapun jika orang kafir meninggal dunia dan menuju akhirat serta didatangi maut, para malaikat turun kepadanya dari langit sambil membawa kafan dari neraka dan keranda dari neraka pula. Mereka duduk di sekelilingnya sejauh mata memandang. Malaikat pencabut nyawa datang lalu duduk di dekat kepalanya seraya berkata: 'Keluarlah wahai jiwa yang kotor, keluarlah kepada kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.'

Ruh orang itu pun berpencar ke seluruh jasadnya karena tidak ingin keluar, juga karena apa yang dilihatnya. Kemudian malaikat pencabut nyawa memaksanya keluar sebagaimana besi berduri yang dipaksa dicabut dari kain wol yang basah. Setelah ruhnya keluar, semua malaikat yang ada di antara langit dan bumi melaknatnya. Ketika jiwanya dibawa naik ke atas, langit ditutup baginya. Allah berfirman: 'Kembalikan hamba-Ku ke tempatnya berbaring karena Aku sudah berjanji kepada mereka bahwa Aku menciptakan mereka dari tanah, ke sana Aku mengembalikan dan dari sana Aku mengeluarkannya pada kali yang lain.'

Maka ruhnya dikembalikan lagi ke tempatnya berbaring. Malaikat Munkar dan Nakir pun datang sambil menaburkan tanah dengan kedua taringnya dan menggali tanah dengan rambutnya. Suaranya seperti halilintar yang menggelegar dan pandangannya seperti kilat yang menyambar. Dua malaikat itu mendudukkan jenazah seraya berkata: 'Siapakah Tuhanmu?' Ia menjawab: 'Aku tidak tahu.'Ada yang berseru dari arah samping kubur: 'Engkau memang tidak tahu.'

Malaikat Munkar dan Nakir pun memukulinya dengan tongkat dari besi. Meskipun timur dan barat menyatu, pukulan ini tidak akan berkurang dan makamnya menyempit hingga tulang-tulang rusuknya tercecer.

Kemudian ia didatangi seorang laki-laki berwajah buruk menyeramkan, buruk pakaiannya, dan busuk baunya, seraya berkata: 'Allah memberikan pahala keburukan kepadamu. Demi Allah, aku tidak tahu, ternyata engkau benar-benar terlambat taat kepada Allah dan cepat mendurhakai-Nya.'

Ia bertanya: 'Siapakah engkau?'

Lelaki itu menjawab: 'Aku adalah amal buruk yang telah engkau lakukan.'

Kemudian pintu neraka dibukakan di hadapannya dan ia melihat tempat duduknya di dalam neraka hingga tiba hari Kiamat'."

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Mahmud bin Ghailan dari Abu Nadhr. Dalam hadis ini disebutkan bahwa ruh dikembalikan ke kubur lalu Malaikat Munkar dan Nakir mendudukkan jenazah dan berbicara kepadanya.

lbnu Mandah menyebutkan dari jalur riwayat Muhammad bin Salamah, dari Khashif al-Jazri, dari Mujahid, dari al-Barra' bin Azib, ia berkata, "Kami mengiring jenazah seorang laki-laki dari kalangan Anshar. Rasulullah juga ada bersama kami hingga tiba di pemakaman dan jenazahnya belum dimakamkan.

Setelah jenazahnya diletakkan, beliau duduk lalu bersabda: 'Sesungguhnya, jika orang mukmin meninggal dunia, malaikat pencabut nyawa mendatanginya dalam rupa yang menawan dan bau yang harum. Malaikat pencabut nyawa duduk didekatnya untuk mencabut ruhnya. Lalu ada dua malaikat yang datang sambil membawa keranda dan juga kafan dari surga. Dua malaikat ini sudah terlihat dari kejauhan, malaikat pencabut nyawa mengeluarkan ruh dari jasadnya dengan cepat dan lancar. Jika ruhnya sudah dipegang malaikat pencabut nyawa, dua malaikat itu segera mengambilnya, diletakkan di atas usungan dari surga, dan dikafani dengan kafan dari surga. Kemudian membawanya naik ke surga. Pintu-pintu langit dibukakan baginya dan para malaikat bergembira melihat kedatangannya. Mereka bertanya: 'Milik siapakan ruh yang harum ini, yang menyebabkan pintu-pintu langit dibukakan baginya?'

Namanya disebut dengan penyebutan yang paling baik sebagaimana namanya disebut ketika di dunia. Ada yang menjawab: 'Ini adalah ruh fulan.'

Jika ruh itu naik ke langit, para malaikat yang lebih dekat ke langit itu mengiringinya hingga ruh itu diletakkan di hadapan Allah, di Arsy. Amalnya dikeluarkan dari Illiyyin. Lalu Allah berfirman: 'Kembalikan ruh hamba-Ku ke bumi karena Aku sudah berjanji bahwa Aku akan mengembalikannya ke tanah.' Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat al-Qur'an: 'Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.' (QS. Thaha: 55)

Jika seorang mukmin diletakkan didalam liang lahat, didekat kakinya dibukakan pintu menuju ke surga lalu dikatakan kepadanya: 'Lihatlah balasan yang telah dijanjikan Allah kepadamu.' Di dekat kepalanya dibukakan satu pintu menuju ke neraka dan dikatakan kepadanya: 'Lihatlah siksa yang dijauhkan Allah darimu.' Setelah itu dikatakan kepadanya: 'Sekarang, tidurlah dengan tenang!' Tidak ada sesuatu yang lebih ia sukai selain dari datangnya hari Kiamat'."

Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang mukmin diletakkan di liang lahat, tanah berkata kepadanya: 'Engkau benar-benar orang yang aku cintai. Sebelumnya, engkau orang yang berada di atas punggungku, bagaimana jika engkau sekarang berada di dalam perutku agar aku dapat memperlihatkan apa yang akan aku perbuat terhadap dirimu?' Kuburnya dilapangkan sejauh mata memandang."

Rasulullah SAW juga bersabda, "Jika orang kafir diletakkan dalam kuburnya, Malaikat Munkar dan Nakir mendatanginya, mendudukkannya, lalu bertanya kepadanya: 'Siapakan Tuhanmu?'

Ia menjawab: 'Aku tidak tahu.'

Maka keduanya berkata: 'Engkau memang tidak tahu.' Lalu keduanya memukul orang kafir itu dengan sekali pukulan hingga menjadi abu. Kemudian dikembalikan lagi dan didudukkan. Lalu ditanya: 'Siapakah orang ini?'

Ia justru bertanya: 'Orang yang mana?' Dua malaikat itu berkata: 'Muhammad .,

Ia berkata: 'Kata orang-orang ia adalah utusan Allah.'

Maka dua malaikat itu memukulnya dengan sekali pukulan hingga menjadi abu."

Ini adalah hadis masyhur yang kesahihannya dijamin olah para penghafal hadis. Kami juga tidak melihat seorang pun dari para imam hadis yang menyangsikan isinya,  bahkan mereka meriwayatkan hadis ini di dalam kitab-kitab mereka, menerimanya, dan menjadikannya sebagai dasar tentang siksa dan kenikmatan di dalam kubur, pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, pencabutan ruh, naiknya ruh ke hadapan Allah kemudian dikembalikan lagi ke kubur.

Perkataan Abu Muhammad bin Hazm bahwa hadis ini hanya diriwayatkan Zadan, hanya sekadar dugaan darinya. Pasalnya, hadis ini juga diriwayatkan dari al-Bara' yang berbeda dengan Zadan. Sementara itu, Adi bin Tsabit, Mujahid bin Zubair, Muhammad bin Uqbah, dan lain-lainnya juga meriwayatkan darinya. Muslim juga meriwayatkan di dalam Shabb.-nya. Yahya bin Main berkata, "Ia adalah tsiqat (tepercaya)." Ketika Humaid bin Hilal ditanya tentang dirinya, ia menjawab, "Ia adalah tsiqat." Menurut Ibnu Adi, hadis-hadis tidak bermasalah jika diriwayatkan dari orang yang tsiqat.

Tentang perkataan Abu Muhammad bin Hazm bahwa Minhal bin Amr menyendiri dalam tambahan ini, yaitu perkataannya: "Ruhnya dikembalikan ke jasadnya," lalu ia mendhaifkan Minhal. Jadi, sebenarnya ia adalah orang yang tepercaya dan lurus. Menurut Ibnu Mu'in, Minhal adalah orang yang tepercaya, begitu juga menurut al-Ajli al-Kufi. Kesangsian yang paling besar tentang dirinya bahwa ia pernah mendengar suara nyanyian dalam rumahnya. Yang demikian ini tidak mengharuskan penyangsian terhadap riwayat dan hadisnya. Oleh karena itu, tuduhan dhaif yang dilayangkan oleh Ibnu Hazm ini tidak berarti apa-apa. Tidak ada sebab yang mengharuskannya didhaifkan selain dari penyendiriannya karena kalimat: "Ruhnya dikembalikan ke jasadnya".

Sementara itu, kami telah menjelaskan bahwa ia tidak menyendiri dalam hal ini karena yang lain juga meriwayatkannya. Bahkan, ada juga riwayat-riwayat lain yang serupa dengan riwayat ini dan semuanya sahih tidak perlu untuk diragukan.

Ada juga yang beralasan bahwa Zadan tidak pemah mendengamya dari Barra' bin Azib. Alasan ini tidak bisa diterima karena Awanah al-Isfira'aini meriwayatkan di dalam Shab-nya dengan isnad dari Abu Amr Zadan al-Kindi, ia berkata, "Aku pernah mendengar dari Bara' bin Azib. Menurut Abu Abdullah bin Mandah, isnadnya bersambung dan masyhur yang diriwayatkan jamaah dari Barra'."

Anggaplah kami mengabaikan hadis Barra' maka hadis-hadis sahih lainnya menjelaskan masalah ini dengan gamblang, seperti hadis Ibnu Abu Dzi'b, dari Muhammad bin Amr bin Atha', dari Said bin Yassar, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya jenazah itu didatangi malaikat. Jika ia orang saleh, malaikat berkata, "Keluarlah, wahai jiwa yang baik yang sebelumnya ada di jasad yang baik pula. Keluarlah dalam keadaan terpuji dan terimalah kabar gembira berupa rahmat, raihan, dan Rabb yang tidak murka!"

Beliau bersabda, "Malaikat itu berkata demikian hingga ruh orang-orang yang saleh itu keluar kemudian ia membawanya ke langit dan meminta agar langit dibukakan baginya."

Ada yang bertanya, "Siapa itu?"

Para malaikat menjawab, "Fulan." Dalam riwayat lain disebutkan: "Fulan bin Fulan."

Para malaikat lain berkata, "Selamat datang kepada jiwa yang baik, yang sebelumnya berada di dalam jasad yang baik pula. Masuklah dalam keadaan terpuji dan terimalah kabar gembira berupa rahmat, raihan, dan Rabb yang tidak murka." Yang demikian ini terus dikatakan hingga ia tiba di langit tempat bersemayamnya Allah.

Jika ia orang yang buruk, malaikat berkata, "Keluarlah wahai jiwa yang kotor, yang sebelumnya ada di jasad yang kotor pula. Keluarlah dalam keadaan hina dan terimalah kabar berupa air yang sangat panas dan air yang sangat dingin serta siksa yang bentuknya saling berpasangan." Mereka terus mengatakan itu hingga ruhnya keluar.

Kemudian malaikat membawa ruhnya naik ke langit dan meminta agar langit dibukakan baginya. Ada yang bertanya, "Siapa ini?"

Para malaikat menjawab, "Fulan."

"Tidak ada ucapan selamat bagi jiwa kotor yang sebelumnya ada dalam jasad yang kotor pula. Kembalilah dalam keadaan hina karena pintu-pintu langit tdak akan dibukakan bagimu." Maka ruh yang keluar itu dilepaskan antara langit dan bumi lalu diletakkan di dalam kubur.

Orang saleh duduk di dalam Hang lahatnya tidak takut dan tidak pula gelisah. Ketika ditanyakan, "Apa yang engkau katakan tentang Islam dan orang itu?" Maka ia menjawab, "Beliau adalah Muhammad, rasul Allah yang datang kepada kami dengan membawa bukti-bukti keterangan dari sisiAllah lalu kami beriman kepadanya dan kami membenarkannya."

Menurut al-Hafizh Abu Nu'aim, ini adalah hadis yang sudah disepakati kebenarannya oleh para penukil hadis, termasuk Imam al-Bukhari dan Muslim bin al-Hajjaj, terhadap riwayat lbnu Abu Dzi'b, Muhammad bin Amr bin Atha' dan Said bin Yassar, dan mereka semua berdasarkan syarah al-Bukhari dan Muslim.

Para imam terdahulu juga meriwayatkannya dari lbnu Dzi'b, seperti lbnu Abi Fudaik dan Abdurahman bin Ibrahim. Jadi, yang meriwayatkannya dari Abu Dzi'b tidak hanya satu orang.

Abu Abdullah bin Mandah berhujah tentang kembalinya ruh ke jasad dengan berkata bahwa Muhammad bin Husain telah menceritakan kepada kami, dari Yazid bin Abdurrahman ash-Shaigh al-Balkhi, dari adh-Dhahhak bin Muzahim, dari lbnu Abbas, ia berkata, "Suatu hari ketika Rasulullah sedang duduk, beliau membaca ayat: '(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakratulmaut sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata): 'Keluarkanlah nyawamu'.' (QS. Al-An'am: 93) Lalu beliau bersabda: 'Demi diri Muhammad yang ada di tangan-Nya, tidak ada jiwa yang meninggalkan dunia hingga ia melihat tempat duduknya di surga atau di neraka.'

Kemudian beliau bersabda lagi: 'Pada waktu itu ada dua baris malaikat yang berjajar rapi di antara dua sisi yang sempit, seakan-akan wajah mereka adalah matahari. Ia melihat para malaikat itu dan tidak ada yang terlihat selain mereka. Sekiranya kalian bisa melihat mereka bahwa kalian sedang menunggu kalian dan mereka memegang kain kafan dan keranda. Jika ia seoang Muslim, mereka menyampaikan kabar gembira berupa surga dan mereka berkata: 'Keluarlah wahai jiwa yang baik kepada keridhaan Allah dan surga­ Nya. Allah telah menyiapkan kemuliaan bagimu, yang lebih baik dari dunia dan seisinya.' Mereka senantiasa menyampaikan kabar gembira itu dan memuliakannya. Mereka lebih lemah lembut dan lebih mengasihi daripada kasih saying seorang ibu kepada anaknya. Kemudian mereka mencabut nyawanya dari bawah. Setiap kuku dan sendi-sendi, satu persatu menjadi mati, dan ia pun menjadi lemah. Sementara itu, kalian melihatnya keras hingga mencapai janggutnya.'

Beliau bersabda lagi, "Ruh itu lebih tidak suka keluar dari jasad daripada janin yang hendak keluar dari rahim. Setiap malaikat berebut siapakah di antara mereka yang memegangnya. Yang menangani  pencabutan ruh ini adalah malaikat pencabut nyawa."

Kemudian beliau SAW membaca ayat, "Katakanlah: 'Malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawamu akan mematikan kamu kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan'." (QS. As-Sajdah: 11)

Malaikat pencabut nyawa meletakkannya di atas kain kafan putih kemudian merengkuhnya, lebih dekat daripada rengkuhan ibu yang baru melahirkan bayinya. Kemudian dari ruh itu berembus aroma yang sangat harum melebihi harumnya minyak kesturi sehingga para malaikat itu pun menghirup baunya dan mereka merasa senang karenanya. Mereka berkata, "Selamat datang kepada ruh yang baik dan bau yang harum. Ya Allah berikanlah shalawat kepada ruh dan jasad yang darinya ruh itu keluar."

Lalu mereka membawanya naik. Allah mempunyai ciptaan di udara dan tidak ada yang mengetahui jumlahnya, kecuali Allah semata. Dari ruh itu, mereka mencium bau yang sangat harum melebihi bau minyak kesturi. Mereka bershalawat kepadanya dan senang kepadanya. Pintu-pintu langit dibukakan dan setiap malaikat di langit bershalawat kepadanya, setiap kali ruh itu melewati mereka hingga akhirnya ia tiba di hadapan Allah.

Kemudian Allah berfirman, "Selamat datang kepada jiwa yang baik dan kepada jasad yang ruh itu keluar darinya." Jika Allah berfirman kepada sesuatu selamat datang, artinya segala sesuatu juga melakukan hal yang sama dan segala kesulitan pun tiada.

Allah berfirman, "Masukkan jiwa yang baik ini ke dalam surga dan perlihatkanlah kepadanya tempat duduknya di sana, dan tunjukkan pula kemuliaan dan kenikmatan yang telah Aku persiapkan baginya kemudian pergilah bersamanya ke bumi. Sesungguhnya, Aku sudah menetapkan bahwa Aku menciptakan mereka dari tanah dan ke tanah Aku mengembalikannya, dan dari tanah pula Aku mengeluarkannya pada kali yang lain."

Rasulullah SAW bersabda, "Demi yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, ruh itu benar-benar tidak suka keluar dari surga, sama seperti ia keluar dari jasad. Ruh itu bertanya: 'Ke mana kalian membawaku? Apakah ke jasad yang dulu aku ada di dalamnya?' Para malaikat menjawab: 'Kami diperintakan untuk melaksanakan ini maka begitulah yang harus terjadi'."

Hadis ini menunjukkan bahwa ruh dikembalikan di antara jasad dan kafan. Ini merupakan pengembalian yang tidak terkait seperti kaitannya dengan jasad saat di dunia. Ini merupakan bentuk lain dan tidak sama dengan keadaan seseorang ketika tidur dan bukan seperti keterkaitan ruh dengan jasad di ternpat yang sudah ditentukan, melainkan merupakan pengembalian yang bersifat khusus untuk menghadapi pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir.

Syekhul Islam berkata, "Hadis-hadis sahih dan mutawatir ini menunjukkan tentang dikembalikannya ruh ke jasad pada saat hendak mendapatkan pertanyaan. Pertanyaan ini ditujukan kepada jasad tanpa ruh dikatakan segolongan orang. Namun, jumhur ulama mengingkari hal ini meskipun ada yang menerimanya."

Ada pula yang berkata, "Pertanyaan ini ditujukan kepada ruh tanpa jasad." Ini merupakan pendapat lbnu Murrah dan lbnu Hazm. Namun, dua pendapat ini salah. Hadis-hadis sahih menolak pendapat ini. Apabila pertanyaan ini hanya ditujukan kepada ruh, alam kubur tidak memiliki kekhususan terhadap ruh. Hal ini dapat diperjelas dari jawaban atas pertanyaan berikut, sehubungan dengan pertanyaan yang disampaikan seseorang, "Apakah siksa kubur itu ditimpakan kepada ruh ataukah kepada jasad? Atau siksa itu hanya ditujukan kepada jiwa tanpa jasad atau kepada jasad tanpa ruh? Apakah jasad bersekutu dengan ruh dalam merasakan kenikmatan atau siksa ataukah keduanya tidak saling bersekutu?"

Syekhul Islam mendapatkan berbagai pertanyaan ini dan kami akan menyebutkan jawabannya. Ia berkata, "Siksaan dan kenikmatan ditimpakan kepada jiwa dan jasad. Inilah yang disepakati oleh Ahlussunnah wal Jama'ah. Jiwa merasakan kenikmatan dan siksaan secara sendirian, terpisah dari jasad. Jiwa dan jasad dapat merasakan kenikmatan dan siksaan sehingga kenikmatan dan siksaan ditimpakan kepada keduanya dalam keadaan seperti ini secara bersama-sama sebagaimana jiwa yang bisa merasakannya sendirian."

Lalu, apakah siksaan atau kenikmatan dirasakan jasad sendirian tanpa ruh? Ada dua pendapat yang masyhur tentang masalah ini di kalangan ahli hadis dan teolog, dan selain dua pendapat ini masih ada pendapat yang lain, yang semuanya lemah dan bukan termasuk pendapat orang-orang yang mengerti hadis dan as­ Sunnah.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kenikmatan dan siksaan hanya dirasakan oleh ruh, sedangkan jasad tidak bisa merasakan kenikmatan dan siksaan. Ini merupakan pendapat para filosof yang mengingkari hari kebangkitan jasad. Mereka dianggap sama dengan orang-orang kafir menurut ijma' kaum Muslimin.

Pendapat serupa juga dikatakan oleh para teolog, golongan Mu'tazilah, dan lainnya, mereka mengakui kebangkitan jasad, tetapi mereka berkata bahwa yang demikian itu tidak terjadi di alam barzakh dan hanya terjadi pada kebangkitan makhluk dari kubur. Mereka mengingkari siksa kubur yang ditimpakan kepada jasad di alam barzakh saja. Mereka juga berkata bahwa hanya ruh yang merasakan kenikmatan dan siksaan di barzakh. Pada hari Kiamat, ruh dan jasad mendapat siksaan secara bersamaan.

Pendapat ini dikatakan segolongan orang-orang muslim dari kalangan teolog dan juga yang lainnya, dan ini merupakan pilihan pendapat lbnu Murrah dan lbnu Hazm. Ini tidak termasuk tiga pendapat yang lemah, tetapi merupakan tambahan pendapat yang mengatakan tentang siksa kubur dan penetapannya pada hari Kiamat, yang juga menetapkan kebangkitan jasad dan ruh. Namun, keterkaitan dengan siksa kubur, mereka mempunyai tiga pendapat: Siksa kubur ditimpakan pada ruh saja.

1. Siksa kubur ditimpakan pada ruh dan jasad lewat perantaranya.

2. Siksa kubur ditimpakan pada jasad saja.

Pendapat yang kedua ditambah dengan pendapat yang menetapkan siksa kubur dan menjadikan ruh sebagai kehidupan. Pendapat lemah adalah yang mengingkari siksa terhadap jasad secara mutlak dan yang mengingkari siksa ruh secara mutlak. Jika tiga pendapat ini dianggap lemah, pendapat kedua yang lemah adalah pendapat yang mengatakan bahwa ruh saja tidak bisa merasakan kenikmatan dan siksaan, tetapi ruh hanyalah kehidupan.

Pendapat itu juga dikatakan para teolog dari kalangan Mu'tazilah, Asy'ariyah, Qadhi Abu Bakar, dan yang lainnya. Ini pendapat batil yang ditentang rekan­ rekannya, seperti Abul Ma'ali al-Juwaini dan lainnya. Bahkan, telah ditetapkan dalam al-Qur'an, as-Sunnah, dan ijma' umat bahwa ruh itu kekal setelah bepisah dari jasad, dan ia merasakan kenikmatan serta siksaan.

Para filosof juga menetapkan begitu meskipun mereka mengingkari kebangkitan jasad. Jadi, mereka menetapkan kembalinya jasad, tetapi mengingkari kembalinya ruh, kenikmatan, dan siksaan tanpa jasad.

Dua pendapat ini salah dan sesat. Pendapat para filosof sangat jauh dari pendapat orang-orang muslim meskipun mereka menyatakan diri sebagai orang yang berpegang kepada Islam, bahkan ada yang menganggap para filosof itu sebagai ahli ma'rifat, tasawuf, dan teologi.

Pendapat ketiga yang lemah dan cacat adalah yang mengatakan bahwa di alam barzakh tidak ada kenikmatan dan siksa hingga tiba hari Kiamat Kubra. Pendapat ini dikatakan oleh sebagian kaum Mu'tazilah dan orang-orang yang mengingkari adanya siksa dan nikmat kubur dengan alasan bahwa ruh tidak kekal setelah terpisah dengan jasad. Sementara itu, jasad saja tidak bisa merasakan kenikmatan dan siksaan. Semua golongan ini sesat dalam masalah barzakh, tetapi mereka masih lebih baik daripada para filosof karena mereka masih mengakui adanya Kiamat Kubra.

Jika sudah mengetahui semua pendapat yang batil ini, kita harus mengetahui pendapat golongan salaf dari umat ini dan para imamnya bahwa jika seseorang sudah meninggal dunia dan menjadi jenazah, ia akan berada dalam kenikmatan atau siksaan. Hal ini dialami ruh dan jasadnya. Ruh tetap kekal setelah berpisah dari jasad lalu mendapat kenikmatan atau siksaan. Jasad bersama ruh merasakan kenikmatan atau siksaan.

Kemudian pada hari Kiamat Kubra semua ruh dikembalikan ke jasadnya dan mereka bangkit dari alam kubur untuk menghadap Rabbul Alamin. Kebangkitan jasad merupakan kesepakatan dari kalangan orang-orang muslim, begitu pula orang Yahudi dan Nasrani.

Kami menetapkan apa yang kami sebutkan ini. Adapun berbagai hadis yang menyebutkan siksa kubur dan pertanyaan Munkar dan Nakir cukup banyak jumlahnya sehingga ini merupakan hadis mutawatir dari Rasulullah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari lbnu Abbas bahwa Nabi melewati dua makam. Beliau bersabda, "Sesungguhnya, dua orang yang dimakamkan ini benar-benar disiksa. Keduanya tidak disiksa karena melakukan dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah buang air kecil dan yang satunya lagi disiksa karena suka menyebarkan fitnah dan mengadu domba.

Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma yang masih basah lalu membelahnya menjadi dua bagian seraya bersabda, "Mudah-mudahan pelepah daun ini bisa meringankan siksanya selama belum kering.

Di dalam ShabSh. Muslim disebutkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, "Ketika Rasulullah SAW berada di sebuah kebun milik Bani Najjar, yang saat itu beliau berada di atas bighalnya, dan kami bersama beliau, tiba-tiba bighal beliau menghindari tempat itu dan hampir menjatuhkan beliau. Ternyata di tempat itu ada enam, lima, atau empat makam. Beliau bertanya: 'Apakah ada yang tahu, siapakah yang dimakamkan di sini?'

Seorang laki-laki menjawab: 'Ya, aku tahu.' Beliau bertanya lagi: 'Kapan mereka meninggal?'

Laki-laki itu menjawab: 'Mereka meninggal dalam kemusyrikan.'

Maka beliau SAW pun bersabda: 'Sesungguhnya, orang-orang itu disiksa dalam kuburnya. Sekiranya kalian tidak akan dimakamkan, aku akan berdoa kepada Allah agar Allah memperdengarkan kepada kalian siksa kubur seperti yang aku dengar saat ini.'

Kemudian beliau memandang kami dan bersabda: 'Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur.'

Maka kami berkata: 'Kami berlindung kepada Allah dari siksa kubur.' Beliau SAW bersabda lagi: 'Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur.' Maka kami berkata: 'Kami berlindung kepada Allah dari siksa kubur.'

Beliau SAW bersabda lagi: 'Berlindunglah kalian kepadaAllah dari cobaan yang tampak maupun yang tidak tampak.'

Maka kami berkata: 'Kami berlindung kepada Allah dari cobaan yang tampak maupun yang tidak tampak.'

Beliau SAW bersabda lagi: 'Berlindunglah kalian kepada Allah dari fitnah Dajjal'.

Dalam Shah.fh. Muslim dan seluruh kitab Sunan disebutkan, dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, "Jika salah seorang dari kalian selesai membaca tasyahhud akhir, hendaklah ia berlindung kepada Allah dari empat perkara: dari siksa Neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari cobaan hidup dan mati, dari fitnah Dajjal.

Dalam Shah.th. Muslim dan lainnya disebutkan dari lbnu Abbas bahwa Nabi SAW mengajarkan doa berikut ini sebagaimana beliau mengajarkan surah dari al-Qur 'an:

''Allahumma inni a'udzubika min 'adzabi jahannama, wa min 'adzabi al-Qabri, wa min fitnati al-mahya wa al-mamat, wa min syarri fitnati al-masih ad-dajjal.

(Ya Allah, sesunggguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung kepada-Mu dari cobaan hidup dan mati, dan aku berlindung kepada-Mu dari cobaan al-Masih ad-Dajjal)."

Di dalam Ash-Shabb.ain disebutkan dari Abu Ayyub, ia berkata, "Nabi if, keluar dan pada saat itu matahari sudah tenggelam lalu beliau mendengar suara. Maka beliau bersabda: 'Orang-orang Yahudi sedang disiksa di dalam kuburnya'."

Di dalam Ash-Shab_ib_ain disebutkan dari Aisyah., ia berkata, ''Ada seorang tua renta dari kalangan Yahudi Madinah yang masuk ke tempatku. Ia berkata: 'Orang-orang yang ada di dalam kubur akan disiksa dalam kubumya.'

Aku mendustakan wanita itu dan sama sekali tidak memercayai omongannya. Kemudian wanita tua itu keluar. Tidak lama kemudian, Rasulullah if, masuk ke tempatku dan aku katakan kepadanya: 'Wahai Rasulullah, ada seorang wanita tua dari kalangan Yahudi Madinah yang masuk ke tempatku lalu ia mengatakan bahwa orang-orang yang ada di kubur akan disiksa dalam kubumya.'

Maka beliau if, bersabda: 'Wanita itu benar. memang mereka disiksa di dalam kubur dengan suatu siksaan sehingga semua binatang dapat mendengarnya'."

Sebagian ulama berkata, "Karena itulah, ada orang yang pergi membawa hewan temak mereka ke makam orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang munafik jika hewan mereka sakit perut seperti yang dilakukan oleh golongan Ismailiyyah, Qaramithah, Nushairiyah dari Bani Ubaid, dan lainnya yang ada di Mesir dan Syam. Para pemilik kuda juga biasa membawa kudanya ke makam orang-orang Yahudi dan Nasrani sambil berkata bahwa jika kuda itu mendengar siksa kubur maka ia akan meringkik, merasakan panas, dan sakit perutnya bisa sembuh."

Abu Haq al-Asybauli berkata, ''Aku diberitahu seorang ahli fikih, Abul Hakam bin Barkham, yang termasuk seorang ulama dan juga aktif dalam beramal bahwa orang-orang sedang memakamkan jenazah di kampung mereka, di bagian ujung kabilah Aibailiyah. Setelah pemakaman selesai, mereka duduk-duduk di bagian pinggir sambil berbincang-bincang. Tiba-tiba seekor hewan ternak yang sedang digembala tidak jauh dari tempat itu mendekati makam itu, seakan-akan ia sedang mendengarkan sesuatu. Tidak lama kemudian, ia lari menjauh. Namun, hewan itu mendekat lagi ke makam itu dan mendengarkan. Tidak lama kemudian ia lari lagi. Hal ini dilakukan hingga beberapa kali.

Abul Hakam berkata: 'Lalu aku teringat dengan siksa kubur dan sabda Nabi

, bahwa mereka disiksa dengan suatu siksaan yang dapat didengar oleh hewan'."

Apa yang didengarkan ini berasal dari suara orang-orang yang disiksa. Hanad bin As-Sari berkata dalam kitab Az-Zuhud, "Waki' telah menceritakan kepada kami, dari Syaqiq, dari Aisyah., ia berkata: 'Ada seorang wanita Yahudi yang sudah tua renta masuk ke tempatku lalu ia berkata tentang siksa kubur. Namun, aku mendustakannya. Lalu Nabi if, masuk ke tempatku dan aku ceritakan apa yang telah dikatakan wanita Yahudi itu. Maka beliau bersabda: 'Demi yang diriku ada di tangan-Nya, mereka memang disiksa di dalam kubur hingga hewan-hewan mendengar suara mereka'."

Kami katakan bahwa hadis tentang pertanyaan di dalam kubur juga banyak, seperti yang disebutkan di dalam Ash-Shabh.ain dan as-Sunnah dari al-Bara' bin Azib bahwa Rasulullah   bersabda, "Jika seorang muslim ditanya di dalam kuburnya, ia bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang hak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah."

Hal ini telah difirmankan Allah SWT:

 "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam

kehidupan) di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrahim: 27)

Dalam sebuah lafaz disebutkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan siksa kubur ketika ditanyakan kepada jenazah: "Siapa Rabbmu?" Ia menjawab, "Allah Rabbku dan Muhammad adalah nabiku." Hadis ini diriwayatkan oleh para penyusun Sunan dan al-masanid secara panjang lebar seperti yang telah disebutkan pada bagian terdahulu. Hadis ini menegaskan dikembalikannya ruh ke jasad meskipun tulang belulangnya sudah tercecer. Hal ini menunjukkan bahwa siksa itu ditimpakan kepada ruh dan jasad secara bersamaan.

Yang serupa dengan hadis al-Bara' tentang ruh, pertanyaan dalam kubur, kenikmatan, dan siksaan ini adalah hadis Abu Hurairah yang disebutkan dalam al-Musnad dan Shah.ill. Abu Hatim, bahwa Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya, jika jenazah sudah diletakkan dalam liang lahat, ia mendengar suara sandal orang-orang yang meninggalkan makamnya. Jika ia orang mukmin, shalatnya berada di dekat kepalanya, puasanya di sebelah kanannya, zakatnya di sebelah kirinya sementara berbagai kebaikan seperti sedekah, silaturahmi, amar makruf, dan kebajikan di dekat kakinya. Ia didatangi dari bagian kepalanya. Maka shalat berkata: 'Dari arahku tidak ada tempat masuk.' Ia didatangi dari sebelah kanannya maka puasa berkata: 'Dari arahku tidak ada tempat masuk.' Ia didatangi dari bagian kakinya maka berbagai kebaikan seperti sedekah, silaturahmi, dan kebajikan berkata: 'Dari arahku tidak ada tempat masuk.'

Lantas dikatakan kepadanya: 'Duduklah!' Maka, ia pun duduk. Ia diserupakan dengan matahari yang akan terbenam. Lalu ditanyakan kepadanya: 'Apa yang engkau katakan tentang orang yang ada di tengah kalian dan apa yang engkau persaksikan atas dirinya?'

Ia menjawab: 'Beri aku kesempatan untuk shalat.'

Para malaikat bertanya: 'Engkau mau shalat?' Jawablah terlebih dahulu apa yang kami tanyakan kepadamu. Apa yang engkau katakan tentang orang yang ada di tengah kalian dan apa yang engkau persaksikan atas dirinya?'

Ia menjawab: 'Beliau adalah Muhammad. Aku bersaksi bahwa ia adalah rasul Allah yang datang membawa kebenaran dari sisi Allah.'

Dikatakan kepadanya: 'Atas hal itulah engkau hidup, atas hal itu pula engkau mati, dan atas hal itu pula engkau dibangkitkan, in syaa Allah.'

Kemudian dibukakan jalan menuju surga untuknya lalu dikatakan kepadanya: 'Inilah tempat dudukmu dan apa yang dipersiapkan Allah bagimu di sana.' Ia semakin bertambah senang dan gembira. Lalu makamnya diluaskan selebar tujuh puluh hasta dan disinari. Jasadnya dikembalikan seperti keadaannya semula dan ruhnya dibuat harum dan ia berada di dalam tubuh seekor burung yang bergantung di sebatang pohon surga. Yang demikian itulah firman Allah: 'Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat'.' (QS. Ibrahim: 27)

Kemudian beliau menyebutkan tentang orang kafir yang sejenis itu hingga beliau bersabda: 'Kemudian ia disempitkan di alam kuburnya hingga tulang belulangnya berceceran. Itulah kehidupan sempit yang difirmankan Allah: 'Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh ia akan menjalani kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta'." (QS. Thaha: 124)

Di dalam Ash-Shabhain disebutkan dari hadis Qatadah, dari Anas bahwa Nabi

bersabda, "Jika jenazah sudah diletakkan dalam liang lahat dan para pengiringnya meninggalkannya, ia benar-benar bisa mendengar suara sandal mereka. Lalu dua malaikat datang dan mendudukkannya. Dua malaikat itu bertanya: 'Apa yang engkau katakan tentang orang ini, yakni Muhammad?'

Jika ia orang mukmin, ia akan menjawab: 'Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan rasul-Nya.'

Malaikat berkata: 'Lihatlah tempat dudukmu dari api neraka, yang telah digantikan Allah dengan tempat duduk dari surga'.' Rasulullah   bersabda: 'Maka ia dapat melihat dua tempat duduk itu'."

Qatadah berkata, "Beliau juga menyebutkan bahwa makamnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta yang dipenuhi warna hijau hingga hari dibangkitkan." Kembali ke hadis Anas, beliau SAW bersabda, ''Adapun orang kafir atau munafik,

kedua malaikat bertanya kepadanya: 'Apa yang engkau katakan tentang orang ini?'

Ia menjawab: 'Aku tidak tahu, aku mengatakan seperti apa yang dikatakan orang­ orang.'

Kedua malaikat berkata: 'Memangnya engkau tidak tahu dan tidak pernah dibacakan kepadamu?'

Kemudian ia dipukul dengan alat pemukul dari besi di antara dua telinganya sehingga ia berteriak keras hingga dapat didengar siapa pun yang ada di atas makamnya'."

Di dalam shah.th. Abu Hatim disebutkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian atau seorang manusia telah dimakamkan, dua malaikat yang berwarna hitam dan abu-abu mendatanginya, yang satu disebut Munkar dan satunya lagi Nakir. Dua malaikat itu bertanya kepadanya: 'Apa yang engkau katakan tentang orang ini, yakni Muhammad'?"

Maka orang itu mengatakan apa yang biasa dikatakannya. Jika ia orang mukmin, ia menjawab, "Beliau adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Aku beraksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul Allah." Dua malaikat berkata, "Sesungguhnya, kami sudah tahu bahwa engkau akan berkata seperti itu."

Maka makamnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta kali yang di dalamnya disinari dan dikatakan kepadanya, "Sekarang, tidurlah!"

Ia berkata, "Kembalikanlah aku kepada keluarga dan hartaku agar aku dapat mengabarkan mereka."

Malaikat berkata, "Tidurlah seperti tidurnya pengantin baru yang tidak dibangunkan, kecuali oleh keluarga yang dicintainya hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya itu."

Sebaliknya, jika ia orang munafik, ia menjawab, ''Aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, dan aku pun ikut mengatakannya."

Dua malaikat berkata, "Kami sudah tahu bahwa engkau akan berkata seperti itu."

Kemudian dikatakan kepada tanah, "Jepitlah orang ini!" Maka tanah itu pun menjepitnya hingga tulang rusuknya berceceran dan ia senantiasa disiksa hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya itu.

Hal ini secara jelas menunjukkan bahwa jasad jenazah disiksa dan merasakan siksaan.

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda, "Jika orang mukmin meninggal dunia, para malaikat mendatanginya sambil membawa kain kafan dan sutra warna putih. Mereka berkata: 'Keluarlah wahai jiwa yang baik, yang ridha dan diridhai, kepada karunia Raihan dan Rabb yang tidak murka.'

Maka ruh itu keluar dengan aroma semerbak harum seperti minyak kesturi sehingga sebagian menghirupnya atas sebagian yang lain. Malaikat membawanya dan tiba di pintu langit. Para malaikat yang ada di sana berkata, "Alangkah harumnya ruh yang kalian bawa dari bumi ini." Mereka juga mempertemukannya dengan ruh orang-orang mukmin lainnya sehingga mereka lebih gembira seperti orang yang mendapatkan kembali barangnya yang hilang.

Mereka saling bertanya kabar, "Apa kabar fulan? Ia menjawab, "Biarkan ia bersenang-senang karena ia tenggelam dalam keduniaan."

Jika orang kafir meninggal dunia, para malaikat mendatanginya sambil membawa sisir. Mereka berkata, "Keluarlah wahai ruh buruk yang dimurkai." Maka ruh itu benar-benar keluar dengan bau busuk seperti bangkai hingga mereka tiba di pintu bumi.

Para malaikat yang ada di sana berkata, "Alangkah busuknya bau ruh ini." Hingga mereka membawanya kepada ruh orang-orang kafir lainnya. (Hadis ini diriwayatkan an-Nasa'i, al-Bazzar, dan Muslim secara singkat)

Abu Hatim men-takhrij di dalam Shabb.-nya, Rasulullah bersabda, "Jika orang mukmin meninggal dunia, para malaikat rahmat mendatanginya. Jika ruhnya sudah dicabut, ruh itu diletakkan di dalam kain sutra berwarna putih lalu dibawa ke pintu langit. Para malaikat yang ada di sana berkata: 'Kami tidak pernah mendapatkan bau yang seharum ini.'

Lalu ditanyakan kepadanya: 'Apa yang dilakukan Ju.Zan? Apa yang dilakukan fu.lanah?' Ada yang menjawab: 'Biarkan ia beristirahat,karena dulu ia dalam kesedihan dunia.'

Adapun jika orang kafir meninggal dunia dan ruhnya dicabut, ruh itu dibawa ke bumi dan para malaikat penjaga bumi berkata: 'Kami tidak pernah mencium bau yang lebih busuk dari ini.' Lalu ia dibawa hingga ke bumi yang paling rendah."

An-Nasa'i meriwayatkan di dalam Sunan-nya, dari hadis Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW bersabda, "Inilah ruh, yang karenanyaArsy bergerak dan pintu-pintu langit dibukakan, dan ada 70.000 malaikat yang memberi kesaksian kepadanya. Dia direngkuh lalu dilepaskan lagi."

Diriwayatkan dari hadis Aisyah, ia berkata, Rasululah SAW bersabda, "Kubur mempunyai ujian, yang sekiranya ada orang yang selamat dari ujiannya, tentulah Sa'd bin Mu'ad yang selamat darinya."

Hannad bin as-Sari berkata, "Muhammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami, dari Nau, ia berkata: 'Aku mendengar bahwa jenazah Sa'ad bin Muadz dihadiri 70.000 malaikat, yang tidak hanya turun ke bumi. Aku mendengar bahwa Rasululah SAW bersabda: 'Sahabat kalian ini telah direngkuh para malaikat'."

Ali bin Malbad berkata, "Kami diberitahu Ubaidillah, dari Zaid bin Syaibah, dari Jabir, dari Nafi', ia berkata: 'Kami menemui Shafiyah binti Ubaid, istri Abdullah bin Umar, yang tampaknya seperti sedang gundah. Kami bertanya: 'Apa yang sedang terjadi dengan dirimu?'

Ia menjawab: 'Aku baru saja menemui sebagian dari istri Rasulullah yang berkata kepadaku: 'Aku diberitahu bahwa beliau bersabda: 'Sekiranya diperlihatkan kepadamu bahwa ada seseorang diselamatkan dari siksa kubur, ia-lah Sa'ad bin Mu'adz. Ia direngkuh di sana oleh para malaikat'."

Kami diberitahu Marwan bin Muawiyah, dariAla' bin Musayyib, dari Mu'awiyah al-Absi, dari Zadan bin Amir, ia berkata, bahwa setelah Nabi SAW menguburkan jenazah putri beliau, beliau duduk di sisi makamnya. Wajah beliau yang sebelumnya muram berubah menjadi ceria. Para sahabat bertanya, "Tadi kami melihat wajah engkau muram, tetapi sekarang tampak senang." Beliau menjawab, "Aku ingat putriku, kelemahannya, dan siksa kubur. Lalu aku berdoa kepada Allah maka ia dibebaskan dari siksa kubur. Demi Allah, ia direngkuh para malaikat yang bisa didengar dari dua sisi."

Kami diberitahu Syuaib, dari Ibnu Umar, dari Ibrahim al-Ghanwi, dari seorang laki-laki, ia berkata, "Aku berada di dekat Aisyah. Tidak lama kemudian lewat jenazah anak yang masih kecil. Aisyah menangis melihat hal itu. Maka aku bertanya: 'Apa yang membuat engkau menangis, wahai Ummul Mukminin?' Ia menjawab: 'Aku menangis karena anak kecil itu, disebabkan rasa sayang kepadanya, yang di dalam kuburnya ia akan direngkuh para malaikat'."

Begitulah yang ditunjukkan hadis-hadis sahih dan yang disepakati ulama Ahlussunnah wal Jama'ah. Al-Mawarzi berkata bahwa Abu Abdullah berkata, "Siksa kubur merupakan kebenaran yang tidak bisa diingkari, kecuali orang yang sesat dan suka menyesatkan." Hanbal berkata, "Aku bertanya kepada Abu Abdullah tentang siksa kubur ini maka ia menjawab: 'Ini adalah hadis-hadis sahih yang kami percaya. Selagi ada isnad yang baik dari Nabi maka kami menerimanya. Jika kami tidak menerima apa yang disampaikan Nabi dan kami menolaknya, berarti kami menolak perintah Allah. Allah SWTberfirman:

'Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat'." (QS. Ibrahim: 27)

Ahmad bin Qasim berkata bahwa ia bertanya kepada Abu Abdullah, Wahai Abu Abdullah, apakah engkau menetapkan Munkar dan Nakir serta berbagai riwayat tentang siksa kubur?

Ia menjawab, Mahasuci  Allah, benar, kami menetapkan yang demikian itu dan itulah pendapat kami.

Ahmad bertanya lagi, Apakah engkau menyebutkan secara langsung Munkar dan Nakir atau cukup menyebutnya dua malaikat saja?"

Ia menjawab,  Munkar dan Nakir.

Ahmad bertanya, Banyak orang berkata bahwa tidak ada satu hadis pun yang menyebutkan Munkar dan Nakir."

Ia menjawab, namun, memang yang dimaksudkan dua malaikat itu adalah Munkar dan Nakir."

Inilah di antara perbincangan ahli bid'ah dan sesat, seperti yang dikatakan Abul Hudzail dan al-Muraisi, Siapa yang keluar dari sifat iman maka ia akan disiksa di antara dua embusan sangkakala (pada hari Kiamat) dan pertanyaan kubur hanya terjadi pada saat itu."

Al-Jaba'i dan anaknya, al-Balkhi, menetapkan adanya siksa kubur, tetapi mereka menafikannya dari orang-orang mukmin dan menetapkannya hanya bagi orang­ orang ateis, kafir, dan fasik.

Banyak dari golongan Mu'tazilah yang berkata, Tidak boleh menyebut malaikat Allah dengan sebutan Munkar dan Nakir. Sebab sebutan munkar diperuntukkan bagi orang yang gagap jika bertanya dan nakir merupakan teguran keras terhadap orang yang ditanya."

Ash-Shalihi berkata, Siksa kubur ditimpakan kepada orang mukmin tanpa mengembalikan ruh ke jasad. Jenazah bisa merasakan sakit dan bisa mengetahui tanpa ruh." Perkataan yang sama juga disampaikan oleh golongan al-Karamiyah.

Sebagian dari golongan Mu'tazilah berkata, Sesungguhnya,Allah menyiksa orang yang meninggal di dalam kubumya dan menimpakan penderitaan, tetapi mereka tidak merasakan pada saat itu. Jika mereka sudah dikumpulkan, barulah merasakan penderitaan itu. Keadaan orang meninggal yang disiksa seperti keadaan orang yang mabuk atau pingsan. Ia tidak merasa sakit jika dipukul. Ia baru merasakannya ketika sudah sadar."

Ada juga orang-orang yang mengingkari sama sekali adanya siksa kubur, seperti Dhirar bin Amr dan Yahya bin Kamil. Yang pasti, ini merupakan pendapat orang-orang yang menyimpang dan sesat.

Yang perlu diketahui bahwa siksa kubur sama dengan siksa barzakh. Setiap orang yang meninggal berhak mendapat siksa yang memang menjadi bagian yang harus diterimanya, entah jenazahnya dikubur entah tidak dikubur. Apakah jenazahnya dimakan binatang buas, dibakar hingga menjadi abu, beterbangan di angkasa, disalib, atau tenggelam di dalam lautan maka siksa kubur itu tetap sampai pada ruh dan jasadnya.

Dalam Shabfll al-Bukhari disebutkan dari Samurah bin Jundab, ia berkata bahwa saat Nabi SAW mengerjakan shalat maka beliau hadapkan wajahnya ke arah kami lalu terkadang bertanya, "Siapakah yang semalam bermimpi?"

Samurah berkata, "Apabila ada seorang yang bermimpi, ia menceritakannya lalu beliau bersabda: 'Ma syaa Allah.'

Suatu hari beliau bertanya kepada kami: 'Adakah salah seorang dari kalian yang bermimpi?'

Kami menjawab: 'Tidak ada.'

Beliau bersabda: 'Semalam aku bermimpi bahwa ada dua orang laki-laki yang menemuiku lalu memegang tanganku dan menghelaku ke tanah suci. Di sana ada seorang laki-laki yang sedang duduk dan satu orang lagi berdiri sambil memegang sebatang besi yand ia masukkan ke salah satu ujung mulut orang yang duduk itu hingga tembus ke tengkuknya lalu ia memasukkannya pula dari ujung mulut satunya lagi hingga tembus ke tengkuknya sehingga mulutnya menjadi lebar begini. Hal ini dilakukan berkali-kali. Aku bertanya: 'Ada apa ini?'

Namun, dua orang yang menuntunku berkata: 'Ayo pergi lagi.'" Maka kami pun pergi hingga kami menemui seorang laki-laki telentang di atas punggungnya. Kemudian ada orang lain yang berdiri di dekat kepalanya sambil membawa sebongkah tanah atau batu yang keras lalu ditimpukkan ke kepala orang tersebut. Batu itu menggelinding setelah ditimpukkan. Orang yang berdiri mengambilnya kembali dan ketika kembali, kepala orang yang ditimpuk kembali utuh seperti semula lalu ia menimpuknya lagi. Begitulah yang terjadi secara terus menerus. Aku bertanya: 'Ada apa ini?'

Dua orang yang menuntunku berkata: 'Ayo pergi lagi.' Kami pun pergi lagi hingga menemui lubang seperti lubang tungku api, yang bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya lebar, dan di bagian bawah lubang itu dinyalakan api. Di dalam lubang itu ada laki-laki dan perempuan yang telanjang. Api di bagian bawah menyala dan ketika semakin panas, mereka naik ke atas hingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali lagi ke tempat semula. Aku bertanya: 'Ada apa ini?'

Dua orang yang menuntunku berkata: 'Ayo pergi lagi.' Maka kami pergi hingga kami tiba di sebuah sungai yang dialiri darah. Di sana ada seorang laki-laki yang berdiri di pinggir sungai dan di hadapannya banyak bebatuan sementara di tengah sungai ada laki-laki lain. Ketika orang itu hendak keluar dari sungai, laki-laki yang berdiri di pinggir sungai melemparinya hingga orang yang dilempari kembali ke tempatnya semula. Setiap kali ia hendak keluar dari sungai, orang yang berada di pinggir sungai melemparinya hingga ia kembali ke tempatnya semula. Begitulah yang terus terjadi. Aku bertanya: 'Ada apa ini?'

Dua orang yang menuntunku berkata: 'Ayo pergi lagi.' Maka kami pun pergi hingga kami tiba di sebuah taman yang berwarna hijau, yang di sana ada sebatang pohon besar. Di dekat pangkal pohon itu ada laki-laki tua dan dua anak kecil. Di dekat pohon itu juga ada laki-laki yang di hadapannya ada api yang dinyalakan. Kedua orang penuntunku naik ke atas pohon itu dan memasukkan aku ke sebuah tempat yang keindahannya belum pernah kulihat. Di sana ada beberapa orang tua dan anak-anak muda. Kemudian kami masuk lagi hingga kami memasuki suatu tempat yang lebih bagus dan lebih indah dari tempat yang pertama.

Aku berkata: 'Malam ini, kalian telah membawaku berputar-putar. Maka beritahukanlah kepadaku tentang hal-hal yang aku lihat.'

Maka keduanya berkata: 'Baiklah, orang yang mulutnya ditusuk hingga tembus ke tengkuknya dan robek adalah seorang pendusta. Ia selalu membuat kedustaan dan kedustaannya itu disebarluaskan hingga mencapai ufuk. Itulah sebabnya ia disiksa seperti itu hingga Kiamat tiba. Orang yang engkau lihat kepalanya ditimpuk batu adalah orang yang diajari al-Qur'an oleh Allah, tetapi pada malam harinya ia tidur melalaikannya dan pada siang harinya juga tidak mengamalkannya. Karenanya ia disiksa seperti itu hingga hari Kiamat tiba. Adapun orang yang engkau lihat berada di dalam tungku api adalah para pezina. Orang yang engkau lihat di sungai adalah orang yang memakan riba. Orang tua yang engkau lihat berada di dekat pangkal pohon adalah Ibrahim dan anak-anak di sekelilingnya adalah umat manusia. Orang yang menyalakan api adalah malaikat penjaga neraka. Tempat pertama adalah tempat orang-orang mukmin secara umum. Adapun tempat ini adalah tempat tinggalnya para syuhada. Aku sendiri adalah Jibril dan itu Mikail. Tengadahkanlah kepalamu!'

Aku pun menengadahkan kepala dan di sana aku lihat seperti istana gumpalan awan.

Keduanya berkata: 'Itulah tempat tinggalmu.'

Aku berkata: 'Biarkan aku masuk ke tempat tinggalku.'

Kedua berkata: 'Tempat itu tetap menjadi milikmu sampai usia manusia menjadi sempurna. Jika sudah sempurna, engkau akan mendatangi tempat tinggalmu'."

 Ini merupakan nash tentang siksa barzakh. Pasalnya, mimpi Nabi sama dengan wahyu yang diturunkan kepada beliau.

Ath-Thahawi menyebutkan dari lbnu Mas'ud, dari Nabi, beliau bersabda, "Seorang hamba dari hamba-hamba Allah diperintahkan untuk disiksa di dalam kuburnya dengan seratus deraan. Ia terus menerus memohon kepada Allah dan berdoa kepada-Nya hingga deraan itu hanya sekali saja. Kuburnya dipenuhi dengan api. Ketika ia terbebas dari siksaannya dan sadar, ia bertanya: 'Mengapa kalian menjatuhkan hukuman dera kepadaku?' Para malaikat menjawab: 'Karena engkau shalat tanpa bersuci dulu, engkau mengabaikan orang yang dizalimi, dan engkau tidak menolongnya'."

Al-Baihaqi menyebutkan hadis ar-Rabi bin Anas, dari Abu Aliyah dari Abu Hurairah, dari Rasulullah sehubungan dengan ayat Isra': "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isra': 1)

Ia berkata, "Beliau diberi kuda dan beliau naik di atas punggungnya. Beliau terus berlalu bersama Jibril hingga tiba di segolongan orang yang bercocok tanam dan pada hari itu pula ia memetik buahnya. Selagi buahnya dipetik, buah langsung tumbuh kembali. Beliau bertanya: 'Wahai jibril, siapakah mereka itu?'

Jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi tujuh ratus bagi mereka. Barang apa saja yang kalian nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.'

Kemudian beliau melewati segolongan orang yang memecahkan kepalanya dengan batu. Setelah kepalanya pecah, ia kembali seperti sedia kala. Hal itu terus menerus ia lakukan hingga tidak ada sela waktunya. Beliau bertanya: 'Wahai jibril, siapakah mereka itu?'

Jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk mendirikan shalat.'

Kemudian beliau melewati orang-orang yang salah satu tangannya memegang daging matang yang diambil dari kuali dan tangan satunya lagi memagangi daging busuk. Mereka memakan daging yang busuk dan tidak memakan daging yang matang dari kuali. Beliau bertanya: 'Wahai jibril, siapakah mereka itu?'

Jibril menjawab: 'Orang itu memiliki istri yang halal dan cantik, tetapi ia menemui wanita yang kotor lalu wanita itu bermalam bersamanya hingga pagi hari. Kemudian ia mendatangi kayu-kayu yang menggeletak di jalan. Ia tidak melewati sepotong kayu, melainkan kayu itu menghantamnya. Allah berfirman: 'Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti'.'

Kemudian beliau melewati seorang laki-laki yang mengumpulkan seikat kayu besar dan ia tidak sanggup memikulnya, tetapi ia justru terus menambahnya. Beliau bertanya: 'Wahai jibril, siapakah orang itu?'

Jibril menjawab: 'Ia adalah seseorang dari umatmu yang diberi amanah yang tidak bisa dilaksanakannya, tetapi ia meminta ditambah dengan amanah yang lain.'

Kemudian beliau melewati segolongan orang yang memotong bibirnya dengan gunting besi. Setelah bibirnya terpotong, bibimya itu kembali seperti sediakala dan terus berulang seperti itu. Beliau bertanya: 'Wahai jibril, siapakah mereka itu?'

Jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang gemar menyebarkan fitnah.'Kemudian beliau melewati kerikil yang mengeluarkan sinar yang besar. Lalu sinar itu masuk lagi ke dalam batu, tetapi tidak bisa. Beliau bertanya: 'Apakah itu, wahai jibril.'

Jibril menjawab: 'Seseorang mengeluarkan suatu perkataan lalu ia menyesali.

Ia menarik menarik kembali perkataannya, tetapi tidak bisa'."

Al-Bailiaqi juga menyebutkan dalam had.is Isra' dari riwayatAbu Said al-Khudri, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Lalu aku naik bersama jibril. jibril meminta agar pintu langit dibukakan. Ternyata, di sana ada Adam dalam rupa saat Allah menciptakannya. Ruh keturunannya yang mukmin diperlihatkan kepadanya. Maka Adam berkata: 'Ruh yang baik dan jiwa yang baik pula. Letakkan ia di Illiyyin.' Kemudian ruh-ruh keturunannya yang jahat diperlihatkan kepadanya. Maka Adam berkata: 'Ruh yang buruk dan jiwa yang buruk pula. Letakkan ia di Neraka Sijjin.'

Kemudian aku berlalu sebentar saja, di sana ada sebuah meja makan yang di atasnya ada daging dalam keadaan teriris-iris, tidak ada seorang pun di sana. Di dekat meja itu ada meja lain yang di atasnya ada daging yang bau dan busuk, yang dikelilingi beberapa orang dan mereka memakannya. Aku bertanya: 'Siapakah mereka itu, wahai jibril?'

jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan yang halal dan mengambil yang haram.'

Kemudian aku berlalu sebentar saja, di sana ada orang-orang yang perut mereka sebesar rumah. Setiap kali salah seorang dari mereka bangkit, ia jatuh tersungkur seraya berkata: 'Ya Allah, janganlah Engkau bangkitkan hari Kiamat.' Mereka berada di atas jalan para pengikut Firaun. Lalu datang orang-orang lain lewat jalan itu dan menginjak-injak mereka sehingga mereka menjerit-jerit.

Aku bertanya: 'Siapakah mereka itu, wahai jibril?'

jibril menjawab: 'Mereka adalah oarng-orang pemakan riba, yang tidak dapat berdiri, kecuali seperti berdirinya orang kerasukan setan karena tekanan penyakit gila.'

Kemudian aku berlalu sebentar saja, di sana ada orang yang bibirnya seperti bibir unta. Mulut mereka terbuka lalu menyuapkan bara api ke dalam mulut dan bara api keluar dari dubur mereka. Aku bisa mendengar jeritan suara mereka. Aku bertanya: 'Siapakah mereka itu, wahai jibril?'

jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang mengambil harta anak yatim secara zalim.'

Kemudian aku berlalu sebentar saja, di sana aku melihat segolongan orang yang memotong daging di bagian lambung lalu mengunyahnya. Ada yang berkata: 'Masing­ masing seperti halnya engkau mengambil dari daging saudaranya.'Aku bertanya: 'Siapakah mereka itu, wahai jibril?'

jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang dari umatmu yang suka menyebarkan fitnah'."

Di dalam Sunan Abu Dawud disebutkan dari hadis Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Ketika di-mi'raj-kan, aku melewati sekelompok orang yang memiliki kuku dari tembaga lalu mereka mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Aku bertanya: 'Wahai jibril, siapakah mereka itu?' jibril menjawab: 'Mereka adalah orang­ orang yang memakan daging manusia dan melanggar kehormatan mereka'."

Abu Dawud ath-Thayalisi berkata di dalam Sunan-nya, "Kami diberitahu Syu'bah, dari al-A'masi, dari Mujahid, dari lbnu Abbas bahwa Rasulullah melewati pemakaman lalu beliau bersabda, "Dua orang di dalam pemakaman ini disiksa bukan karena melakukan dosa besar. Salah seorang di antaranya suka memakan daging manusia dan satunya lagi orang yang suka mengadu domba." Kemudian beliau meminta selembar pelepah daun dan membelahnya menjadi dua bagian dan masing-masing diletakkan di atas makam itu seraya bersabda, "Semoga hal ini bisa meringankan siksa kuburnya selama pelepah ini belum kering."

Orang-orang berbeda pendapat tentang hal ini, apakah orang yang ada dalam kubur itu orang mukmin atau kafir. Ada yang berpendapat bahwa mereka berdua adalah orang kafir. Sabda beliau, "Disiksa bukan karena dosa besar." dikaitkan dengan kufur dan syirik. Mereka berkata, "Ini menunjukkan bahwa siksa tidak pemah dihentikan dari keduanya dan itu hanya sekadar meringankan. Hal ini hanya berlaku selama pelepah masih basah. Di samping itu, sekiranya keduanya orang mukmin, tentu beliau akan memintakan syafaat dan berdoa bagi keduanya.

Di sebagian riwayat hadis juga disebutkan bahwa keduanya adalah kafir. Penyiksaan ini merupakan tambahan atas kekufuran dan kesalahan-kesalahannya. Ini merupakan dalil bahwa orang kafir disiksa karena kekufuran dan dosa-dosanya. Ini merupakan pendapat yang dipilih oleh Abul Hakan bin Barkhan.

Ada yang berpendapat bahwa keduanya adalah mukmin karena beliau menafikan siksaan karena selain dua sebab yang disebutkan itu. Hal itu didasarkan pada sabda beliau, "Disiksa bukan karena dosa besar." Kufur dan syirik merupakan dosa besar dan tidak mesti Rasulullah memintakan syafaat bagi setiap orang muslim yang disiksa di dalam kubumya karena suatu kejahatan.

Beliau mengabarkan orang yang memakai mantel dan terbunuh di dalam jihad bahwa mantel itu menjadi api di dalam kuburnya sementara ia adalah seorang muslim dan orang yang ikut jihad. Lafal ini tidak bisa ditetapkan bahwa keduanya adalah orang kafir. Kalaupun pendapat ini benar, itu merupakan pendapat sebagian riwayat. Ini merupakan pendapat yang dipilih oleh Abu Abdullah al-Qurthubi. Jika ruh para malaikat berbeda-beda antara sebagian dengan sebagian yang lain sementara mereka tidak memiliki jasad, begitu pula jin, ruh manusia lebih layak lagi memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain.

0 Comment