KAUM ATEIS DAN Zindik berkata, "Kami pemah membongkar sebuah
makam dan kami tidak menemui para malaikat yang buta maupun yang bisu, yang
memukuli jenazah dengan palu besi. Di dalam makam itu kami juga tidak menemukan
ular, kalajengking, ataupun api yang menyala. Sekiranya kami membuka jenazah
dalam keadaan tertentu, tentu kami mendapatinya tetap seperti keadaan semula
dan tidak berubah. Sekiranya kami dulu melumuri kedua matanya dengan air raksa
dan meletakkan biji sawi di dadanya, tentu kami akan mendapati keadaannya sama
seperti semula. Bagaimana makamnya dibentangkan atau disempitkan, temyata kami
mendapatinya tetap seperti semula. Kami dapati luas liang lahatnya sama seperti
waktu kami gali, tidak menjadi lebih luas dan juga tidak menyempit. Apakah
liang lahat yang sempit itu cukup untuk mayat, malaikat, dan (penjelmaan)
gambaran amal yang akan menakut-nakutinya atau menyenangkannya?"
Adapun teman-teman mereka dari golongan ahli bid'ah dan
orang-orang yang sesat juga berkata, "Setiap hadis yang tidak bisa
diterima akal dan perasaan, menunjukkan kesalahan orang yang mengatakannya.
Kami melihat orang yang disalib di atas kayu hingga sekian lama tidak pemah
ditanya, tidak menjawab, tidak bergerak, dan tidak ada bekas di jasadnya bahwa
ia dibakar api. Orang yang dimakan binatang buas, dijadikan santapan burung,
ditelan ikan paus, yang bagian tubuhnya tercecer di perut binatang buas, di
tembolok burung, di perut ikan paus, bagaimana mungkin bisa ditanya jika
anggota tubuhnya tercecer seperti itu?
Bagaimana mungkin bisa digambarkan dua malaikat akan memberikan
pertanyaan kepada jenazah dalam keadaan seperti itu? Bagaimana mungkin kondisi
liang lahat yang gelap seperti itu bisa menjadi taman surga atau lubang api
neraka? Bagaimana mungkin liang lahat itu menghimpitnya hingga tulang rusuknya
tercecer?"Kami akan menyampaikan beberapa hal yang dapat menjawab atas
berbagai pertanyaan tersebut.
Ø
Masalah
Pertama:
Perlu diketahui bahwa para rasul tidak pernah mengabarkan sesuatu
yang dianggap mustahil menurut akal. Hal ini tidak mungkin terjadi. Apa yang
mereka kabarkan ada dua macam: pertama, perkara diketahui oleh akal dan fitrah;
kedua, perkara yang tidak dapat diketahui oleh akal semata, seperti perkara
gaib yang mereka kabarkan, meliputi penjelasan rind tentang alam barzakh, hari
akhirat, pahala dan siksa.
Pada prinsipnya, apa yang dikabarkan para rasul mustahil
bertentangan dengan akal. Setiap pengabaran yang dianggap mustahil oleh akal,
tidak lepas dari dua keadaan: mungkin kabar yang dibawa rasul itu mereka anggap
sebagai pengabaran dusta atau akal itu sendiri yang tidak benar. Ini merupakan
bentuk khayalan yang dianggap pelakunya sebagai sesuatu yang sangat rasional.
Allah SWT berfirman,
"Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat
bahwa (wahyu) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu itulah yang benar
dan memberi petunjuk (bagi manusia) ke jalan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha
Terpuji." (QS. Saba': 6)
Allah SWT
berfirman,
"Maka apakah orang yang
mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran sama
dengan orang yang buta?" (QS. Ar-Ra'd: 19)
Allah SWT
berfirman,
"Dan orang yang telah Kami berikan kitab
kepada mereka bergembira dengan apa (kitab) yang diturunkan kepadamu (Muhammad)
dan ada di antara golongan (Yahudi dan Nasrani), yang mengingkari
sebagiannya." (QS. Ar-Ra'd: 36)
Allah SWT
berfirman,
"Wahai manusia! Sungguh telah datang
kepadamu pelajaran (al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada
dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orangyang beriman. Katakanlah
(Muhammad): 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka
bergembira'." (QS. Yu.nus: 57-58)
Sesuatu yang
mustahil tidak akan menyembuhkan, tidak akan menjadi petunjuk dan rahmat, dan
tidak bisa menghadirkan kegembiraan. Hal ini hanya terjadi pada orang yang di
dalam hatinya tidak ada kebaikan, tidak mantap dalam berpijak kepada Islam,
bingung dan ragu-ragu.
Ø
Masalah
Kedua:
Hendaknya
memahami sesuai apa yang sampaikan Rasulullah • tanpa melebihkan maupun
menguranginya, tidak memaknai secara berlebihan apa yang tidak terkandung pada
sabda beliau dan tidak pula mengurangi maksud dan tujuan yang terkandung di
dalamnya berupa petunjuk dan keterangan.
Mengabaikan
semua ini, menyimpang darinya, menjauhi kebenaran, pemahaman yang buruk
terhadap firmanAllah dan sabda Rasul-Nya merupakan dasar perilaku bid'ah dan
kesesatan yang menghiasi lingkungan Islam.
Bahkan, itu
merupakan sumber segala kesalahan dalam memahami masalah ushul (pokok/dasar)
dan furu' (cabang). Apalagi jika disertai lagi pemahaman yang buruk tentang
tujuan. Sehingga pemahaman yang buruk pada diri orang yang diikuti sama dengan
tujuan yang buruk pada diri orang yang mengikuti. Sungguh ini merupakan bencana
yang amat besar bagi agama dan para pengikutnya dan hanya Allahlah yang layak
dimintai pertolongan.
Hal yang
menjerumuskan golongan Qadariyah, Murji'ah, Khawarij, Mu'tazilah, Jahmiyah,
Rafidhah, dan golongan-golongan ahli bid'ah lainnya adalah pemahaman buruk
tentang apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya sehingga agama jatuh
ke tangan
orang-orang yang menciptakan pemahaman itu. Sementara itu, apa yang dipahami
para sahabat dan tabi'in justru dijauhi, tidak dianggap, dan tidak dipedulikan.
Masalah ini
terlalu panjang jika harus dibahas di sini, yang tidak cukup diuraikan dalam
seribu dua ribu halaman. Orang yang memahami apa yang datang dari Allah dan
Rasul-Nya, tidak akan mengambil maksudnya dari satu tempat.
Ø
Masalah
Ketiga:
Allah Iti membagi tempat tinggal menjadi tiga macam: tempat tinggal di dunia, alam
barzakh, dan tempat tinggal yang kekal. Allah It menetapkan hukum bagi setiap
tempat tinggal, yang khusus baginya. Allah menyusun manusia yang terdiri atas
jasad dan jiwa. Allah menjadikan hukum-hukum dunia berlaku untuk jasad dan ruh
yang menyertainya. Karena itu, Allah menjadikan hukum-hukum syariat diatur
berdasarkan pada yang tampak dari lisan dan anggota tubuh meskipun jiwa
memiliki kandungan kebalikannya. Adapun hukum-hukum alam barzakh didasarkan
pada ruh dan jasad yang menyertainya. Hal ini sebagaimana ruh yang harus
mengikuti jasad di dalam hukum-hukum dunia sehingga ruh itu menderita karena
penderitaan jasad, senang karena kesenangan jasad, yang mengikuti sebab-sebab
kenikmatan dan siksaan maka jasad harus mengikuti ruh dalam kenikmatan dan
siksaannya.
Pada saat
itulah ruh yang ikut merasakan kenikmatan dan siksaan. Jasad di dunia merupakan
sesuatu yang tampak dan ruh merupakan sesuatu yang tersembunyi. Jasad seperti
makam bagi ruh sementara ruh di alam barzakh merupakan sesuatu yang tampak dan
jasad merupakan sesuatu yang tersembunyi.
Hukum-hukum
alam barzakh berlaku berdasarkan ruh, sedangkan kenikmatan atau siksaannya
menjalar ke jasad sebagaimana hukum-hukum dunia yang berlaku berdasarkan jasad
dan kenikmatan serta siksaannya menjalar ke ruh. Kenalilah masalah ini
baik-baik, niscaya akan menghilangkan hal-hal yang dianggap rumit pada dirimu.
Allah SWT
telah memperlihatkan satu contoh di dunia kepada kita dengan rahmat, kasih
sayang, dan petunjuk-Nya, yaitu keadaan orang yang tidur. Apa yang membuatnya
merasakan kenikmatan atau siksaan selagi ia tidur hanya ruhnya sementara jasad
hanya mengikutinya. Apa yang dirasakan dalam tidur ini ada yang menimbulkan pengaruh
amat besar terhadap jasad dan terlihat nyata. Seseorang yang bermimpi dipukuli,
ketika terbangun ia mendapati bekas pukulan di jasadnya seperti mimpi yang
dialami. Adakalanya seseorang mimpi makan dan minum. Ketika bangun ia mendapati
sisa makanan ada di mulutnya, ia tidak lagi lapar dan haus.
Yang lebih
menakjubkan lagi, boleh jadi kita melihat orang yang tidur tiba tiba bangun
lalu memukul, memegang, mendorong, seakan-akan ia orang yang terjaga, padahal
ia sedang tidur dan tidak merasakan apa yang diperbuatnya. (Jawa: ngelindur,
pen.). Pasalnya, hukum yang berlaku pada ruh meminta pertolongan pada jasad
dari luar hukumnya. Sekiranya hukum ruh masuk ke jasad maka ia akan bangun dan
merasakan apa yang terjadi. Jika ruh dapat merasakan kenikmatan atau siksaan
dan yang demikian ini sampai ke jasad karena jasad mengikutinya, begitu pula
yang berlaku di alam barzakh, bahkan lebih besar lagi.
Kemandirian
ruh di sana lebih kuat dan lebih sempurna dan tetap berkait dengan jasad, yang
tidak terputus dengannya secara total. Ketika hari berbangkit dan saat semua
manusia bangun dari kuburnya, hukum yang berlaku adalah kenikmatan atau siksaan
terhadap ruh dan jasad secara zahir.
Siapa yang
memberikan hak sebagaimana mestinya kepada masalah ini, tentu dapat memahami
apa yang disampaikan Rasulullah tentang siksa kubur dan kenikmatannya,
kesempitan, dan keluasannya, keberadaannya di lubang api neraka ataukah di
taman surga, yang semua ini sejalan dengan akal dan nalar bahwa yang demikian
itu benar dan tidak bisa diragukan.
Siapa yang
menganggap hal itu mustahil dan muskil, hal itu semata-mata dikarenakan
pemahamannya yang buruk dan ilmunya yang minim sebagaimana yang dikatakan dalam
syair:
"Berapa banyak perkataan yang benar
diolok-olok karena bermula dari pemahaman yang buruk."
Lebih
menakjubkannya lagi, ada beberapa orang yang tidur di satu dipan. Satu orang
ruhnya merasakan kenikmatan dalam tidumya hingga tampak di jasadnya. Adapun
yang lain merasakan siksaan di dalam tidumya dan tampak di jasadnya. Padahal,
yang satu tidak memberitahukan temannya yang lain. Sungguh kehidupan di alam
barzakh lebih menakjubkan lagi.
Ø
Masalah
Keempat:
Allah e
menjadikan urusan akhirat dan apa pun yang berkaitan dengannya merupakan hal
gaib, yang dibuat tidak dapat diketahui manusia yang ada di dunia ini. Hal ini
merupakan kesempurnaan hikmah Allah dan untuk membedakan antara orang yang
beriman pada hal-hal gaib dan orang yang tidak beriman terhadapnya.
Kejadian
pertama, para malaikat turun mendatangi orang yang akan meninggal dan duduk di
dekatnya. Orang yang akan meninggal itu dapat melihat mereka dengan mata
kepala. Mereka juga berbicara di dekatnya sambil membawa kafan dan keranda,
entah dari surga entah dari neraka. Mereka juga mengaminkan doa orang-orang
yang hadir di ternpat itu. Adakalanya para malaikat itu mengucapkan salam
kepada orang yang akan meninggal dan terkadang ia menjawab salam mereka dengan
ucapan, terkadang dengan isyarat, dan terkadang hanya dengan hatinya karena ia
tidak bisa bicara maupun memberi isyarat. Bahkan, sebagian orang yang akan
meninggal bisa mengucapkan, "Ahlan wa sahlan wa marhaban."
Aku
diberitahu syekh kami, dari sebagian orang yang akan meninggal dunia. Namun,
aku tidak tahu apakah syekh kami itu menyaksikan kejadiannya secara langsung
ataukah ia hanya diberitahu kejadiannya. Ia mengabarkan bahwa terdengar
samar-samar dari mulut orang yang akan meninggal, ia mengucapkan, ''Alaikas
salam, silakan duduk di sini dan yang lain duduk di sini."
Kisah Khair
an-Nassaj cukup terkenal ketika ia berkata saat menjelang ajal, "Sabarlah,
semoga Allah memberikan afiat kepadamu karena apa yang diperintahkan kepadamu
tidak akan lolos dan apa yang diperintahkan kepadaku juga tidak akan
lolos." Kemudian ia meminta air untuk wudhu dan ia pun shalat. Kemudian ia
berkata, "Sekarang laksanakan apa yang diperintahkan kepadamu."
Setelah itu ia meninggal dunia.
lbnu Abud
Dunya menyebutkan bahwa pada hari meninggalnya, Umar bin Abdul Aziz berkata,
"Dudukkan aku." Maka mereka pun mendudukkannya. Lalu ia berkata,
"Akulah yang Engkau perintah lalu aku mengabaikan dan akulah yang Engkau
larang, tetapi aku durhaka tiga kali. Sungguh tidak ada Tuhan yang hak disembah
selain Allah."
Kemudian
Umar menengadahkan kepala ke atas, dan ia memusatkan pandangannya. Orang-orang
berkata, "Mengapa engkau memandang dengan pandangan seperti itu, wahai
Amirul Mukminin?"
Ia menjawab,
"Aku melihat sekumpulan orang, tetapi mereka bukan manusia dan bukan pula
jin." Setelah itu ia meninggal dunia.
Maslamah bin
Abdul Malik berkata, "Ketika Umar bin Abdul Aziz hendak meninggal dunia,
ia berada di sebuah tenda. Ia memberi isyarat kepada kami, yang maksudnya agar
kami membawanya keluar. Kami pun membawanya keluar lalu kami mendudukkannya di
dekat tenda. Ia berada di sana didampingi seorang pembantu. Kami mendengar ia
membaca ayat: 'Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan
diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi
orang-orang yang bertakwa.' (QS. Al-Qashash: 83)
Ia berkata:
'Kalian bukan manusia dan bukan pula jin.' Pembantu itu menyingkir dan Umar
memberi isyarat agar kami mendekat. Maka kami pun mendekat, yang temyata ia
sudah meninggal dunia."
Fadhalah bin
Dinar berkata, "Aku menemui Muhammad bin Wasi' yang sedang mendekati ajal.
Saat itu ia berkata: 'Selamat datang para malaikat Rabb-ku. Tiada kekuatan dan
daya, melainkan dari Allah.' Saat itu aku mencium bau yang harum dan aku tidak
pemah mencium bau yang seharum itu sebelumnya. Ketika seseorang melihat
matanya, temyata ia sudah meninggal dunia."
Atsar
tentang masalah ini cukup banyak. Yang lebih nyata dan lebih pas tentang semua
ini adalah firman Allah SWT
"Maka kalau begitu mengapa (tidak
mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan dan kamu ketika itu
melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak
melihat maka mengapa jika kamu memang tidak dikuasai (oleh Allah)." (QS.
Al-Waqi'ah: 83-86)
Artinya,
yang lebih dekat dengannya adalah para malaikat dan utusan Kami, tetapi kalian
tidak melihatnya. Ini merupakan awal kejadian dan kita tidak dapat dilihat atau
menyaksikannya. Padahal, orang yang meninggal ketika dicabut ruhnya masih
berada di dunia.
Kemudian
malaikat pencabut nyawa mengulurkan tangannya pada ruh, mencabut, dan berbicara
kepadanya. Sementara itu, orang-orang yang ada di sekitamya tidak melihat dan
tidak mendengamya. Ruh itu pun keluar, ada sinar seperti sinar matahari yang
menyinarinya dan bau harum seperti minyak kesturi. Sementara itu, orang orang
yang hadir di dekatnya tidak melihat dan tidak menciumnya.
Kemudian ada
dua baris malaikat yang membawa ruh itu naik ke atas dan tidak ada seorang pun
dari manusia yang melihat hal itu. Lalu ruh datang lagi, menyaksikan jasad yang
dimandikan, dikafani dan diusung seraya berkata, "Bawa aku, bawa
aku," atau ia berkata, "Ke mana kalian membawaku pergi?" Tidak
seorang pun yang mendengar perkataannya. Saat jasadnya diletakkan di Hang lahat
lalu diurug dan tanah di atasnya diratakan, para malaikat tidak terhalang untuk
menemaninya. Bahkan, sekalipun jasadnya diletakkan di lubang batu dan ditutup
dengan penutup yang rapat dan kuat, para malaikat tetap bisa menemuinya.
Jasad yang
beku ini tidak menghalangi keberadaan ruhnya. Jin pun tidak bisa
menghalanginya. Bahkan, Allah telah menjadikan tanah dan bebatuan itu milik
para malaikat sebagaimana udara yang menjadi milik burung. Keluasan kubur
menjadi milik ruh dan jasad hanya mengikutinya.
Jasad berada
di Hang yang hanya menyisakan satu hasta, tetapi itu lapang bagi ruh,
tergantung dari keadaan ruhnya. Bisa jadi Hang menjadi sempit hingga sebagian
anggota tubuh jenazah berceceran dan hal ini sulit dicema akal dan fitrah.
Kalau pun seseorang menggaH kuburnya, ia akan mendapatkan tulang-tulang
rusuknya tetap utuh seperti sedia kala dan tidak tercecer.
Akan tetapi,
boleh jadi keadaannya memang kembaH seperti semula setelah ia tercecer. Apa
yang dikatakan orang-orang zindiq dan ateis hanyalah sekadar pendustaan
terhadap Rasulullah.
Sebagian
orang yang dapat dipercaya mengabarkan bahwa ia pernah menggali tiga lubang
kubur. Setelah selesai dari pekerjaannya, ia merebahkan tubuhnya untuk
istirahat dan akhimya tertidur. Ia mimpi melihat dua malaikat yang turun lalu
berdiri pada salah satu makam yang digaHnya. Yang satu berkata kepada lainnya,
"TuHslah jarak satu farsak h22 kaH satu farsakh." Kemudian ia beraHh
ke makam kedua dan berkata, "TuHslah jarak satu mil kaH satu mil."
Kemudian ia beralih ke makam ketiga dan berkata, "TuHslah jarak antara ibu
jari dan telunjuk kaH jarak yang sama."
Orang itu
terbangun dan tidak seberapa lama datang jenazah seorang laki-laki asing yang
hampir tidak diperhatikan orang, yang dimakamkan di Hang pertama. Kemudian
datang jenazah laki-laki lain yang dimakamkan di Hang kedua. Kemudian datang
jenazah seorang wanita terpandang di negerinya dan banyak orang yang mengiring
jenazahnya, yang dimakamkan di Hang ketiga, yang dalam mimpi penggali kubur itu
merupakan Hang yang paling sempit.
Ø
Masalah
Kelima:
Api yang ada
di alam barzakh dan tanaman hijau tidak sama dengan api dan tanaman di dunia,
yang dapat disaksikan dengan mata kepala. Itu termasuk api dan tanaman akhirat,
yang apinya lebih panas dari api di dunia, yang tidak bisa dirasakan penghuni
dunia. Allah menjadikan tanah dan bebatuan di sekitar jenazah hingga ia lebih
panas dari hara di dunia. Sekiranya penduduk dunia menyentuh tanah makam itu,
tentu mereka tidak akan merasakan apa-apa. Bahkan, yang lebih menakjubkan dari
hal ini adalah ada dua orang yang dimakamkan di satu Hang secara berdampingan,
tetapi yang satu ada di salah satu taman surga dan yang lain ada di salah satu
lubang neraka. Masing-masing tidak merasakan apa yang dirasakan orang yang
lain.
Kekuasaan
Allah lebih luas dan lebih menakjubkan dari semua itu. Allah telah
memperlihatkan kepada kita sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya di dunia ini
yang lebih menakjubkan dari semua itu. Namun, jiwa manusia cenderung kerap mendustakan,
apalagi tentang sesuatu yang ilmunya tidak mampu menggapainya, kecuali orang
yang mendapat taufik Allah dan perlindungan-Nya.
Ada dua
papan dari api menyala-nyala yang dihamparkan bagi orang kafir di dalam
kubumya. Papan itu menyala-nyala seperti tungku yang apinya berkobar. Jika
Allah menghendaki, Dia membuat hamba-Nya yang lain dapat melihatnya dan yang
lain tidak bisa melihatnya. Pasalnya, jika semua orang dapat melihatnya, iman
terhadap hal-hal yang ghaib tidak banyak berarti dan manusia tidak mau saling
memakamkan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam Ash-Shahihain, dari
Nabi1/lt,
beliau bersabda, "Sekiranya kalian tidak dimakamkan, tentu aku akan berdoa
kepada Allah agar Dia memperdengarkan kepada kalian siksa kubur seperti yang
kudengar." Namun, karena
hikmah ini tidak
berlaku bagi hewan, ia bisa mendengar siksa kubur, seperti bighal
Rasulullah yang berontak dan hampir menjatuhkan beliau, ketika beliau
hendak melewati sebuah makam yang
penghuni di dalamnya
sedang
disiksa.
Kami
diberitahu sahabat kami, Abu Abdullah Muhammad bin ar-Ruzair Al Hurrany bahwa
ia pemah keluar dari rumahnya setelah ashar menuju sebuah kebun. Ia menuturkan,
"Sebelum matahari tenggelam, aku masuk ke sebuah area pemakaman. Salah
satu makam yang ada di sana kulihat berupa hara api yang membentuk cangkir kaca
dan jenazahnya berada di dalam cangkir itu. Aku mengusap-usap mataku sambil
bertanya-tanya: 'Apakah aku sedang tidur ataukah terjaga?' Lalu aku menengok ke
tembok pagar Madinah sambil kukatakan: 'Demi Allah, aku tidak tidur.'
Aku pulang
ke rumah seperti orang yang bingung. Keluargaku memberiku makan, tetapi aku
tidak bisa makan. Kemudian aku masuk kampung dan bertanya kepada orang-orang,
siapa orang yang ada di dalam makam yang kumaksudkan. Ternyata, orang itu
adalah seorang petugas cukai ilegal yang meninggal pada hari itu."
Melihat api
itu tak berbeda dengan mimpi melihat malaikat dan jin, yang terkadang memang
terjadi pada orang yang dikehendaki Allah untuk melihatnya.
lbnu Abid
Dunya menyebutkan di dalam kitab Al-Qubur dari asy-Sya'bi bahwa ada seorang
laki-laki berkata kepada Rasulullah, "Aku lewat di Badar, tiba-tiba
kulihat seseorang muncul dari dalam tanah yang dipukuli orang lain dengan
cambuk besi hingga orang itu lenyap dari permukaan tanah. Lalu ia muncul dan
dipukuli lagi oleh orang itu hingga lenyap dari permukaan tanah." Beliau
bersabda, "Itu adalah Abu Jahal bin Hisyam yang disiksa seperti itu hingga
hari Kiamat."
Disebutkan
dari hadis Hammad bin Salamah, dari Amr bin Dinar, dari Salim bin Abdullah,
dari ayahnya, ia berkata, "Ketika aku tertawan di antara Mekah dan
Madinah, yang saat itu aku berada di atas punggung unta sambil membawa kantung
air kecil, tiba-tiba aku melewati sebuah area pemakaman. Ada seorang laki-laki
yang muncul dari dalam makamnya yang mengobarkan api dan di lehemya ada rantai
besi yang menyeretnya. Orang itu berkata: 'Wahai Abdullah, percikkanlah air
kepadaku, wahai Abdullah percikkanlah air kepadaku.'
Demi Allah,
aku tidak tahu apakah ia memang mengenal namaku ataukah ia menyeru namaku
seperti biasanya manusia menyeru seperti itu. Kemudian muncul orang lain yang
berkata kepadaku: 'Wahai Abdullah, jangan engkaupercikkan air, wahai Abdullah,
jangan engkaupercikkan air.' Lalu ia menarik rantai besi itu dan memasukkan kembali
ke dalam makamnya."
lbnu Abid
Dunya berkata, "Aku diberitahu ayahku, dari Hisyam bin Urwah, dari
ayahnya, ia berkata: 'Ketika seseorang dalam perjalanan antara Mekah dan
Madinah, ia melewati sebuah area pemakaman. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang
keluar dari makamnya yang mengobarkan api dalam keadaan terikat belenggu besi.
Ia berkata: 'Wahai hamba Allah, percikkanlah air. Wahai hamba Allah,
percikkanlah air.' Lalu ada orang lain yang muncul dan mengadangnya seraya
berkata lagi: 'Wahai hamba Allah, jangan percikkan air. Wahai hamba Allah,
jangan percikkan air.' Orang itu langsung pingsan di atas punggung untanya lalu
untanya membawanya pergi hingga matahari tenggelam dan seketika itu pula
rambutnya berubah menjadi putih semua. Kejadian ini diceritakan kepada Utsman
bin Affan lalu ia melarang seseorang mengadakan perjalanan sendirian."
lbnu Abid
Dunya juga menyebutkan dari hadis Sufyan, "Kami diberitahu Dawud bin
Syabur, dari Abu Qaza'ah, ia berkata: 'Kami melewati sebuah mata air yang
terletak di antara tempat kami dan Basrah. Tiba-tiba kami mendengar suara
ringkikan keledai. Kami bertanya kepada beberapa orang yang ada di tempat itu:
'Suara apa itu?' Mereka menjawab: 'Itu suara seseorang yang ibunya dulu pemah
berkata sesuatu kepadanya lalu ia berkata kepada ibunya: 'Meringkiklah terus
dengan ringkikanmu.' Ketika orang itu sudah meninggal, setiap malam terdengar
suara ringkikan itu dari dalam makamnya'."
lbnu Abid
Dunya juga menyebutkan dari hadis Amr bin Dinar, ia berkata, "Ada seorang
laki-laki di Madinah yang mempunyai saudara perempuan dan menetap di pinggiran
Madinah. Suatu hari saudarinya itu jatuh sakit. Maka ia terus menjenguknya.
Namun, akhimya saudarinya meninggal dunia. Setelah menguburkan jenazahnya dan
pulang ke rumah, ia teringat bahwa ada sesuatu miliknya yang jatuh di dalam
makam saudarinya dan lupa untuk memungutnya. Atas bantuan seorang teman, ia
menggali lagi makam saudarinya hingga kami dapat kembali barang yang jatuh itu.
Ia berkata
kepada rekannya: 'Coba kau menyingkir dari sini sebentar karena aku ingin
melihat bagaimana keadaan saudariku.' Lalu ia menyibak sebagian Hang lahat yang
temyata di sana ada apinya. Ia cepat-cepat mengembalikannya dan meratakan
kembali makam saudarinya.
Ia pun
menemui ibunya dan bertanya: 'Bagaimana keadaan saudariku sewaktu masih hidup?'
lbunya balik
bertanya: 'Untuk apa engkau tanyakan itu sementara ia sudah meninggal?'
Orang itu
berkata: 'Pokoknya beritahukan saja.'
lbunya
berkata: 'Dulu ia suka mengakhirkan shalat dan kupikir ia pernah shalat tanpa
wudhu serta suka menguping pembicaraan tetangga lalu menyebarkan perkataan
tetangga itu.'
lbnu Abu
Dunya juga menyebutkan dari Hushain al-Asadi, ia berkata, "Aku pernah
mendengar Martsad bin Hausyab, ia berkata: 'Aku pemah duduk di dekat Yusuf bin
Umar, yang di sampingnya ada seorang laki-laki yang sebelah mukanya seakan-akan
berupa lempengan besi. Yusuf berkata kepada orang di sisinya itu: 'Ceritakan
kepada Martsad apa yang pemah engkau alami dengan wajahmu itu.' Maka orang itu
berkata: 'Dulu aku seorang pemuda yang banyak melakukan berbagai perbuatan
keji. Ketika di tempatnya berjangkit wabah penyakit pes, aku berkata kepada
diri sendiri: 'Masuklah kamu ke sebuah lubang.' Kemudian aku berpikir untuk
membuat lubang makam. Antara waktu maghrib dan isya aku sudah selesai membuat
lubang. Ketika aku sedang bersandar digundukan tanah galian lubang makam yang
lain, datang jenazah dan dimakamkan di situ. Kemudian makamnya diratakan lagi
dengan permukaan tanah. Tiba-tiba ada dua orang berwarna putih yang terbang sebesar
unta lalu turun. Salah satunya berada di dekat kaki jenazah itu dan satunya
lagi berada di dekat kepalanya. Keduanya membangkitkan jenazah itu. Salah
seorang ada di dalam makam, satunya lagi berada di tepi makam. Aku pun melihat
dari sisi makam yang lain. Kudengar salah seorang di antara keduanya bertanya
kepada jenazah: 'Bukankah engkau orang yang suka mengunjungi keluarga besanmu
sambil mengenakan dua lembar pakaian untuk pamer dan menyombongkan diri?' Ia
menjawab: 'Aku memang sangat lemah dalam hal itu.'
Maka ia
dipukul hingga makamnya penuh dengan air dan minyak. Hal ini berulang hingga
tiga kali. Salah seorang di antara dua orang yang datang itu memandangku lalu
berkata: 'Lihatlah di mana ia duduk dan bagaimana Allah membuatnya terdiam
putus asa.' Ia pun memukul sebelah mukaku hingga aku terjatuh. Semalaman aku
berada di tempat itu hingga pagi hari. Setelah hari agak terang, aku melihat
jenazah di dalam makam itu ternyata tetap utuh seperti sedia kala'.'
Air dan
minyak ini serupa dengan api yang membakar jenazah sebagaimana yang
diberitahukan Nabi tentang Dajjal bahwa ia datang sambil membawa api dan air.
Api bisa berubah menjadi air yang sangat dingin dan air bisa berubah menjadi
api yang berkobar-kobar."
lbnu Abid
Dunya menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Abu Ishaq
Al-Fazari tentang penggali makam, apakah ada tobat baginya? Maka ia menjawab,
"Ya, selagi niatnya baik dan Allah tahu mana yang benar dari
dirinya."
Orang itu
berkata, "Aku adalah seorang penggali makam. Aku pemah melihat beberapa
jenazah yang wajahnya tidak menghadap ke arah kiblat. Bagaimana hal ini bisa
terjadi?"
Karena
al-Fazari tidak bisa menjawabnya, ia menulis surat kepada al-Auza'i menanyakan
hal tersebut. Al-Auza'i pun membalas surat, yang isinya: "Ada tobat
baginya selagi niatnya baik dan Allah tahu mana yang benar dari dirinya.
Tentang orang-orang yang mayatnya tidak menghadap ke arah kiblat, sungguh
mereka adalah orang-orang yang meninggal tidak pada as-Sunnah."
lbnu Abid
Dunya berkata, "Aku diberitahu Abdul Mukmin bin Abdullah bin Isa al-Qaisi,
ia bercerita bahwa ada seorang tukang gali makam yang ditanya: 'Apa keanehan
yang pernah engkau lihat?'
Ia menjawab:
'Aku pernah menggali makam seseorang yang ternyata ada bekas tusukan paku di
sekujur tubuhnya dan ada satu paku besar yang menancap di kepalanya dan satu
lagi di bagian kakinya.'
Ketika
pertanyaan serupa ditanyakan kepada penggali makam lainnya, ia menjawab: 'Aku
pernah melihat jenazah yang berada di dalam sebuah takaran yang penuh dengan
timah.'
Seorang
penggali makam yang lain pernah ditanya: 'Apa yang membuatmu tobat?' Ia
menjawab: 'Hampir semua jenazah yang makamnya kugali lagi, posisi wajahnya
sudah berubah dan tidak lagi menghadap ke arah kiblat'."
Kami
katakan, "Kami pernah diberitahu seorang sahabat yang bernama Abu Abdullah
Muhammad bin Masab as-Sulami dan ia termasuk orang baik yang selalu menjaga
kejujuran. Ia berkata: 'Ada seorang laki-laki pergi ke pasar pandai besi di
Baghdad untuk menjual beberapa paku kecil yang memiliki dua kepala. Pandai besi
mengambil paku-paku itu dan meletakkannya di tungku api. Namun, paku itu sama
sekali bergeming dan tidak bisa dipukul. Ketika penjual paku melihatnya,
teryata memang paku itu tidak berubah sama sekali. Pandai besi bertanya: 'Dari
mana engkau mendapatkan paku-paku ini?'
Penjualnya
menjawab: 'Aku menemukannya.'
Setelah
diulang-ulang, tetap bergeming maka penjualnya itu mengaku bahwa ia melihat
sebuah makam terbuka yang di dalamnya ada tulang belulang yang tertusuk
paku-paku itu.
Orang itu
berkata: 'Lalu aku memungutnya untuk mengeluarkan paku-paku itu, tetapi aku
tidak bisa mengambilnya. Lalu kuambil batu untuk memecahkan tulang itu hingga
aku bisa mengambil paku-paku itu dan mengumpulkannya'." lbnu Abid Dunya
berkata bahwa ia diberitahu ayahnya, dari Abul-Huraisi, dari ibunya, ia
berkata, "Ketika Abu Ja'far ikut menggali parit di Kufah, orang-orang
menemukan jenazah seseorang. Ternyata jenazah seorang pemuda yang sedangmenggigit
tangannya."
lbnu Abid
Dunya menyebutkan dari Sammak bin Harb, ia berkata, "Abu Darda' pernah
lewat di area pemakaman lalu ia berkata: 'Alangkah tenang yang tampak di
permukaanmu, tetapi di dalam liangmu banyak yang bergolak'."
Al-Hasan
pemah melewati area pemakaman, ia berkata, "Di sana ada pasukan yang tidak
pemah membuat mereka tenang dan berapa banyak di antara mereka yang mendapat
kesusahan."
Ibnu Abid
Dunya menyebutkan bahwa Umar bin Abdul Aziz pemah berkata kepada Maslamah bin
Abdul-Malik, "Hai Maslamah, siapakah yang dulu memakamkan ayahmu?"
Maslamah
menjawab, "Pembantuku, fulan."
"Siapakah
yang memakamkan al-Walid?" tanya Umar bin Abdul Aziz. "Pembantuku,
fulan," jawab Maslamah.
Umar
berkata, ''Akan kuberitahukan kepadamu apa yang pemah diberitahukan pembantumu
itu kepadaku bahwa ketika ia menguburkan ayahmu dan al-Walid dan meletakkan
keduanya di dalam liang lahat, saat akan melepaskan tali kafannya, ia
mendapatkan muka keduanya telah berubah dari posisi semula. Jika kelak aku
mati, lihatlah wahai Maslamah dan usaplah mukaku lalu lihatlah apakah aku
mengalami seperti yang mereka alami itu ataukah aku mendapat afiat dari hal
itu."
Maslamah
berkata, "Ketika Umar bin Abdul Aziz meninggal, aku letakkan jenazahnya di
dalam makam, kuusap mukanya dan temyata ia tetap seperti keadaan semula."
Ibnu Abid Dunya
menyebutkan dari sebagian orang salaf, ia berkata, "Seorang putriku
meninggal dunia. Maka kuletakkan jenazahnya di dalam makam lalu aku beranjak
untuk membetulkan posisi beberapa batanya. Ketika aku melihatnya kembali,
mukanya beralih dari arah kiblat. Hal ini membuatku sangat sedih, sampai
sampai terbawa dalam mimpi. Dalam mimpi itu ia berkata: 'Wahai ayah, engkau
bersedih karena apa yang engkau lihat. Padahal, hampir semua orang yang ada di
sekitarku mengalami hal yang sama, mukanya beralih dari arah kiblat.' Seakan
akan yang ia maksudkan adalah orang-orang yang meninggal dunia dan tetap
mengerjakan dosa-dosa besar."
Amr bin
Maimun berkata bahwa ia pemah mendengar Umar bin Abdul Aziz berkata, "Aku
termasuk orang yang meletakkan jenazah al-Walid bin Abdul Malik ke dalam liang
lahat. Aku melihat kedua lututnya yang menekuk hingga menyatu dengan lehemya.
Seorang anaknya berkata: 'Apakah ayahku masih hidup?' Aku menjawab: 'Ia sudah
meninggal'." Maimun berkata, "Setelah itu, Umar merasa mendapatkan
peringatan dari kejadian tersebut."
Umar bin
Abdul Aziz berkata kepada Yazid bin Mahlab ketika ia mengangkatnya sebagai amir
di Irak, "Bertakwalah kepada Allah wahai Yazid, karena aku pemah
meletakkan jenazah al-Walid ke liang lahat yang posisinya berubah sendiri di
dalam kafannya."
Yazid bin
Harun berkata, "Hisyam bin Hassan mengabarkan dari Washil, pembantu Abu
Uyainah, dari Umar bin Zahdan, dari Abdul Hamid bin Mahmud, ia berkata: 'Aku
pemah duduk di dekat Ibnu Abbas lalu ada sekumpulan orang yang datang menemuinya.
Mereka berkata: 'Kami pergi untuk menunaikan haji.
Ada seorang
dari kami yang juga ikut karena kebetulan sedang mengunjungi kami. Ketika tiba
di ash-Shaffah, ia meninggal dunia. Maka kami mengurus jenazahnya lalu kami
pergi untuk menggaH makam. Ketika Hang lahat sudah selesai tergaH, tiba-tiba
Hangnya dipenuhi ular berwarna hitam. Maka kami membuat lubang lain. Namun,
setelah selesai, Hangnya dipenuhi ular lagi. Begitu pula untuk ketiga kaHnya.'
lbnu Abbas
berkata: 'Itu menggambarkan dendam yang merasuki dirinya. Pergilah dan
makamkanlah ia di salah satu lubang itu. Demi yang diriku ada di genggaman-Nya,
sekiranya kaHan menggaH lubang lain di mana pun, tentu kaHan akan mendapatkan
ular itu memenuhi lubangnya.'
Mereka
berkata: 'Maka kami pergi dan memakamkannya di salah satu lubang yang sudah
digali lalu kami menemui keluarganya sambil menyerahkan barang-barang miliknya.
Kami bertanya kepada istrinya: 'Apa yang biasa dilakukan suamimu?'
Ia menjawab:
'Ia biasa menjual makanan dan mengambil sebagian makanan itu untuk diberikan
kepada keluarganya kemudian ia memotong lebihannya dan menempelkan ke makanan
itu'."
lbnu Abid
Dunya berkata, "Muhammad bin al-Husain memberitahuku, Abu Ishaq
memberitahuku, ia berkata: 'Aku diundang untuk memandikan jenazah. Ketika aku
menyingkap kain dari mukanya, ternyata ada seekor ular yang meHngkari
tenggorokannya. Aku keluar dan tidak jadi memandikannya. Orang-orang bercerita
bahwa orang itu suka mencaci maki para sahabat'."
lbnuAbid
Dunya menyebutkan dari Sa'id bin Khalid bin Yazid al-Anshari, dari seorang
laki-laki penduduk Basrah yang biasa menggaH makam, ia berkata, "Suatu
hari aku menggaH makam. Aku menyandarkan kepala di salah satu dindingnya hingga
aku tertidur. Aku bermimpi didatangi dua orang wanita. Salah seorang di
antaranya berkata: 'Wahai hamba Allah, demi Allah aku memohon kepadamu agar
engkau mengalihkan wanita yang akan dimakamkan di Hang ini agar ia tidak
berdampingan dengan kami.'
Aku serentak
terbangun dan tidak lama kemudian datang jenazah seorang wanita. Aku berkata:
'Liang lahatnya ada di belakang kaHan.' Aku mengalihkannya ke Hang lain. Pada
malam harinya aku bermimpi didatangi dua wanita yang kutemui dalam mimpi
sebelumnya dan wanita yang berkata kepadaku pada mimpi sebelumnya berkata:
'Semoga Allah meHmpahkan pahala kepadamu karena engkau telah memindahkan
keburukan yang panjang dari sisi kami.'
Aku
bertanya: 'Mengapa temanmu ini tidak berkata apa pun?'
Wanita yang
berkata itu menjawab: 'Ia meninggal tanpa meninggalkan wasiat apa pun. Orang
yang meninggal tanpa meninggalkan wasiat, berhak untuk diam hingga hari
Kiamat'."
Pengabaran-pengabaran
lain yang serupa cukup banyak untuk disampaikan di buku ini, sehubungan dengan
mimpi yang diperlihatkan Allah kepada para hamba-Nya yang berupa siksaan dan
kenikmatan di alam kubur.
Tentang
mimpi, jika kami menyebutkannya satu per satu, mungkin bisa mencapai beberapa
jilid buku. Siapa yang ingin tahu lebih lanjut, silakan lihat di kitab Al
Manamat, karangan Ibnu Abid Dunya dan kitab Al-Bustan karangan al-Qairawani
atau kitab-kitab lainnya yang membicarakan masalah ini. Sementara itu, apa yang
dikatakan orang-orang zindiq dan ateis hanyalah pendustaan terhadap sesuatu
yang tidak bisa mereka capai dengan ilmunya.
Ø
Masalah
Keenam:
Allah I
mengadakan dalam kehidupan dunia ini sesuatu yang amat menakjubkan, berkaitan
dengan hal yang gaib. Di sana ada Jibril yang turun kepada Muhammad fJ dalam
rupa seorang laki-laki, yang berdialog dengan beliau dengan menggunakan
kata-kata yang dapat didengar beliau. Adapun orang-orang yang ada di dekat
beliau sama sekali tidak bisa melihat dan mendengamya. Begitu pula yang dialami
nabi-nabi lain. Terkadang, wahyu turun kepada beliau berupa gemerincing lonceng
yang tidak dapat didengar orang lain di tempat itu.
Para jin
juga berbicara dan berdialog dengan suara yang nyaring di sekitar kita
sementara kita tidak dapat mendengamya. Para malaikat memukuli orang-orang
kafir dengan cambuk, memukuli tengkuk mereka, dan mereka berteriak keras.
Sementara itu, orang-orang muslim yang ada di sana juga tidak bisa melihat dan
mendengar. Allah menyembunyikan banyak hal yang terjadi di dunia ini, padahal
yang disembunyikan itu ada di antara mereka.
Jibril
membacakan dan mengajarkan al-Qur' an kepada Rasulullah fJ sementara
orang-orang yang hadir di ternpat itu sama sekali tidak dapat mendengar
perkataan Jibril.
Jadi,
bagaimana mungkin orang yang mengenal Allah dan menetapkan kekuasaan-Nya untuk
menciptakan berbagai kejadian yang tidak bisa dilihat sebagian manusia sebagai
hikmah dan rahmat dari-Nya? Hal itu terjadi karena mereka tidak mampu melihat
dan mendengamya. Manusia terlalu lemah untuk mendengar dan menyaksikan siksa
kubur. Banyak orang yang melihat siksa kubur dalam mimpi, menjadi pingsan tidak
sadarkan diri, dan setelah itu ia hanya mampu bertahan hidup beberapa saat
saja.
Ada pula di
antara mereka yang bermimpi melihat sesuatu yang menyenangkannya dan setelah
itu ia pun meninggal. Bagaimana mungkin mereka mengingkari hikmah Ilahi
sehingga siksa dan kenikmatan kubur itu tidak dapat dilihat dengan mata kepala
secara langsung?
Di antara
manusia ada yang melihat air raksa di mata jenazah atau biji sawi lalu ia
buru-buru menghindar darinya. Maka bagaimana mungkin Allah Yang Mahakuasa tidak
mampu menciptakan semua itu? Bagaimana mungkin Dia tidak kuasa menjaga mata dan
dadanya? Membandingkan urusan alam barzakh dengan apa yang terjadi di dunia
hanya mencerminkan kebodohan dan kesesatan, pendustaan terhadap nabi dan rasul
Allah yang paling benar dan melemahkan kekuasaan Rabbul 'alamin. Itu semua
merupakan kebodohan dan kezaliman.
Jika
memungkinkan bagi seseorang untuk mengetahui keluasan makam sekian hasta dan
sebagian yang lain tidak mengetahuinya, bagaimana mungkin Rabbul 'alamin tidak
dapat melapangkannya menurut kehendak-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya?
Begitu pula dengan seseorang yang memungkinkan dapat mengetahui kesempitannya.
Rahasia
keluasan dan kesempitan, kesejukan dan api, bukan termasuk sesuatu yang dapat
disaksikan di alam ini. Allah hanya menampakkan kepada manusia di dunia ini,
sesuatu yang ada di dunia ini. Adapun urusan akhirat sengaja disembunyikan-Nya
dan ditutupi agar mereka tetap tenang berada di dunia dan agar iman menjadi
sebab bagi kebahagiaan mereka.
Jika Allah
mengizinkan manusia mengetahui perkara akhirat, tentu mereka bisa melihatnya
dengan mata kepala secara langsung. Sekiranya manusia menggeletakkan jenazah di
samping mereka dan tidak memakamkannya, hal ini tidak menghalangi malaikat
untuk mendekatinya lalu mengajukan pertanyaan kepadanya tanpa diketahui
orang-orang yang masih hidup di sekitamya.
Jenazah itu
menjawab pertanyaan dua malaikat sementara orang lain tidak mendengar
jawabannya. Ia dipukul dan mereka tidak mengetahuinya. Sebagai gambaran yang
nyata, seseorang tidur berdampingan dengan temannya lalu ia bermimpi disiksa,
dipukul, dan merasakan siksaan, tetapi temannya sama sekali tidak mengetahui
apa yang dialaminya dalam mimpi. Bahkan, tidak jarang, pada tubuhnya terdapat
bekas pukulan.
Di antara
kebodohan yang paling besar adalah menganggap para malaikat tidak mampu
menembus tanah dan batu. Padahal, Allah menjadikan tanah dan batu itu seperti
udara bagi burung. Yang demikian itu terjadi karena qiyas yang salah dan menunjukkan
pendustaan terhadap para rasul.
Ø
Masalah
Ketujuh:
Tidak ada
halangan bagi ruh untuk dikembalikan ke jenazah yang disalib, tenggelam, atau
terbakar. Kita tidak bisa merasakan semua itu karena pengembalian ruh ke jasad
ini termasuk proses yang tidak bisa dilihat. Jasad yang dingin dan diam itu
memiliki ruh yang hidup. Kita tidak bisa merasakan kehidupannya. Orang yang
anggota tubuhnya terpisah-pisah tidak menghalangi kembalinya ruh meskipun yang
satu berjatuhan dengan yang lain. Setiap bagian bisa merasakan kenikmatan atau
pun siksaan.
Bahkan,
Allah juga menjadikan rasa pada benda-benda mati yang dapat bertasbih
kepada-Nya, ada batu yang jatuh karena takut kepada-Nya, gunung yang bersujud,
pohon yang bertasbih kepada-Nya, begitu pula kerikil dan air.
Allah SWT
berfirman,
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang
ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan
bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka."
(QS. Al-Isra': 44)
Sekiranya
tasbih itu hanya sekadar pembuktian terhadap Penciptanya, tidak akan dikatakan:
"Tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." Setiap orang
yang berakal tentu mengetahui pembuktiannya tentang Penciptanya.
Allah SWT
berfirman,
"Sungguh Kamilah yang menundukkan gunung-gunung
untuk bertasbih bersama ia (Daud) pada waktu petang dan pagi." (QS. Shad:
18)
Pembuktian
tentang Sang Pencipta tidak terbatas hanya dengan dua waktu ini saja.
Allah SWT
berfirman,
"Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang
ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepadaAllah, juga matahari,
bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata, dan banyak
di antara manusia?" (QS. Al-Hajj: 18)
Pembuktian
tentang Pencipta tidak dikhususkan pada kebanyakan manusia.
Allah SWT
berfirman,
"Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa
kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang
mengembangkan sayapnya. Masing masing sungguh telah mengetahui (cara) berdoa
dan bertasbih." (QS. An-Nur: 41)
Itu
merupakan shalat dan tasbih hakiki yang hanya diketahui oleh Allah meskipun
orang-orang yang bodoh dan pendusta tidak memercayainya. Allah SWTtelah
mengabarkan tentang bebatuan, yang sebagian berpindah dari tempatnya dan
sebagian lain jatuh dari tempatnya karena takut kepada Allah.
Allah juga
mengabarkan tentang bumi dan langit yang keduanya meminta izin kepada-Nya agar
dapat mendengar firman-Nya, dan Allah juga berfirman kepada bumi dan langit
sehingga keduanya bisa mendengar firman-Nya dan juga menjawabnya.
Allah SWT
berfirman kepada bumi dan langit,
"Datanglah kamu berdua menurut
perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa." (QS. Fushshilat: 11)
Para sahabat
pemah mendengar tasbih makanan ketika ia dimakan, mereka juga mendengar
rintihan pangkal pohon yang kering di dalam masjid. Jika di dalam benda semacam
ini ada rasa, benda yang di dalamnya ada ruh jauh lebih layak untuk merasakan.
Allah SWT
telah memberikan kesaksian kepada manusia di dunia ini tentang pengembalian
kehidupan yang sempurna ke jasad, yang sebelumnya telah ditinggalkan ruhnya,
sehingga jasad itu berjalan, makan, minum, menikah, dan beranak pinak.
Allah SWT
berfirman,
"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang
yang keluar dari kampung halamannya sedang jumlahnya ribuan karena takut mati?
Lalu Allah berfirman kepada mereka: 'Matilah kamu!' Kemudian Allah menghidupkan
mereka." (QS. Al-Baqarah: 243)
''Atau
seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah
roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, ia berkata: 'Bagaimana Allah
menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?' Lalu Allah mematikannya
(orang itu) selama seratus tahun kemudian membangkitkannya (menghidupkannya)
kembali. Dan (Allah) bertanya: 'Berapa lama engkau tinggal (di sini)?' Ia
(orang itu) menjawab: ''Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari."
(QS. Al-Baqarah 259)
Begitu pula
orang yang terbunuh dari Bani Israil atau seperti orang-orang yang berkata
kepada Musa, "Sekali-kali kami tidak akan beriman kepadamu sehingga kami
melihat Allah secara nyata." Kemudian Allah mematikan mereka dan setelah
itu menghidupkan mereka kembali setelah dimatikan.
Begitu pula
Ashabul Kahfi dan kisah Ibrahim tentang empat burung. Jika Allah mampu
mengembalikan kehidupan yang sempuma ke dalam jasad yang sudah beku karena mati
maka bagaimana mungkin kekuasaan-Nya yang tak terbatas itu dapat dihalangi
untuk mengembalikan kehidupan ke jasad yang telah mati. Suatu kehidupan lain,
sehingga ia bisa diminta untuk berbicara, disiksa, atau diberi kenikmatan
karena amal-amalnya?
Pengingkaran
terhadap hal ini merupakan pendustaan dan pengingkaran.
Ø
Masalah
Kedelapan:
Harus
diketahui bahwa siksa kubur dan kenikmatannya merupakan sebutan lain dari siksa
alam barzakh dan kenikmatannya yang keberadaannya antara kehidupan dunia dan
akhirat.
Allah SWT
berfirman,
"Dan di hadapan mereka ada barzakh
sampai pada hari mereka dibangkitkan.» (QS. Al-Mu'minun: 100)
Alam barzakh
dihuni oleh orang-orang yang mendiaminya antara dunia dan akhirat, yang disebut
pula dengan kenikmatan atau siksa kubur, taman surga atau lubang api neraka,
tergantung dari keadaan makhluk.
Orang yang
disalib, tenggelam, terbakar, dimakan binatang buas juga mendapatkan siksa atau
kenikmatan kubur, sesuai dengan amalnya, meskipun sebab-sebab kenikmatan dan
siksa ini bermacam-macam.
Orang-orang
pada zaman dahulu beranggapan bahwa jika jenazah seseorang dibakar dan menjadi
abu, lalu sebagian abunya dibuang di laut dan sebagian lain dibuang di daratan
pada saat angin berhembus kencang maka ia bisa selamat dari siksa kubur. Karena
itu seseorang berwasiat kepada keluarganya untuk membakar jasadnya jika sudah
meninggal dunia.
Akan tetapi,
Allah memerintahkan kepada lautan untuk menghimpun debu- debu itu dan
memerintahkan hal yang sama kepada daratan.
Kemudian
Allah berfirman, "Berdirilah!"
Maka orang
itu pun berdiri di hadapan Allah.
Allah
bertanya, "Apa yang mendorongmu berbuat seperti itu?"
Ia menjawab,
"Karena takut kepada-Mu wahai Rabb-ku dan Engkau lebih tahu tentang hal
ini."
Siksa dan
kenikmatan alam barzakh tidak akan luput pada bagian-bagian jasad. Meskipun
jasadnya digantung di pucuk pepohonan, tentu ia tetap mendapatkan siksa atau
kenikmatan alam barzakh. Meskipun jasad orang yang saleh dimakamkan di tumpukan
bara api, ia tetap merasakan kenikmatan alam barzakh karena Allah menjadikan
api itu dingin dan keselamatan baginya. Semua unsur alam tunduk kepada
Penciptanya dan Dia bisa membaliknya menurut kehendak-Nya, dan tidak ada
sesuatu pun yang mampu membangkang dari-Nya jika Allah sudah menghendaki.
Semua tunduk
kepada kehendak-Nya dan patuh pada kekuasaan-Nya. Siapa yang mengingkari hal
ini, berarti ia mengingkari Rabbul 'alamin, kufur, dan meng ingkari
Rububiyah-Nya.
Ø
Masalah
Kesembilan:
Kematian
merupakan tempat kembali dan kebangkitan yang pertama. Sebab Allah menjadikan
dua tempat kembali dan dua kebangkitan bagi anak Adam yang pada masing-masing
ada pembalasan menurut kebaikan dan keburukan amalnya.
Kebangkitan
pertama ialah terpisahnya ruh dari jasad lalu ia menuju tempat pembalasan yang
pertama. Kebangkitan yang kedua ialah hari ketika Allah mengembalikan semua ruh
ke jasadnya dan membangkitkannya dari kubur untuk ke neraka atau ke surga.
Ini
merupakan fase pengumpulan yang kedua. Hal ini telah disebutkan di dalam hadis
sahih: "Hendaklah engkau beriman pada kebangkitan yang akhir."
Kebangkitan yang pertama tidak dipungkiri manusia meskipun banyak yang
mengingkari pemberian balasan berupa kenikmatan dan siksaan di dalamnya.
Allah telah
menyebutkan dua kebangkitan ini, yaitu shughra (kecil) dan kubra (besar), di
dalam surah al-Mu'minun, al-Waqi'ah, al-Qiyamah, al-Fajr, al-Muthaffifin, dan
lain-lainnya. Sudah menjadi keadilan dan kuasa Allah karena menjadikannya
sebagai tempat untuk memberikan balasan kepada orang yang berbuat kebaikan dan
keburukan.
Namun,
pemenuhan balasan terjadi pada kebangkitan yang kedua di tempat yang abadi,
sebagaimana firman-Nya:
"Setiap
yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan
dengan sempurna balasanmu." (QS. .Ali-'lmran: 185)
Telah
ditetapkan keadilan Allah, kesempurnaan, dan kesucian-Nya untuk memberikan
kenikmatan kepada jasad para wali-Nya dan ruh mereka, menyiksa jasad
musuh-musuh-Nya dan ruh mereka. Jasad dan ruh orang yang taat akan merasakan
kenikmatan dan kesenangan yang disesuaikan dengan keadaannya. Jasad dan ruh
orang jahat dan durhaka akan mendapat siksaan dan penderitaan.
Ini
merupakan cermin keadilan, hikmah, dan kesempurnaan Allah. Pasalnya, dunia ini
merupakan tempat pembebanan kewajiban dan ujian, bukan tempat pembalasan maka
semua itu tidak tampak di sini.
Adapun alam
barzakh merupakan awal tempat pemberian balasan, yang sebagian di antaranya
tampak sesuai dengan tempat itu dan menurut hikmah Allah. Siksa alam barzakh
dan kenikmatannya merupakan awal siksa dan kenikmatan akhirat, yang juga
diambilkan dari sana dan sampai kepada siapa pun yang ada didalamnya. Hal ini
telah dijelaskan di dalam al-Qur'an dan sunnah sahih serta yang jelas maknanya,
seperti sabda Rasulullah • tentang orang mukmin yang taat, "Maka dibukakan
pintu surga baginya lalu didatangkan kepadanya dari karunia dan
kenikmatannya." Adapun tentang orang yang buruk, beliau bersabda,
"Maka dibukakan pintu neraka baginya, lalu didatangkan kepadanya dari
panas dan racunnya." Dapat diketahui secara pasti bahwa jasad mengambil
bagian ketika memasuki pintu ini sebagaimana ruh yang mengambil bagiannya.
Pada hari
Kiamat, setiap orang masuk dari pintu itu dan duduk di tempat duduk yang ada di
dalamnya, entah di neraka ataupun di surga. Dua pintu ini bisa sampai kepada
hamba selagi ia masih berada di dunia ini.
Banyak orang
yang bisa merasakan pengaruh ini meskipun mereka tidak tahu sebabnya dan tidak
bisa mengungkapkannya. Adanya sesuatu yang tidak bisa ditangkap indra dan tidak
bisa diungkapkan ini akan terlihat nyata setelah seseorang sampai ke pintunya.
Ketika ia dibangkitkan, pengaruh itu semakin sempurna lagi.
Begitulah
hikmah Allah yang diatur dengan pengaturan yang sempuma.
0 Comment