Artikel, Tulisan, Makalah, Jurnal, zilfaroni,web.id

01 Juli 2023

 Apakah Jawaban Kita terhadap Kaum Ateis dan Zindiq yang Mengingkari Adanya Siksa Kubur, Kelapangan dan Kesempitan di Dalam Kubur, Keberadaan Kubur sebagai Lubang Api Neraka atau Taman Surga, dan Mengingkari bahwa Jenazah di Dalam Kubur Tidak Didudukkan untuk Ditanya?

KAUM ATEIS DAN Zindik berkata, "Kami pemah membongkar sebuah makam dan kami tidak menemui para malaikat yang buta maupun yang bisu, yang memukuli jenazah dengan palu besi. Di dalam makam itu kami juga tidak menemukan ular, kalajengking, ataupun api yang menyala. Sekiranya kami membuka jenazah dalam keadaan tertentu, tentu kami mendapatinya tetap seperti keadaan semula dan tidak berubah. Sekiranya kami dulu melumuri kedua matanya dengan air raksa dan meletakkan biji sawi di dadanya, tentu kami akan mendapati keadaannya sama seperti semula. Bagaimana makamnya dibentangkan atau disempitkan, temyata kami mendapatinya tetap seperti semula. Kami dapati luas liang lahatnya sama seperti waktu kami gali, tidak menjadi lebih luas dan juga tidak menyempit. Apakah liang lahat yang sempit itu cukup untuk mayat, malaikat, dan (penjelmaan) gambaran amal yang akan menakut-nakutinya atau menyenangkannya?"

Adapun teman-teman mereka dari golongan ahli bid'ah dan orang-orang yang sesat juga berkata, "Setiap hadis yang tidak bisa diterima akal dan perasaan, menunjukkan kesalahan orang yang mengatakannya. Kami melihat orang yang disalib di atas kayu hingga sekian lama tidak pemah ditanya, tidak menjawab, tidak bergerak, dan tidak ada bekas di jasadnya bahwa ia dibakar api. Orang yang dimakan binatang buas, dijadikan santapan burung, ditelan ikan paus, yang bagian tubuhnya tercecer di perut binatang buas, di tembolok burung, di perut ikan paus, bagaimana mungkin bisa ditanya jika anggota tubuhnya tercecer seperti itu?

Bagaimana mungkin bisa digambarkan dua malaikat akan memberikan pertanyaan kepada jenazah dalam keadaan seperti itu? Bagaimana mungkin kondisi liang lahat yang gelap seperti itu bisa menjadi taman surga atau lubang api neraka? Bagaimana mungkin liang lahat itu menghimpitnya hingga tulang rusuknya tercecer?"Kami akan menyampaikan beberapa hal yang dapat menjawab atas berbagai pertanyaan tersebut.

Ø  Masalah Pertama:

Perlu diketahui bahwa para rasul tidak pernah mengabarkan sesuatu yang dianggap mustahil menurut akal. Hal ini tidak mungkin terjadi. Apa yang mereka kabarkan ada dua macam: pertama, perkara diketahui oleh akal dan fitrah; kedua, perkara yang tidak dapat diketahui oleh akal semata, seperti perkara gaib yang mereka kabarkan, meliputi penjelasan rind tentang alam barzakh, hari akhirat, pahala dan siksa.

Pada prinsipnya, apa yang dikabarkan para rasul mustahil bertentangan dengan akal. Setiap pengabaran yang dianggap mustahil oleh akal, tidak lepas dari dua keadaan: mungkin kabar yang dibawa rasul itu mereka anggap sebagai pengabaran dusta atau akal itu sendiri yang tidak benar. Ini merupakan bentuk khayalan yang dianggap pelakunya sebagai sesuatu yang sangat rasional.

Allah SWT berfirman,

"Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa (wahyu) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu itulah yang benar dan memberi petunjuk (bagi manusia) ke jalan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji." (QS. Saba': 6)

Allah SWT berfirman,

"Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran sama dengan orang yang buta?" (QS. Ar-Ra'd: 19)

Allah SWT berfirman,

"Dan orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan apa (kitab) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan ada di antara golongan (Yahudi dan Nasrani), yang mengingkari sebagiannya." (QS. Ar-Ra'd: 36)

Allah SWT berfirman,

"Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran (al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orangyang beriman. Katakanlah (Muhammad): 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira'." (QS. Yu.nus: 57-58)

Sesuatu yang mustahil tidak akan menyembuhkan, tidak akan menjadi petunjuk dan rahmat, dan tidak bisa menghadirkan kegembiraan. Hal ini hanya terjadi pada orang yang di dalam hatinya tidak ada kebaikan, tidak mantap dalam berpijak kepada Islam, bingung dan ragu-ragu.

Ø  Masalah Kedua:

Hendaknya memahami sesuai apa yang sampaikan Rasulullah • tanpa melebihkan maupun menguranginya, tidak memaknai secara berlebihan apa yang tidak terkandung pada sabda beliau dan tidak pula mengurangi maksud dan tujuan yang terkandung di dalamnya berupa petunjuk dan keterangan.

Mengabaikan semua ini, menyimpang darinya, menjauhi kebenaran, pemahaman yang buruk terhadap firmanAllah dan sabda Rasul-Nya merupakan dasar perilaku bid'ah dan kesesatan yang menghiasi lingkungan Islam.

Bahkan, itu merupakan sumber segala kesalahan dalam memahami masalah ushul (pokok/dasar) dan furu' (cabang). Apalagi jika disertai lagi pemahaman yang buruk tentang tujuan. Sehingga pemahaman yang buruk pada diri orang yang diikuti sama dengan tujuan yang buruk pada diri orang yang mengikuti. Sungguh ini merupakan bencana yang amat besar bagi agama dan para pengikutnya dan hanya Allahlah yang layak dimintai pertolongan.

Hal yang menjerumuskan golongan Qadariyah, Murji'ah, Khawarij, Mu'tazilah, Jahmiyah, Rafidhah, dan golongan-golongan ahli bid'ah lainnya adalah pemahaman buruk tentang apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya sehingga agama jatuh

ke tangan orang-orang yang menciptakan pemahaman itu. Sementara itu, apa yang dipahami para sahabat dan tabi'in justru dijauhi, tidak dianggap, dan tidak dipedulikan.

Masalah ini terlalu panjang jika harus dibahas di sini, yang tidak cukup diuraikan dalam seribu dua ribu halaman. Orang yang memahami apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, tidak akan mengambil maksudnya dari satu tempat.

Ø  Masalah Ketiga:

Allah Iti membagi tempat tinggal menjadi tiga macam: tempat tinggal di dunia, alam barzakh, dan tempat tinggal yang kekal. Allah It menetapkan hukum bagi setiap tempat tinggal, yang khusus baginya. Allah menyusun manusia yang terdiri atas jasad dan jiwa. Allah menjadikan hukum-hukum dunia berlaku untuk jasad dan ruh yang menyertainya. Karena itu, Allah menjadikan hukum-hukum syariat diatur berdasarkan pada yang tampak dari lisan dan anggota tubuh meskipun jiwa memiliki kandungan kebalikannya. Adapun hukum-hukum alam barzakh didasarkan pada ruh dan jasad yang menyertainya. Hal ini sebagaimana ruh yang harus mengikuti jasad di dalam hukum-hukum dunia sehingga ruh itu menderita karena penderitaan jasad, senang karena kesenangan jasad, yang mengikuti sebab-sebab kenikmatan dan siksaan maka jasad harus mengikuti ruh dalam kenikmatan dan siksaannya.

Pada saat itulah ruh yang ikut merasakan kenikmatan dan siksaan. Jasad di dunia merupakan sesuatu yang tampak dan ruh merupakan sesuatu yang tersembunyi. Jasad seperti makam bagi ruh sementara ruh di alam barzakh merupakan sesuatu yang tampak dan jasad merupakan sesuatu yang tersembunyi.

Hukum-hukum alam barzakh berlaku berdasarkan ruh, sedangkan kenikmatan atau siksaannya menjalar ke jasad sebagaimana hukum-hukum dunia yang berlaku berdasarkan jasad dan kenikmatan serta siksaannya menjalar ke ruh. Kenalilah masalah ini baik-baik, niscaya akan menghilangkan hal-hal yang dianggap rumit pada dirimu.

Allah SWT telah memperlihatkan satu contoh di dunia kepada kita dengan rahmat, kasih sayang, dan petunjuk-Nya, yaitu keadaan orang yang tidur. Apa yang membuatnya merasakan kenikmatan atau siksaan selagi ia tidur hanya ruhnya sementara jasad hanya mengikutinya. Apa yang dirasakan dalam tidur ini ada yang menimbulkan pengaruh amat besar terhadap jasad dan terlihat nyata. Seseorang yang bermimpi dipukuli, ketika terbangun ia mendapati bekas pukulan di jasadnya seperti mimpi yang dialami. Adakalanya seseorang mimpi makan dan minum. Ketika bangun ia mendapati sisa makanan ada di mulutnya, ia tidak lagi lapar dan haus.

Yang lebih menakjubkan lagi, boleh jadi kita melihat orang yang tidur tiba­ tiba bangun lalu memukul, memegang, mendorong, seakan-akan ia orang yang terjaga, padahal ia sedang tidur dan tidak merasakan apa yang diperbuatnya. (Jawa: ngelindur, pen.). Pasalnya, hukum yang berlaku pada ruh meminta pertolongan pada jasad dari luar hukumnya. Sekiranya hukum ruh masuk ke jasad maka ia akan bangun dan merasakan apa yang terjadi. Jika ruh dapat merasakan kenikmatan atau siksaan dan yang demikian ini sampai ke jasad karena jasad mengikutinya, begitu pula yang berlaku di alam barzakh, bahkan lebih besar lagi.

Kemandirian ruh di sana lebih kuat dan lebih sempurna dan tetap berkait dengan jasad, yang tidak terputus dengannya secara total. Ketika hari berbangkit dan saat semua manusia bangun dari kuburnya, hukum yang berlaku adalah kenikmatan atau siksaan terhadap ruh dan jasad secara zahir.

Siapa yang memberikan hak sebagaimana mestinya kepada masalah ini, tentu dapat memahami apa yang disampaikan Rasulullah tentang siksa kubur dan kenikmatannya, kesempitan, dan keluasannya, keberadaannya di lubang api neraka ataukah di taman surga, yang semua ini sejalan dengan akal dan nalar bahwa yang demikian itu benar dan tidak bisa diragukan.

Siapa yang menganggap hal itu mustahil dan muskil, hal itu semata-mata dikarenakan pemahamannya yang buruk dan ilmunya yang minim sebagaimana yang dikatakan dalam syair:

"Berapa banyak perkataan yang benar diolok-olok karena bermula dari pemahaman yang buruk."

Lebih menakjubkannya lagi, ada beberapa orang yang tidur di satu dipan. Satu orang ruhnya merasakan kenikmatan dalam tidumya hingga tampak di jasadnya. Adapun yang lain merasakan siksaan di dalam tidumya dan tampak di jasadnya. Padahal, yang satu tidak memberitahukan temannya yang lain. Sungguh kehidupan di alam barzakh lebih menakjubkan lagi.

Ø  Masalah Keempat:

Allah e menjadikan urusan akhirat dan apa pun yang berkaitan dengannya merupakan hal gaib, yang dibuat tidak dapat diketahui manusia yang ada di dunia ini. Hal ini merupakan kesempurnaan hikmah Allah dan untuk membedakan antara orang yang beriman pada hal-hal gaib dan orang yang tidak beriman terhadapnya.

Kejadian pertama, para malaikat turun mendatangi orang yang akan meninggal dan duduk di dekatnya. Orang yang akan meninggal itu dapat melihat mereka dengan mata kepala. Mereka juga berbicara di dekatnya sambil membawa kafan dan keranda, entah dari surga entah dari neraka. Mereka juga mengaminkan doa orang-orang yang hadir di ternpat itu. Adakalanya para malaikat itu mengucapkan salam kepada orang yang akan meninggal dan terkadang ia menjawab salam mereka dengan ucapan, terkadang dengan isyarat, dan terkadang hanya dengan hatinya karena ia tidak bisa bicara maupun memberi isyarat. Bahkan, sebagian orang yang akan meninggal bisa mengucapkan, "Ahlan wa sahlan wa marhaban."

Aku diberitahu syekh kami, dari sebagian orang yang akan meninggal dunia. Namun, aku tidak tahu apakah syekh kami itu menyaksikan kejadiannya secara langsung ataukah ia hanya diberitahu kejadiannya. Ia mengabarkan bahwa terdengar samar-samar dari mulut orang yang akan meninggal, ia mengucapkan, ''Alaikas­ salam, silakan duduk di sini dan yang lain duduk di sini."

Kisah Khair an-Nassaj cukup terkenal ketika ia berkata saat menjelang ajal, "Sabarlah, semoga Allah memberikan afiat kepadamu karena apa yang diperintahkan kepadamu tidak akan lolos dan apa yang diperintahkan kepadaku juga tidak akan lolos." Kemudian ia meminta air untuk wudhu dan ia pun shalat. Kemudian ia berkata, "Sekarang laksanakan apa yang diperintahkan kepadamu." Setelah itu ia meninggal dunia.

lbnu Abud Dunya menyebutkan bahwa pada hari meninggalnya, Umar bin Abdul Aziz berkata, "Dudukkan aku." Maka mereka pun mendudukkannya. Lalu ia berkata, "Akulah yang Engkau perintah lalu aku mengabaikan dan akulah yang Engkau larang, tetapi aku durhaka tiga kali. Sungguh tidak ada Tuhan yang hak disembah selain Allah."

Kemudian Umar menengadahkan kepala ke atas, dan ia memusatkan pandangannya. Orang-orang berkata, "Mengapa engkau memandang dengan pandangan seperti itu, wahai Amirul Mukminin?"

Ia menjawab, "Aku melihat sekumpulan orang, tetapi mereka bukan manusia dan bukan pula jin." Setelah itu ia meninggal dunia.

Maslamah bin Abdul Malik berkata, "Ketika Umar bin Abdul Aziz hendak meninggal dunia, ia berada di sebuah tenda. Ia memberi isyarat kepada kami, yang maksudnya agar kami membawanya keluar. Kami pun membawanya keluar lalu kami mendudukkannya di dekat tenda. Ia berada di sana didampingi seorang pembantu. Kami mendengar ia membaca ayat: 'Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.' (QS. Al-Qashash: 83)

Ia berkata: 'Kalian bukan manusia dan bukan pula jin.' Pembantu itu menyingkir dan Umar memberi isyarat agar kami mendekat. Maka kami pun mendekat, yang temyata ia sudah meninggal dunia."

Fadhalah bin Dinar berkata, "Aku menemui Muhammad bin Wasi' yang sedang mendekati ajal. Saat itu ia berkata: 'Selamat datang para malaikat Rabb-ku. Tiada kekuatan dan daya, melainkan dari Allah.' Saat itu aku mencium bau yang harum dan aku tidak pemah mencium bau yang seharum itu sebelumnya. Ketika seseorang melihat matanya, temyata ia sudah meninggal dunia."

Atsar tentang masalah ini cukup banyak. Yang lebih nyata dan lebih pas tentang semua ini adalah firman Allah SWT

"Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan dan kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat maka mengapa jika kamu memang tidak dikuasai (oleh Allah)." (QS. Al-Waqi'ah: 83-86)

Artinya, yang lebih dekat dengannya adalah para malaikat dan utusan Kami, tetapi kalian tidak melihatnya. Ini merupakan awal kejadian dan kita tidak dapat dilihat atau menyaksikannya. Padahal, orang yang meninggal ketika dicabut ruhnya masih berada di dunia.

Kemudian malaikat pencabut nyawa mengulurkan tangannya pada ruh, mencabut, dan berbicara kepadanya. Sementara itu, orang-orang yang ada di sekitamya tidak melihat dan tidak mendengamya. Ruh itu pun keluar, ada sinar seperti sinar matahari yang menyinarinya dan bau harum seperti minyak kesturi. Sementara itu, orang­ orang yang hadir di dekatnya tidak melihat dan tidak menciumnya.

Kemudian ada dua baris malaikat yang membawa ruh itu naik ke atas dan tidak ada seorang pun dari manusia yang melihat hal itu. Lalu ruh datang lagi, menyaksikan jasad yang dimandikan, dikafani dan diusung seraya berkata, "Bawa aku, bawa aku," atau ia berkata, "Ke mana kalian membawaku pergi?" Tidak seorang pun yang mendengar perkataannya. Saat jasadnya diletakkan di Hang lahat lalu diurug dan tanah di atasnya diratakan, para malaikat tidak terhalang untuk menemaninya. Bahkan, sekalipun jasadnya diletakkan di lubang batu dan ditutup dengan penutup yang rapat dan kuat, para malaikat tetap bisa menemuinya.

Jasad yang beku ini tidak menghalangi keberadaan ruhnya. Jin pun tidak bisa menghalanginya. Bahkan, Allah telah menjadikan tanah dan bebatuan itu milik para malaikat sebagaimana udara yang menjadi milik burung. Keluasan kubur menjadi milik ruh dan jasad hanya mengikutinya.

Jasad berada di Hang yang hanya menyisakan satu hasta, tetapi itu lapang bagi ruh, tergantung dari keadaan ruhnya. Bisa jadi Hang menjadi sempit hingga sebagian anggota tubuh jenazah berceceran dan hal ini sulit dicema akal dan fitrah. Kalau pun seseorang menggaH kuburnya, ia akan mendapatkan tulang-tulang rusuknya tetap utuh seperti sedia kala dan tidak tercecer.

Akan tetapi, boleh jadi keadaannya memang kembaH seperti semula setelah ia tercecer. Apa yang dikatakan orang-orang zindiq dan ateis hanyalah sekadar pendustaan terhadap Rasulullah.

Sebagian orang yang dapat dipercaya mengabarkan bahwa ia pernah menggali tiga lubang kubur. Setelah selesai dari pekerjaannya, ia merebahkan tubuhnya untuk istirahat dan akhimya tertidur. Ia mimpi melihat dua malaikat yang turun lalu berdiri pada salah satu makam yang digaHnya. Yang satu berkata kepada lainnya, "TuHslah jarak satu farsak h22 kaH satu farsakh." Kemudian ia beraHh ke makam kedua dan berkata, "TuHslah jarak satu mil kaH satu mil." Kemudian ia beralih ke makam ketiga dan berkata, "TuHslah jarak antara ibu jari dan telunjuk kaH jarak yang sama."

Orang itu terbangun dan tidak seberapa lama datang jenazah seorang laki-laki asing yang hampir tidak diperhatikan orang, yang dimakamkan di Hang pertama. Kemudian datang jenazah laki-laki lain yang dimakamkan di Hang kedua. Kemudian datang jenazah seorang wanita terpandang di negerinya dan banyak orang yang mengiring jenazahnya, yang dimakamkan di Hang ketiga, yang dalam mimpi penggali kubur itu merupakan Hang yang paling sempit.

Ø  Masalah Kelima:

Api yang ada di alam barzakh dan tanaman hijau tidak sama dengan api dan tanaman di dunia, yang dapat disaksikan dengan mata kepala. Itu termasuk api dan tanaman akhirat, yang apinya lebih panas dari api di dunia, yang tidak bisa dirasakan penghuni dunia. Allah menjadikan tanah dan bebatuan di sekitar jenazah hingga ia lebih panas dari hara di dunia. Sekiranya penduduk dunia menyentuh tanah makam itu, tentu mereka tidak akan merasakan apa-apa. Bahkan, yang lebih menakjubkan dari hal ini adalah ada dua orang yang dimakamkan di satu Hang secara berdampingan, tetapi yang satu ada di salah satu taman surga dan yang lain ada di salah satu lubang neraka. Masing-masing tidak merasakan apa yang dirasakan orang yang lain.

Kekuasaan Allah lebih luas dan lebih menakjubkan dari semua itu. Allah telah memperlihatkan kepada kita sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya di dunia ini yang lebih menakjubkan dari semua itu. Namun, jiwa manusia cenderung kerap mendustakan, apalagi tentang sesuatu yang ilmunya tidak mampu menggapainya, kecuali orang yang mendapat taufik Allah dan perlindungan-Nya.

Ada dua papan dari api menyala-nyala yang dihamparkan bagi orang kafir di dalam kubumya. Papan itu menyala-nyala seperti tungku yang apinya berkobar. Jika Allah menghendaki, Dia membuat hamba-Nya yang lain dapat melihatnya dan yang lain tidak bisa melihatnya. Pasalnya, jika semua orang dapat melihatnya, iman terhadap hal-hal yang ghaib tidak banyak berarti dan manusia tidak mau saling memakamkan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam Ash-Shahihain, dari

Nabi1/lt, beliau bersabda, "Sekiranya kalian tidak dimakamkan, tentu aku akan berdoa kepada Allah agar Dia memperdengarkan kepada kalian siksa kubur seperti yang kudengar." Namun, karena   hikmah   ini   tidak   berlaku   bagi hewan, ia bisa   mendengar siksa kubur, seperti bighal Rasulullah yang berontak dan hampir menjatuhkan beliau, ketika beliau hendak  melewati sebuah makam yang penghuni di dalamnya

sedang disiksa.

Kami diberitahu sahabat kami, Abu Abdullah Muhammad bin ar-Ruzair Al­ Hurrany bahwa ia pemah keluar dari rumahnya setelah ashar menuju sebuah kebun. Ia menuturkan, "Sebelum matahari tenggelam, aku masuk ke sebuah area pemakaman. Salah satu makam yang ada di sana kulihat berupa hara api yang membentuk cangkir kaca dan jenazahnya berada di dalam cangkir itu. Aku mengusap-usap mataku sambil bertanya-tanya: 'Apakah aku sedang tidur ataukah terjaga?' Lalu aku menengok ke tembok pagar Madinah sambil kukatakan: 'Demi Allah, aku tidak tidur.'

Aku pulang ke rumah seperti orang yang bingung. Keluargaku memberiku makan, tetapi aku tidak bisa makan. Kemudian aku masuk kampung dan bertanya kepada orang-orang, siapa orang yang ada di dalam makam yang kumaksudkan. Ternyata, orang itu adalah seorang petugas cukai ilegal yang meninggal pada hari itu."

Melihat api itu tak berbeda dengan mimpi melihat malaikat dan jin, yang terkadang memang terjadi pada orang yang dikehendaki Allah untuk melihatnya.

lbnu Abid Dunya menyebutkan di dalam kitab Al-Qubur dari asy-Sya'bi bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah, "Aku lewat di Badar, tiba-tiba kulihat seseorang muncul dari dalam tanah yang dipukuli orang lain dengan cambuk besi hingga orang itu lenyap dari permukaan tanah. Lalu ia muncul dan dipukuli lagi oleh orang itu hingga lenyap dari permukaan tanah." Beliau bersabda, "Itu adalah Abu Jahal bin Hisyam yang disiksa seperti itu hingga hari Kiamat."

Disebutkan dari hadis Hammad bin Salamah, dari Amr bin Dinar, dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, ia berkata, "Ketika aku tertawan di antara Mekah dan Madinah, yang saat itu aku berada di atas punggung unta sambil membawa kantung air kecil, tiba-tiba aku melewati sebuah area pemakaman. Ada seorang laki-laki yang muncul dari dalam makamnya yang mengobarkan api dan di lehemya ada rantai besi yang menyeretnya. Orang itu berkata: 'Wahai Abdullah, percikkanlah air kepadaku, wahai Abdullah percikkanlah air kepadaku.'

Demi Allah, aku tidak tahu apakah ia memang mengenal namaku ataukah ia menyeru namaku seperti biasanya manusia menyeru seperti itu. Kemudian muncul orang lain yang berkata kepadaku: 'Wahai Abdullah, jangan engkaupercikkan air, wahai Abdullah, jangan engkaupercikkan air.' Lalu ia menarik rantai besi itu dan memasukkan kembali ke dalam makamnya."

lbnu Abid Dunya berkata, "Aku diberitahu ayahku, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, ia berkata: 'Ketika seseorang dalam perjalanan antara Mekah dan Madinah, ia melewati sebuah area pemakaman. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang keluar dari makamnya yang mengobarkan api dalam keadaan terikat belenggu besi. Ia berkata: 'Wahai hamba Allah, percikkanlah air. Wahai hamba Allah, percikkanlah air.' Lalu ada orang lain yang muncul dan mengadangnya seraya berkata lagi: 'Wahai hamba Allah, jangan percikkan air. Wahai hamba Allah, jangan percikkan air.' Orang itu langsung pingsan di atas punggung untanya lalu untanya membawanya pergi hingga matahari tenggelam dan seketika itu pula rambutnya berubah menjadi putih semua. Kejadian ini diceritakan kepada Utsman bin Affan lalu ia melarang seseorang mengadakan perjalanan sendirian."

lbnu Abid Dunya juga menyebutkan dari hadis Sufyan, "Kami diberitahu Dawud bin Syabur, dari Abu Qaza'ah, ia berkata: 'Kami melewati sebuah mata air yang terletak di antara tempat kami dan Basrah. Tiba-tiba kami mendengar suara ringkikan keledai. Kami bertanya kepada beberapa orang yang ada di tempat itu: 'Suara apa itu?' Mereka menjawab: 'Itu suara seseorang yang ibunya dulu pemah berkata sesuatu kepadanya lalu ia berkata kepada ibunya: 'Meringkiklah terus dengan ringkikanmu.' Ketika orang itu sudah meninggal, setiap malam terdengar suara ringkikan itu dari dalam makamnya'."

lbnu Abid Dunya juga menyebutkan dari hadis Amr bin Dinar, ia berkata, "Ada seorang laki-laki di Madinah yang mempunyai saudara perempuan dan menetap di pinggiran Madinah. Suatu hari saudarinya itu jatuh sakit. Maka ia terus menjenguknya. Namun, akhimya saudarinya meninggal dunia. Setelah menguburkan jenazahnya dan pulang ke rumah, ia teringat bahwa ada sesuatu miliknya yang jatuh di dalam makam saudarinya dan lupa untuk memungutnya. Atas bantuan seorang teman, ia menggali lagi makam saudarinya hingga kami dapat kembali barang yang jatuh itu.

Ia berkata kepada rekannya: 'Coba kau menyingkir dari sini sebentar karena aku ingin melihat bagaimana keadaan saudariku.' Lalu ia menyibak sebagian Hang lahat yang temyata di sana ada apinya. Ia cepat-cepat mengembalikannya dan meratakan kembali makam saudarinya.

Ia pun menemui ibunya dan bertanya: 'Bagaimana keadaan saudariku sewaktu masih hidup?'

lbunya balik bertanya: 'Untuk apa engkau tanyakan itu sementara ia sudah meninggal?'

Orang itu berkata: 'Pokoknya beritahukan saja.'

lbunya berkata: 'Dulu ia suka mengakhirkan shalat dan kupikir ia pernah shalat tanpa wudhu serta suka menguping pembicaraan tetangga lalu menyebarkan perkataan tetangga itu.'

lbnu Abu Dunya juga menyebutkan dari Hushain al-Asadi, ia berkata, "Aku pernah mendengar Martsad bin Hausyab, ia berkata: 'Aku pemah duduk di dekat Yusuf bin Umar, yang di sampingnya ada seorang laki-laki yang sebelah mukanya seakan-akan berupa lempengan besi. Yusuf berkata kepada orang di sisinya itu: 'Ceritakan kepada Martsad apa yang pemah engkau alami dengan wajahmu itu.' Maka orang itu berkata: 'Dulu aku seorang pemuda yang banyak melakukan berbagai perbuatan keji. Ketika di tempatnya berjangkit wabah penyakit pes, aku berkata kepada diri sendiri: 'Masuklah kamu ke sebuah lubang.' Kemudian aku berpikir untuk membuat lubang makam. Antara waktu maghrib dan isya aku sudah selesai membuat lubang. Ketika aku sedang bersandar digundukan tanah galian lubang makam yang lain, datang jenazah dan dimakamkan di situ. Kemudian makamnya diratakan lagi dengan permukaan tanah. Tiba-tiba ada dua orang berwarna putih yang terbang sebesar unta lalu turun. Salah satunya berada di dekat kaki jenazah itu dan satunya lagi berada di dekat kepalanya. Keduanya membangkitkan jenazah itu. Salah seorang ada di dalam makam, satunya lagi berada di tepi makam. Aku pun melihat dari sisi makam yang lain. Kudengar salah seorang di antara keduanya bertanya kepada jenazah: 'Bukankah engkau orang yang suka mengunjungi keluarga besanmu sambil mengenakan dua lembar pakaian untuk pamer dan menyombongkan diri?' Ia menjawab: 'Aku memang sangat lemah dalam hal itu.'

Maka ia dipukul hingga makamnya penuh dengan air dan minyak. Hal ini berulang hingga tiga kali. Salah seorang di antara dua orang yang datang itu memandangku lalu berkata: 'Lihatlah di mana ia duduk dan bagaimana Allah membuatnya terdiam putus asa.' Ia pun memukul sebelah mukaku hingga aku terjatuh. Semalaman aku berada di tempat itu hingga pagi hari. Setelah hari agak terang, aku melihat jenazah di dalam makam itu ternyata tetap utuh seperti sedia kala'.'

Air dan minyak ini serupa dengan api yang membakar jenazah sebagaimana yang diberitahukan Nabi tentang Dajjal bahwa ia datang sambil membawa api dan air. Api bisa berubah menjadi air yang sangat dingin dan air bisa berubah menjadi api yang berkobar-kobar."

lbnu Abid Dunya menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Abu Ishaq Al-Fazari tentang penggali makam, apakah ada tobat baginya? Maka ia menjawab, "Ya, selagi niatnya baik dan Allah tahu mana yang benar dari dirinya."

Orang itu berkata, "Aku adalah seorang penggali makam. Aku pemah melihat beberapa jenazah yang wajahnya tidak menghadap ke arah kiblat. Bagaimana hal ini bisa terjadi?"

Karena al-Fazari tidak bisa menjawabnya, ia menulis surat kepada al-Auza'i menanyakan hal tersebut. Al-Auza'i pun membalas surat, yang isinya: "Ada tobat baginya selagi niatnya baik dan Allah tahu mana yang benar dari dirinya. Tentang orang-orang yang mayatnya tidak menghadap ke arah kiblat, sungguh mereka adalah orang-orang yang meninggal tidak pada as-Sunnah."

lbnu Abid Dunya berkata, "Aku diberitahu Abdul Mukmin bin Abdullah bin Isa al-Qaisi, ia bercerita bahwa ada seorang tukang gali makam yang ditanya: 'Apa keanehan yang pernah engkau lihat?'

Ia menjawab: 'Aku pernah menggali makam seseorang yang ternyata ada bekas tusukan paku di sekujur tubuhnya dan ada satu paku besar yang menancap di kepalanya dan satu lagi di bagian kakinya.'

Ketika pertanyaan serupa ditanyakan kepada penggali makam lainnya, ia menjawab: 'Aku pernah melihat jenazah yang berada di dalam sebuah takaran yang penuh dengan timah.'

Seorang penggali makam yang lain pernah ditanya: 'Apa yang membuatmu tobat?' Ia menjawab: 'Hampir semua jenazah yang makamnya kugali lagi, posisi wajahnya sudah berubah dan tidak lagi menghadap ke arah kiblat'."

Kami katakan, "Kami pernah diberitahu seorang sahabat yang bernama Abu Abdullah Muhammad bin Masab as-Sulami dan ia termasuk orang baik yang selalu menjaga kejujuran. Ia berkata: 'Ada seorang laki-laki pergi ke pasar pandai besi di Baghdad untuk menjual beberapa paku kecil yang memiliki dua kepala. Pandai besi mengambil paku-paku itu dan meletakkannya di tungku api. Namun, paku itu sama sekali bergeming dan tidak bisa dipukul. Ketika penjual paku melihatnya, teryata memang paku itu tidak berubah sama sekali. Pandai besi bertanya: 'Dari mana engkau mendapatkan paku-paku ini?'

Penjualnya menjawab: 'Aku menemukannya.'

Setelah diulang-ulang, tetap bergeming maka penjualnya itu mengaku bahwa ia melihat sebuah makam terbuka yang di dalamnya ada tulang belulang yang tertusuk paku-paku itu.

Orang itu berkata: 'Lalu aku memungutnya untuk mengeluarkan paku-paku itu, tetapi aku tidak bisa mengambilnya. Lalu kuambil batu untuk memecahkan tulang itu hingga aku bisa mengambil paku-paku itu dan mengumpulkannya'." lbnu Abid Dunya berkata bahwa ia diberitahu ayahnya, dari Abul-Huraisi, dari ibunya, ia berkata, "Ketika Abu Ja'far ikut menggali parit di Kufah, orang-orang menemukan jenazah seseorang. Ternyata jenazah seorang pemuda yang sedangmenggigit tangannya."

lbnu Abid Dunya menyebutkan dari Sammak bin Harb, ia berkata, "Abu Darda' pernah lewat di area pemakaman lalu ia berkata: 'Alangkah tenang yang tampak di permukaanmu, tetapi di dalam liangmu banyak yang bergolak'."

Al-Hasan pemah melewati area pemakaman, ia berkata, "Di sana ada pasukan yang tidak pemah membuat mereka tenang dan berapa banyak di antara mereka yang mendapat kesusahan."

Ibnu Abid Dunya menyebutkan bahwa Umar bin Abdul Aziz pemah berkata kepada Maslamah bin Abdul-Malik, "Hai Maslamah, siapakah yang dulu memakamkan ayahmu?"

Maslamah menjawab, "Pembantuku, fulan."

"Siapakah yang memakamkan al-Walid?" tanya Umar bin Abdul Aziz. "Pembantuku, fulan," jawab Maslamah.

Umar berkata, ''Akan kuberitahukan kepadamu apa yang pemah diberitahukan pembantumu itu kepadaku bahwa ketika ia menguburkan ayahmu dan al-Walid dan meletakkan keduanya di dalam liang lahat, saat akan melepaskan tali kafannya, ia mendapatkan muka keduanya telah berubah dari posisi semula. Jika kelak aku mati, lihatlah wahai Maslamah dan usaplah mukaku lalu lihatlah apakah aku mengalami seperti yang mereka alami itu ataukah aku mendapat afiat dari hal itu."

Maslamah berkata, "Ketika Umar bin Abdul Aziz meninggal, aku letakkan jenazahnya di dalam makam, kuusap mukanya dan temyata ia tetap seperti keadaan semula."

Ibnu Abid Dunya menyebutkan dari sebagian orang salaf, ia berkata, "Seorang putriku meninggal dunia. Maka kuletakkan jenazahnya di dalam makam lalu aku beranjak untuk membetulkan posisi beberapa batanya. Ketika aku melihatnya kembali, mukanya beralih dari arah kiblat. Hal ini membuatku sangat sedih, sampai­ sampai terbawa dalam mimpi. Dalam mimpi itu ia berkata: 'Wahai ayah, engkau bersedih karena apa yang engkau lihat. Padahal, hampir semua orang yang ada di sekitarku mengalami hal yang sama, mukanya beralih dari arah kiblat.' Seakan­ akan yang ia maksudkan adalah orang-orang yang meninggal dunia dan tetap mengerjakan dosa-dosa besar."

Amr bin Maimun berkata bahwa ia pemah mendengar Umar bin Abdul Aziz berkata, "Aku termasuk orang yang meletakkan jenazah al-Walid bin Abdul Malik ke dalam liang lahat. Aku melihat kedua lututnya yang menekuk hingga menyatu dengan lehemya. Seorang anaknya berkata: 'Apakah ayahku masih hidup?' Aku menjawab: 'Ia sudah meninggal'." Maimun berkata, "Setelah itu, Umar merasa mendapatkan peringatan dari kejadian tersebut."

Umar bin Abdul Aziz berkata kepada Yazid bin Mahlab ketika ia mengangkatnya sebagai amir di Irak, "Bertakwalah kepada Allah wahai Yazid, karena aku pemah meletakkan jenazah al-Walid ke liang lahat yang posisinya berubah sendiri di dalam kafannya."

Yazid bin Harun berkata, "Hisyam bin Hassan mengabarkan dari Washil, pembantu Abu Uyainah, dari Umar bin Zahdan, dari Abdul Hamid bin Mahmud, ia berkata: 'Aku pemah duduk di dekat Ibnu Abbas lalu ada sekumpulan orang yang datang menemuinya. Mereka berkata: 'Kami pergi untuk menunaikan haji.

Ada seorang dari kami yang juga ikut karena kebetulan sedang mengunjungi kami. Ketika tiba di ash-Shaffah, ia meninggal dunia. Maka kami mengurus jenazahnya lalu kami pergi untuk menggaH makam. Ketika Hang lahat sudah selesai tergaH, tiba-tiba Hangnya dipenuhi ular berwarna hitam. Maka kami membuat lubang lain. Namun, setelah selesai, Hangnya dipenuhi ular lagi. Begitu pula untuk ketiga kaHnya.'

lbnu Abbas berkata: 'Itu menggambarkan dendam yang merasuki dirinya. Pergilah dan makamkanlah ia di salah satu lubang itu. Demi yang diriku ada di genggaman-Nya, sekiranya kaHan menggaH lubang lain di mana pun, tentu kaHan akan mendapatkan ular itu memenuhi lubangnya.'

Mereka berkata: 'Maka kami pergi dan memakamkannya di salah satu lubang yang sudah digali lalu kami menemui keluarganya sambil menyerahkan barang-barang miliknya. Kami bertanya kepada istrinya: 'Apa yang biasa dilakukan suamimu?'

Ia menjawab: 'Ia biasa menjual makanan dan mengambil sebagian makanan itu untuk diberikan kepada keluarganya kemudian ia memotong lebihannya dan menempelkan ke makanan itu'."

lbnu Abid Dunya berkata, "Muhammad bin al-Husain memberitahuku, Abu Ishaq memberitahuku, ia berkata: 'Aku diundang untuk memandikan jenazah. Ketika aku menyingkap kain dari mukanya, ternyata ada seekor ular yang meHngkari tenggorokannya. Aku keluar dan tidak jadi memandikannya. Orang-orang bercerita bahwa orang itu suka mencaci maki para sahabat'."

lbnuAbid Dunya menyebutkan dari Sa'id bin Khalid bin Yazid al-Anshari, dari seorang laki-laki penduduk Basrah yang biasa menggaH makam, ia berkata, "Suatu hari aku menggaH makam. Aku menyandarkan kepala di salah satu dindingnya hingga aku tertidur. Aku bermimpi didatangi dua orang wanita. Salah seorang di antaranya berkata: 'Wahai hamba Allah, demi Allah aku memohon kepadamu agar engkau mengalihkan wanita yang akan dimakamkan di Hang ini agar ia tidak berdampingan dengan kami.'

Aku serentak terbangun dan tidak lama kemudian datang jenazah seorang wanita. Aku berkata: 'Liang lahatnya ada di belakang kaHan.' Aku mengalihkannya ke Hang lain. Pada malam harinya aku bermimpi didatangi dua wanita yang kutemui dalam mimpi sebelumnya dan wanita yang berkata kepadaku pada mimpi sebelumnya berkata: 'Semoga Allah meHmpahkan pahala kepadamu karena engkau telah memindahkan keburukan yang panjang dari sisi kami.'

Aku bertanya: 'Mengapa temanmu ini tidak berkata apa pun?'

Wanita yang berkata itu menjawab: 'Ia meninggal tanpa meninggalkan wasiat apa pun. Orang yang meninggal tanpa meninggalkan wasiat, berhak untuk diam hingga hari Kiamat'."

Pengabaran-pengabaran lain yang serupa cukup banyak untuk disampaikan di buku ini, sehubungan dengan mimpi yang diperlihatkan Allah kepada para hamba-Nya yang berupa siksaan dan kenikmatan di alam kubur.

Tentang mimpi, jika kami menyebutkannya satu per satu, mungkin bisa mencapai beberapa jilid buku. Siapa yang ingin tahu lebih lanjut, silakan lihat di kitab Al­ Manamat, karangan Ibnu Abid Dunya dan kitab Al-Bustan karangan al-Qairawani atau kitab-kitab lainnya yang membicarakan masalah ini. Sementara itu, apa yang dikatakan orang-orang zindiq dan ateis hanyalah pendustaan terhadap sesuatu yang tidak bisa mereka capai dengan ilmunya.

Ø  Masalah Keenam:

Allah I mengadakan dalam kehidupan dunia ini sesuatu yang amat menakjubkan, berkaitan dengan hal yang gaib. Di sana ada Jibril yang turun kepada Muhammad fJ dalam rupa seorang laki-laki, yang berdialog dengan beliau dengan menggunakan kata-kata yang dapat didengar beliau. Adapun orang-orang yang ada di dekat beliau sama sekali tidak bisa melihat dan mendengamya. Begitu pula yang dialami nabi-nabi lain. Terkadang, wahyu turun kepada beliau berupa gemerincing lonceng yang tidak dapat didengar orang lain di tempat itu.

Para jin juga berbicara dan berdialog dengan suara yang nyaring di sekitar kita sementara kita tidak dapat mendengamya. Para malaikat memukuli orang-orang kafir dengan cambuk, memukuli tengkuk mereka, dan mereka berteriak keras. Sementara itu, orang-orang muslim yang ada di sana juga tidak bisa melihat dan mendengar. Allah menyembunyikan banyak hal yang terjadi di dunia ini, padahal yang disembunyikan itu ada di antara mereka.

Jibril membacakan dan mengajarkan al-Qur' an kepada Rasulullah fJ sementara orang-orang yang hadir di ternpat itu sama sekali tidak dapat mendengar perkataan Jibril.

Jadi, bagaimana mungkin orang yang mengenal Allah dan menetapkan kekuasaan-Nya untuk menciptakan berbagai kejadian yang tidak bisa dilihat sebagian manusia sebagai hikmah dan rahmat dari-Nya? Hal itu terjadi karena mereka tidak mampu melihat dan mendengamya. Manusia terlalu lemah untuk mendengar dan menyaksikan siksa kubur. Banyak orang yang melihat siksa kubur dalam mimpi, menjadi pingsan tidak sadarkan diri, dan setelah itu ia hanya mampu bertahan hidup beberapa saat saja.

Ada pula di antara mereka yang bermimpi melihat sesuatu yang menyenangkannya dan setelah itu ia pun meninggal. Bagaimana mungkin mereka mengingkari hikmah Ilahi sehingga siksa dan kenikmatan kubur itu tidak dapat dilihat dengan mata kepala secara langsung?

Di antara manusia ada yang melihat air raksa di mata jenazah atau biji sawi lalu ia buru-buru menghindar darinya. Maka bagaimana mungkin Allah Yang Mahakuasa tidak mampu menciptakan semua itu? Bagaimana mungkin Dia tidak kuasa menjaga mata dan dadanya? Membandingkan urusan alam barzakh dengan apa yang terjadi di dunia hanya mencerminkan kebodohan dan kesesatan, pendustaan terhadap nabi dan rasul Allah yang paling benar dan melemahkan kekuasaan Rabbul 'alamin. Itu semua merupakan kebodohan dan kezaliman.

Jika memungkinkan bagi seseorang untuk mengetahui keluasan makam sekian hasta dan sebagian yang lain tidak mengetahuinya, bagaimana mungkin Rabbul 'alamin tidak dapat melapangkannya menurut kehendak-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Begitu pula dengan seseorang yang memungkinkan dapat mengetahui kesempitannya.

Rahasia keluasan dan kesempitan, kesejukan dan api, bukan termasuk sesuatu yang dapat disaksikan di alam ini. Allah hanya menampakkan kepada manusia di dunia ini, sesuatu yang ada di dunia ini. Adapun urusan akhirat sengaja disembunyikan-Nya dan ditutupi agar mereka tetap tenang berada di dunia dan agar iman menjadi sebab bagi kebahagiaan mereka.

Jika Allah mengizinkan manusia mengetahui perkara akhirat, tentu mereka bisa melihatnya dengan mata kepala secara langsung. Sekiranya manusia menggeletakkan jenazah di samping mereka dan tidak memakamkannya, hal ini tidak menghalangi malaikat untuk mendekatinya lalu mengajukan pertanyaan kepadanya tanpa diketahui orang-orang yang masih hidup di sekitamya.

Jenazah itu menjawab pertanyaan dua malaikat sementara orang lain tidak mendengar jawabannya. Ia dipukul dan mereka tidak mengetahuinya. Sebagai gambaran yang nyata, seseorang tidur berdampingan dengan temannya lalu ia bermimpi disiksa, dipukul, dan merasakan siksaan, tetapi temannya sama sekali tidak mengetahui apa yang dialaminya dalam mimpi. Bahkan, tidak jarang, pada tubuhnya terdapat bekas pukulan.

Di antara kebodohan yang paling besar adalah menganggap para malaikat tidak mampu menembus tanah dan batu. Padahal, Allah menjadikan tanah dan batu itu seperti udara bagi burung. Yang demikian itu terjadi karena qiyas yang salah dan menunjukkan pendustaan terhadap para rasul.

Ø  Masalah Ketujuh:

Tidak ada halangan bagi ruh untuk dikembalikan ke jenazah yang disalib, tenggelam, atau terbakar. Kita tidak bisa merasakan semua itu karena pengembalian ruh ke jasad ini termasuk proses yang tidak bisa dilihat. Jasad yang dingin dan diam itu memiliki ruh yang hidup. Kita tidak bisa merasakan kehidupannya. Orang yang anggota tubuhnya terpisah-pisah tidak menghalangi kembalinya ruh meskipun yang satu berjatuhan dengan yang lain. Setiap bagian bisa merasakan kenikmatan atau pun siksaan.

Bahkan, Allah juga menjadikan rasa pada benda-benda mati yang dapat bertasbih kepada-Nya, ada batu yang jatuh karena takut kepada-Nya, gunung yang bersujud, pohon yang bertasbih kepada-Nya, begitu pula kerikil dan air.

Allah SWT berfirman,

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka." (QS. Al-Isra': 44)

Sekiranya tasbih itu hanya sekadar pembuktian terhadap Penciptanya, tidak akan dikatakan: "Tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." Setiap orang yang berakal tentu mengetahui pembuktiannya tentang Penciptanya.

Allah SWT berfirman,

"Sungguh Kamilah yang menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama ia (Daud) pada waktu petang dan pagi." (QS. Shad: 18)

Pembuktian tentang Sang Pencipta tidak terbatas hanya dengan dua waktu ini saja.

Allah SWT berfirman,

"Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepadaAllah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata, dan banyak di antara manusia?" (QS. Al-Hajj: 18)

Pembuktian tentang Pencipta tidak dikhususkan pada kebanyakan manusia.

Allah SWT berfirman,

 "Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing­ masing sungguh telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih." (QS. An-Nur: 41)

Itu merupakan shalat dan tasbih hakiki yang hanya diketahui oleh Allah meskipun orang-orang yang bodoh dan pendusta tidak memercayainya. Allah SWTtelah mengabarkan tentang bebatuan, yang sebagian berpindah dari tempatnya dan sebagian lain jatuh dari tempatnya karena takut kepada Allah.

Allah juga mengabarkan tentang bumi dan langit yang keduanya meminta izin kepada-Nya agar dapat mendengar firman-Nya, dan Allah juga berfirman kepada bumi dan langit sehingga keduanya bisa mendengar firman-Nya dan juga menjawabnya.

 

Allah SWT berfirman kepada bumi dan langit,

 "Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa." (QS. Fushshilat: 11)

Para sahabat pemah mendengar tasbih makanan ketika ia dimakan, mereka juga mendengar rintihan pangkal pohon yang kering di dalam masjid. Jika di dalam benda semacam ini ada rasa, benda yang di dalamnya ada ruh jauh lebih layak untuk merasakan.

Allah SWT telah memberikan kesaksian kepada manusia di dunia ini tentang pengembalian kehidupan yang sempurna ke jasad, yang sebelumnya telah ditinggalkan ruhnya, sehingga jasad itu berjalan, makan, minum, menikah, dan beranak pinak.

Allah SWT berfirman,

"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya sedang jumlahnya ribuan karena takut mati? Lalu Allah berfirman kepada mereka: 'Matilah kamu!' Kemudian Allah menghidupkan mereka." (QS. Al-Baqarah: 243)

''Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, ia berkata: 'Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?' Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya: 'Berapa lama engkau tinggal (di sini)?' Ia (orang itu) menjawab: ''Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari." (QS. Al-Baqarah 259)

Begitu pula orang yang terbunuh dari Bani Israil atau seperti orang-orang yang berkata kepada Musa, "Sekali-kali kami tidak akan beriman kepadamu sehingga kami melihat Allah secara nyata." Kemudian Allah mematikan mereka dan setelah itu menghidupkan mereka kembali setelah dimatikan.

Begitu pula Ashabul Kahfi dan kisah Ibrahim tentang empat burung. Jika Allah mampu mengembalikan kehidupan yang sempuma ke dalam jasad yang sudah beku karena mati maka bagaimana mungkin kekuasaan-Nya yang tak terbatas itu dapat dihalangi untuk mengembalikan kehidupan ke jasad yang telah mati. Suatu kehidupan lain, sehingga ia bisa diminta untuk berbicara, disiksa, atau diberi kenikmatan karena amal-amalnya?

Pengingkaran terhadap hal ini merupakan pendustaan dan pengingkaran.

Ø  Masalah Kedelapan:

Harus diketahui bahwa siksa kubur dan kenikmatannya merupakan sebutan lain dari siksa alam barzakh dan kenikmatannya yang keberadaannya antara kehidupan dunia dan akhirat.

Allah SWT berfirman,

"Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.» (QS. Al-Mu'minun: 100)

Alam barzakh dihuni oleh orang-orang yang mendiaminya antara dunia dan akhirat, yang disebut pula dengan kenikmatan atau siksa kubur, taman surga atau lubang api neraka, tergantung dari keadaan makhluk.

Orang yang disalib, tenggelam, terbakar, dimakan binatang buas juga mendapatkan siksa atau kenikmatan kubur, sesuai dengan amalnya, meskipun sebab-sebab kenikmatan dan siksa ini bermacam-macam.

Orang-orang pada zaman dahulu beranggapan bahwa jika jenazah seseorang dibakar dan menjadi abu, lalu sebagian abunya dibuang di laut dan sebagian lain dibuang di daratan pada saat angin berhembus kencang maka ia bisa selamat dari siksa kubur. Karena itu seseorang berwasiat kepada keluarganya untuk membakar jasadnya jika sudah meninggal dunia.

Akan tetapi, Allah memerintahkan kepada lautan untuk menghimpun debu- debu itu dan memerintahkan hal yang sama kepada daratan.

Kemudian Allah berfirman, "Berdirilah!"

Maka orang itu pun berdiri di hadapan Allah.

Allah bertanya, "Apa yang mendorongmu berbuat seperti itu?"

Ia menjawab, "Karena takut kepada-Mu wahai Rabb-ku dan Engkau lebih tahu tentang hal ini."

Siksa dan kenikmatan alam barzakh tidak akan luput pada bagian-bagian jasad. Meskipun jasadnya digantung di pucuk pepohonan, tentu ia tetap mendapatkan siksa atau kenikmatan alam barzakh. Meskipun jasad orang yang saleh dimakamkan di tumpukan bara api, ia tetap merasakan kenikmatan alam barzakh karena Allah menjadikan api itu dingin dan keselamatan baginya. Semua unsur alam tunduk kepada Penciptanya dan Dia bisa membaliknya menurut kehendak-Nya, dan tidak ada sesuatu pun yang mampu membangkang dari-Nya jika Allah sudah menghendaki.

Semua tunduk kepada kehendak-Nya dan patuh pada kekuasaan-Nya. Siapa yang mengingkari hal ini, berarti ia mengingkari Rabbul 'alamin, kufur, dan meng­ ingkari Rububiyah-Nya.

Ø  Masalah Kesembilan:

Kematian merupakan tempat kembali dan kebangkitan yang pertama. Sebab Allah menjadikan dua tempat kembali dan dua kebangkitan bagi anak Adam yang pada masing-masing ada pembalasan menurut kebaikan dan keburukan amalnya.

Kebangkitan pertama ialah terpisahnya ruh dari jasad lalu ia menuju tempat pembalasan yang pertama. Kebangkitan yang kedua ialah hari ketika Allah mengembalikan semua ruh ke jasadnya dan membangkitkannya dari kubur untuk ke neraka atau ke surga.

Ini merupakan fase pengumpulan yang kedua. Hal ini telah disebutkan di dalam hadis sahih: "Hendaklah engkau beriman pada kebangkitan yang akhir." Kebangkitan yang pertama tidak dipungkiri manusia meskipun banyak yang mengingkari pemberian balasan berupa kenikmatan dan siksaan di dalamnya.

Allah telah menyebutkan dua kebangkitan ini, yaitu shughra (kecil) dan kubra (besar), di dalam surah al-Mu'minun, al-Waqi'ah, al-Qiyamah, al-Fajr, al-Muthaffifin, dan lain-lainnya. Sudah menjadi keadilan dan kuasa Allah karena menjadikannya sebagai tempat untuk memberikan balasan kepada orang yang berbuat kebaikan dan keburukan.

Namun, pemenuhan balasan terjadi pada kebangkitan yang kedua di tempat yang abadi, sebagaimana firman-Nya:

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu." (QS. .Ali-'lmran: 185)

Telah ditetapkan keadilan Allah, kesempurnaan, dan kesucian-Nya untuk memberikan kenikmatan kepada jasad para wali-Nya dan ruh mereka, menyiksa jasad musuh-musuh-Nya dan ruh mereka. Jasad dan ruh orang yang taat akan merasakan kenikmatan dan kesenangan yang disesuaikan dengan keadaannya. Jasad dan ruh orang jahat dan durhaka akan mendapat siksaan dan penderitaan.

Ini merupakan cermin keadilan, hikmah, dan kesempurnaan Allah. Pasalnya, dunia ini merupakan tempat pembebanan kewajiban dan ujian, bukan tempat pembalasan maka semua itu tidak tampak di sini.

Adapun alam barzakh merupakan awal tempat pemberian balasan, yang sebagian di antaranya tampak sesuai dengan tempat itu dan menurut hikmah Allah. Siksa alam barzakh dan kenikmatannya merupakan awal siksa dan kenikmatan akhirat, yang juga diambilkan dari sana dan sampai kepada siapa pun yang ada didalamnya. Hal ini telah dijelaskan di dalam al-Qur'an dan sunnah sahih serta yang jelas maknanya, seperti sabda Rasulullah • tentang orang mukmin yang taat, "Maka dibukakan pintu surga baginya lalu didatangkan kepadanya dari karunia dan kenikmatannya." Adapun tentang orang yang buruk, beliau bersabda, "Maka dibukakan pintu neraka baginya, lalu didatangkan kepadanya dari panas dan racunnya." Dapat diketahui secara pasti bahwa jasad mengambil bagian ketika memasuki pintu ini sebagaimana ruh yang mengambil bagiannya.

Pada hari Kiamat, setiap orang masuk dari pintu itu dan duduk di tempat duduk yang ada di dalamnya, entah di neraka ataupun di surga. Dua pintu ini bisa sampai kepada hamba selagi ia masih berada di dunia ini.

Banyak orang yang bisa merasakan pengaruh ini meskipun mereka tidak tahu sebabnya dan tidak bisa mengungkapkannya. Adanya sesuatu yang tidak bisa ditangkap indra dan tidak bisa diungkapkan ini akan terlihat nyata setelah seseorang sampai ke pintunya. Ketika ia dibangkitkan, pengaruh itu semakin sempurna lagi.

Begitulah hikmah Allah yang diatur dengan pengaturan yang sempuma.

 

 

0 Comment