MUQADDIMAH SEPUTAR HATI
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang jika ia
baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan Jika ia buruk, maka buruklah seluruh
tu buhnya, ia adalah hati.” (Muttafaq Alaih)
Hati yang sakit dipenuhi penyakit yang bersarang di dalamnya,
se- perti riya’, hasad, dengki, hasrat ingin dipuji, sombong, tamak, ghibah dan
penyakit-penyakit hati lainnya. Orang yang hatinya sakit akan sulit bersikap
jujur atas apapun yang tampak di depannya, dan kepada sia- papun yang memiliki
kelebihan darinya. Ketika melihat orang sukses, timbul iri dengki. Ketika
mendengar kawannya mendapatkan karunia rezeki, akan timbul di dalam hatinya
perasaan resah dan gelisah yang berujung akan menjadi benci kepada temannya
tersebut.
Hati yang mati adalah hati yang sepenuhnya dikuasai oleh hawa
naf- su, sehingga ia terhijab dari mengenal Allah Ta’ala.
Sesuatu yang ada tentu ada sebabnya. Begitu juga dengan hati
yang mati, tentu ada sebab-sebab yang membuat hati menjadi mati. Hati yang mati
[qaswah alqalb] merupakan penyakit berbahaya yang terjadi de- ngan sebab-sebab
tingkah laku pemiliknya. Di antara sebab-sebab keras atau matinya hati adalah:
1.
Ketergantungan
hati kepada dunia serta melupakan akhirat.
Orang yang terlalu mencintai dunia melebihi akhirat, maka
hati- nya akan tergantung terhadapnya, sehingga lambat laun keima- nan menjadi
lemah dan akhirnya merasa berat untuk menjalankan ibadah.
2. Lalai.
Lalai merupakan penyakit yang berbahaya apabila telah
menjalar di dalam hati dan bersarang di dalam jiwa. Karena akan berakibat
anggota badan saling mendukung untuk menutup pintu hidayah, sehingga hati
akhirnya menjadi keras dan terkunci.
Orang yang lalai adalah mereka yang memiliki hati yang keras
membatu, tidak mau lembut dan lunak, dan tidak mempan dengan berbagai nasehat.
Hati yang keras bagaikan batu atau bahkan lebih keras lagi. Karena mereka punya
mata, namun tak mampu melihat kebenaran dan hakikat setiap perkara.
Allah Ta’ala berfirman, ”Mereka itulah orangorang yang hati, pen dengaran dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah. Mereka itu lah orangorang yang lalai.” (QS. An-Nahl: 108)
3.
Kawan
yang buruk.
Kawan yang buruk merupakan salah satu sebab terbesar yang
mem- pengaruhi kerasnya hati dan jauhnya seseorang dari Allah Ta’ala. Orang
yang hidupnya di tengah-tengah manusia yang banyak ber- kubang dalam
kemaksiatan dan kemungkaran, tentu akan terpe- ngaruh. Sebab, teman yang buruk
akan berusaha menjauhkannya dari keistiqamahan dan menghalanginya dari mengingat
Allah Ta ’ala, menjalankan shalat, dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, Allah
Ta’ala memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk bergaul de- ngan orang-orang
shalih, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya, “Dan bersabarlah kamu
bersamasama dengan orangorang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keri dhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)
4.
Terbiasa
dengan kemaksiatan dan kemungkaran.
Dosa merupakan penghalang seseorang untuk sampai kepada Allah
Ta’ala. Dosa merupakan penghalang perjalanan dan membalikkan arah perjalanan
yang lurus. Kemaksiatan meskipun kecil, terkadang memicu terjadinya bentuk
kemaksiatan lain yang lebih besar. Maka, melemahlah kebesaran dan keagungan
Allah di dalam hati, dan melemah pula jalannya hati menuju Allah dan kampung
akhirat, se- hingga menjadi terhalang dan bahkan terhenti. Rasulullah Shallal
lahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya apabila seorang mukmin
melakukan dosa, berarti
ia telah memberi
setitik noda hi tam pada hatinya. Jika ia
bertaubat, tidak meneruskan
(perbuatan dosa) dan memohon
ampunan, maka hatinya
kembali berkilau. Akan tetapi,
jika ia berulangulang melakukan hal itu, maka akan bertambah pula noda hitam
yang menutupi hatinya, dan itulah
“arRân”, sebagaimana yang
telah difirmankanNya, “Sekalikali tidak (demikian), sebenarnya
apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifiîn:
14)” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ahmad)
5.
Berpaling
dari mengingat Allah Ta’ala.
Akibat lalai dari mengingat Allah karena kesibukan yang
meneng- gelamkan manusia dalam urusan dan kenikmatan dunia yang fana ini, maka
kematian, sakaratul maut, siksa kubur bahkan seluruh per- kara akhirat baik
berupa adzab, nikmat, timbangan amal, mahsyar, shirath, surga dan neraka, semua
telah hilang dari ingatan dan ha- tinya.
Memang tidak ada larangan membicarakan permasalahan dan uru-
san dunia, namun tenggelam dan menghabiskan waktunya hanya untuk urusan
tersebut menjadikan hati keras, karena hilangnya hati dari berzikir kepada
Allah. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini, hakekatnya hatinya sudah
mati sebelum kematian menjemputnya. Rasulullah pernah bersabda, “Perumpamaan
orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak berdzikir seperti perumpamaan
orang yang hidup dan yang mati.” (Muttafaq Alaih)
Orang yang hatinya sakit hari-harinya dipenuhi dengan
kesombo- ngan terhadap Allah, sama sekali ia tidak mau beribadah kepada-Nya,
juga tidak mau menjalankan perintah dan apa-apa yang diridhai-Nya. Hati model
seperti ini selalu ada dan berjalan bersama hawa nafsu dan keinginannya,
walaupun sebenarnya hal itu dibenci dan dimurkai Allah. Ia sudah tak peduli,
apakah Allah ridha kepadanya atau tidak? Sungguh, ia telah berhamba kepada
selain Allah. Jika mencintai sesuatu, ia men- cintainya karena hawa nafsunya.
Begitu pula jika ia menolak atau mem- benci sesuatu juga karena hawa nafsunya.
Adapun hati yang baik dan sehat adalah hati yang hidup,
bersih, penuh ketaatan dengan cahaya terangnya. Atau hati yang terbebas dan
selamat dari berbagai macam sifat tercela, baik yang berkaitan dengan Allah
maupun yang berkaitan dengan sesama manusia dan makhluk Allah di alam semesta
ini.
Hati yang bertambah cahayanya akan kembali kepada Allah,
cinta kepada ketaatan, dan benci maksiat. Dengan iman kepada Allah, melak-
sanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya akan menambah cahaya hati.
Dengan kekufuran dan maksiat akan menambah gelapnya hati. Sehingga akan suka
maksiat dan benci ketaatan kepada Allah.
Sungguh, kenikmatan itu akan mendatangkan kerinduan. Orang
yang merasakan kelezatan iman akan rindu untuk menyempurnakan iman dan amal
shalih, akan merasakan kenikmatan beribadah kepada Allah, akan nampak
cabang-cabang keimanan dalam kehidupannya, se- hingga Allah akan mencintainya,
dan yang ada di langit dan bumi juga akan turut cinta dan menerimanya.
Karenanya, sangat penting bagi kita menjaga hati agar tetap
selalu konsisten dalam ridha dan petunjuk Allah. Karena seringkali kita mela-
laikan hal-hal kecil yang tanpa kita sadari telah menggerogoti kekuatan hati
yang merupakan sumber berprilaku, sehingga hati kita sangat sulit untuk menjadi
sehat.
0 Comment