Artikel, Tulisan, Makalah, Jurnal, zilfaroni,web.id

01 Juli 2023

Setelah Ruh Berpisah dari Jasad, Apa yang Membedakan antara satu dan yang Lainnya hingga       Dapat Bertemu dan Saling Mengenal? Apakah Ia Akan Membentuk Rupa Tertentu atau Bagaimana dengan Keadaannya?

        PERKARA INI HAMPIR tidak pernah didapatkan, baik dalam buku kecil maupun buku besar. Apalagi ada pembahasan yang dilandaskan pada dasar-dasar orang yang mengatakan bahwa ruh itu terlepas dari materi alam dan kaitan-kaitannya, yang katanya tidak masuk dalam alam ini atau di luar alam ini, tidak memiliki bentuk, nilai, dan diri.

Pertanyaan ini tentu tidak akan bisa terjawab jika dilandaskan pada dasar­ dasar yang mereka letakkan. Begitu juga orang-orang yang mengatakan bahwa ruh ini hanya sekadar jiwa yang ada di jasad, yang bisa dibedakan dengan lainnya berdasarkan ciri-ciri jasad. Adapun setelah mati, tidak ada perbedaan pada ruh, bahkan tidak ada wujudnya sama sekali. Ruh itu hilang dan lenyap begitu saja berdasarkan punahnya jasad, seperti lenyapnya semua sifat kehidupan.


Pertanyaan ini tidak bisa dijawab, kecuali berlandasakan dasar-dasar Ahlus­ sunnah wal Jama'ah yang disandarkan pada dalil-dalil al-Qur'an, sunnah, atsar, i'tibar, dan akal. Dapat dikatakan bahwa ruh itu dapat berdiri sendiri, naik dan turun, bersatu dan berpisah, keluar, pergi dan datang, bergerak dan diam. Ada ratusan dalil yang menyebutkan hal ini, seperti yang telah dipaparkan dalam kitab yang tebal tentang bagaimana mengenal ruh dan jiwa. Telah dijelaskan tentang kebatilan pendapat yang tidak sama dengan pendapat ini dari berbagai sisi. Demikian juga, siapa yang mengatakan selainnya, berarti ia tidak mengenal dirinya.


Allah SWT telah menyifati ruh dengan keluar, masuk, menggenggam, mati, kembali, naik ke langit, membukakan langit untuknya dan menutup langit darinya.

Allah SWT berfirman,

"(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakratulmaut sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata): 'Keluarkanlah nyawam u'.  (QS. Al-An'am: 93)

Allah SWT juga berfirman,


"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku. 11 (QS. Al-Fajr: 27-30) Ini dikatakan kepada ruh ketika keluar dari jasadnya.

Allah SWT berfirman,


"Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya) maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. 11 (QS. Asy-Syams: 7-8)


Allah mengabarkan bahwa Dia telah menyempurnakan ciptaan ruh sebagaimana Dia telah menyempurnakan ciptaan jasad, seperti dalam firman-Nya: "Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. 11 (QS. Al-Infithar: 7)


Allah menyempurnakan penciptaan ruh manusia sebagaimana Dia menyem­ purnakan ciptaan jasadnya. Bahkan, Dia menyempurnakan jasad manusia layaknya wadah bagi jiwanya. Kesempurnaan jasad mengikuti kesempurnaan jiwa. Jasad merupakan  tempat bagi jiwa sebagaimana  wadah menjadi tempat bagi yang ada di dalamnya.


Dari sini, dapat diketahui bahwa jiwa atau ruh membentuk rupa tertentu di dalam jasad, yang membedakan dengan lainnya. Ia berpengaruh dan berpindah dari jasad sebagaimana jasad juga bisa mempengaruhi dan beralih dari ruh itu. Jasad yang baik dan buruk memperoleh hasil dari kebaikan dan keburukan ruh. Begitu pun ruh yang baik dan buruk memperoleh hasil dari kebaikan dan keburukan jasad. Sesuatu yang paling kuat kaitan, kesesuaian, korelasi, dan pengaruhnya terhadap yang lain adalah ruh dan jasad.


Oleh karena itu, dikatakan ketika ruh berpisah dari jasad, "Keluarlah wahai jiwa yang tenang, yang dulunya berada di dalam jiwa yang baik, dan keluarlah wahai jiwa yang buruk, yang dulunya ada di jasad pula."

Allah SWT berfirman, 

"Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika ia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan." (QS. Az-Zumar: 42)


Allah SWTll memberikan kepada jiwa sifat ditahan dan dilepas sebagaimana ia diberi sifat dikeluarkan, dimasukkan, dikembalikan, dan disempurnakan.

Nabi bersabda, "Sesungguhnya, pandangan orang yang meninggal itu mengikuti jiwanya ketika ia diwafatkan." (HR. Muslim, Ahmad, dan lbnu Majah)


Beliau juga bersabda, "Sesungguhnya, seorang malaikat menahannya lalu diambil oleh para malaikat yang lain. Dari ruh itu tercium bau harum seperti embusan kesturi yang ada di muka bumi atau tercium bau busuk seperti bau bangkai yang ada di muka bumi." (HR. Ahmad)


Nyawa tidak berbau, tidak bisa dipegang, dan tidak bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Beliau mengabarkan, "Ruh itu naik ke langit dan setiap malaikat yang ada di antara langit dan bumi berdoa kepada Allah untuk ruh itu. Pintu-pintu langit dibukakan bagi jiwa itu lalu ia naik dari satu langit ke langit lain hingga tiba di langit yang di sana Allah berada. Ruh itu diletakkan di hadapan-Nya lalu Dia memerintahkan agar namanya ditulis dalam buku para penghuni Illiyyin atau dalam buku orang-orang yang durhaka kemudian ia dikembalikan ke bumi. Ruh orang kafir itu dilempar dengan satu kali lemparan dan ia masuk ke dalam kuburnya bersama jasad untuk menghadapi pertanyaan." (HR. Ahmad)


Beliau juga mengabarkan bahwa ruh orang mukmin terbang hingga hinggap di pohon dalam surga lalu dikembalikan Allah ke jasadnya. Beliau juga mengabarkan bahwa ruh para syuhada berada di dalam tubuh burung yang berwarna hijau, hilir mudik di sungai-sungai surga dan memakan buah-buahannya. Rasulullah juga mengabarkan bahwa ruh itu mendapatkan kenikmatan dan azab di alam barzakh hingga datangnya hari Kiamat.

Allah SWTll menerangkan tentang ruh kaum Firaun bahwa mereka diperlihatkan

neraka setiap pagi dan petang sebelum tiba hari Kiamat. Adapun ruh para syuhada hidup di sisi Rabb mereka dalam keadaan mendapatkan rezeki. Itulah kehidupan ruh mereka dan rezeki mereka yang terus mengalir.


Rasulullah menafsirkan kehidupan ini dalam sabdanya: "Sesungguhnya, ruh mereka berada di dalam seekor burung yang berwarna hijau, yang memilki pelita-pelita, tergantung di Arsy, beterbangan di surga menurut keadaannya. Kemudian burung itu hingga di pelita-pelita tersebut. Seraya bertanya: 'Apakah kalian menghendaki sesuatu?' Mereka menjawab: 'Apalagi yang kami kehendaki sementara kami beterbangan di surga sesuka kami?' Allah menanyakan hal ini hingga tiga kali. Ketika mereka menyadari bahwa sekali-kali mereka tidak dibiarkan untuk meminta, mereka pun berkata: 'Kami ingin agar ruh kami dikembalikan ke jasad kami agar kami bisa berperang di jalan-Mu sekali lagi'."


Disebutkan pula di dalam riwayat sahih bahwa  ruh para syuhada berada di atas seekor burung yang berwarna hijau, bergantung pada buah surga. Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah   bersabda, "Ketika saudara kalian terbunuh di Uhud, Allah meletakkan ruh mereka dalam tubuh seekor burung yang berwarna hijau, menempati sungai-sungai surga, memakan buah-buahannya, hingga di pelita-pelita dari emas di bawah lindungan Arsy. Ketika mereka mendapatkan tempat minum, tempat makan, dan tempat tidur yang bagus, mereka berkata: 'Sekiranya saudara kita mengetahui apa yang telah diperbuat Allah kepada kita, tentulah mereka tidak akan menghindar dalam jihad dan tidak melarikan diri dari peperangan.'Allah berfirman: 'Aku menyampaikan kepada mereka tentang kalian.' Lalu Allah menurunkan ayat kepada Rasul-Nya: 'Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah SWTtu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki'. 11 (QS. .A.li-'lmran: 169)


Hadis ini diriwayatkan Ahmad, yang secara jelas menunjukkan bahwa ruh itu makan, minum, bergerak, berpindah-pindah, dan berbicara. Perkara ini akan dijelaskan lebih lanjut.

Begitulah keadaan ruh setelah berpisah dari jasad yang perbedaannya lebih nyata daripada perbedaan jasad yang satu dengan yang lainnya dan kesamaannya lebih jauh daripada kesamaan jasad yang satu dengan jasad yang lain. Boleh jadi, ada keserupaan di antara beberapa jasad, tetapi hal ini jarang terjadi pada ruh.


Hal ini dapat dijelaskan bahwa kita tidak melihat kesamaan jasad para nabi, sahabat, dan imam. Mereka adalah yang memiliki ilmu jauh lebih hebat dari ilmu kita, dan kelebihan ini tidak sekadar karena kelebihan jasad mereka semata.


Sebagaimana yang telah disampaikan bahwa jasad di antara mereka pun memiliki kekhususan daripada jasad sebagian yang lain. Namun, kelebihan yang kita lihat adalah karena sifat-sifat ruh mereka dan apa yang dilakukan ruh itu. Kelebihan satu ruh dengan ruh yang lain karena sifat-sifatnya, jauh lebih besar daripada kelebihan satu jasad dengan jasad lainnya karena sifat-sifat yang dimilikinya.


Bukanlah kita melihat bahwa jasad orang mukmin dengan orang kafir hampir serupa? Namun, ruh antara keduanya sangat berbeda. Atau mungkin, kita melihat anak kembar yang sangat sulit untuk dibedakan antara keduanya, tetapi sifat ruh masing-masing sangat berbeda. Apabila ruh ini sudah berpisah dari ruh masing­ masing, perbedaannya akan semakin tampak jelas.


Apabila memerhatikan keadaan beberapa jiwa dan jasad, tentu kita akan melihat dengan mata kepala sendiri. Kita hampir tidak melihat jasad yang buruk dan bentuk yang jelek, melainkan kita melihatnya juga tersusun dari jiwa yang buruk pula, sesuai dengan bentuk dan rupanya itu. Jarang sekali kita melihat cacat di jasad, melainkan di dalamnya, ruhnya juga ada cacat yang serupa. Karena itu, banyak para peramal yang meramal berdasarkan pada bentuk dan keadaan tubuh dan ramalannya itu jarang yang meleset. Banyak riwayat yang dikisahkan oleh asy-Syafi'i tentang hal ini. Sebaliknya, kita jarang melihat bentuk dan rupa yang menawan serta susunan tubuh yang lembut, melainkan kita juga mendapatkan ruh yang menawan pula pada susunan tubuh itu, sesuai dengan keadaannya, asalkan hal ini tidak dibuat menjadi hal yang sebaliknya karena pengaruh pemahaman dan kebiasaan.

 

0 Comment