13 Mei 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Materi dan metode merupakan bagian dari operasional pendidikan yang memegang peranan penting guna tercapainya tujuan pendidikan. Berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan terutama guru, selalu dituntut untuk menguasai dan memahami materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Selain itu, guru hendaknya menguasai berbagai metode pengajaran yang variatif dalam penyampaian materi pelajaran sehingga para peserta didik dengan mudah dapat menerima, mencerna, mengolah dan memahami isi dan substansi dari materi tersebut.
Sampai saat ini, para pemikir pendidikan masih merumuskan materi-materi Pendidikan Agama Islam yang dianggap mampu mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam yang berasal dari sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Hal ini terkait dengan salah satu fungsi pendidikan yaitu menumbuh kembangkan nilai-nilai insaniah dan ilahiah pada subyek didik dan satuan sosial masyarakat. Nilai-nilai insaniah merupakan nilai-nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia. Sedangkan nilai-nilai ilahiah merupakan nilai-nilai yang dititahkan Tuhan melalui para rasul seperti taqwa, iman, adil dan sebagainya.
Nilai adalah kadar, banyak sedikit isi, kualitas. Nilai adalah hal-hal atau sifat-sifat yang bermanfaat atau penting untuk kemanusiaan.
Nilai merupakan sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai. Nilai secara praktis merupakan sesuatu yang dianggap bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang pendidikan, nilai memiliki arti membentuk yaitu nilai usaha pendidik yang dapat meningkatkan kemampuan, prestasi dan pembentukan watak (character building) peserta didik.
Agar nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Islam dan termaktub dalam materi tersebut dapat diinternalisasikan kepada peserta didik, maka dibutuhkan suatu metode pengajaran yang efektif dan efisien. Metode pengajaran Pendidikan Agama Islam yang masih dilakukan cenderung konvensional-tradisional serta monoton. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan karena sejauh apapun materi dapat dikuasai guru tanpa disampaikan dengan metode yang jitu akan berakibat pada hasil belajar yang kurang maksimal.
Dengan adanya permasalahan tentang materi dan metode, masih perlu kiranya pengkajian dan pengembangan keduanya (materi dan metode), agar memperoleh hasil pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu cara yang dapat ditempuh dengan mengkaji dari media komunikasi yang efektif dan kondusif serta dapat diterima dengan mudah oleh khalayak masyarakat, yaitu film. Harus diakui bahwa film menduduki posisi strategis yang secara disadari atau tidak, dapat mempengaruhi jiwa seseorang terutama dikalangan anak-anak dan remaja. Sangat dimungkinkan ekses yang dihasilkan dari tontonan film tidak hanya berhenti di situ saja, namun akan terus terbawa dan bukan hanya menghasilkan fantasi bahkan dapat menjadi sugesti dari film tersebut.
Adapun dalam penelitian ini akan dikaji materi dan metode dari film Kiamat Sudah Dekat (KSD) yang disutradarai oleh Deddy Mizwar. Dalam film tersebut, materi Pendidikan Agama Islam dikemas secara ringan dan lugas, antara lain materi keimanan, ibadah dan akhlak. Materi ibadah dan akhlak memiliki porsi yang lebih banyak serta disampaikan dengan metode-metode yang tepat sasaran.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam isi cerita film Kiamat Sudah Dekat?
2. Apa dan bagaimana materi dan metode Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam film Kiamat Sudah Dekat?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian.
a. Untuk mengetahui cerita yang mengandung nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD).
b. Untuk mengetahui materi dan metode Pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD).
2. Kegunaan Penelitian.
a. Dapat memberikan kontribusi pemikiran berupa pertimbangan dalam meningkatkan kualitas dan efektivitas pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.
b. Dapat dijadikan pertimbangan bagi pendidik dalam memilih strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pemberdayaan media film yang bertemakan pendidikan agama khususnya.
D. Kajian Pustaka
Sampai saat ini penulisan ilmiah mengenai nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (Materi dan Metode) dalam sebuah film masih jarang dibahas, terutama di Fakultas Tarbiyah. Namun setidaknya pernah terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ali Muhsi yang berjudul Film Petualangan Sherina (Kajian Terhadap Isi dan Metode dari Sudut Pandang Pendidikan Agama Islam). Dalam skripsi tersebut dibahas mengenai konsep pembuatan dan gambaran umum dari film tersebut, Film sebagai media Pendidikan Agama Islam, muatan dan metode pendidikan serta kelebihan dan kelemahan film Petualangan Sherina.
Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut adalah adanya muatan pendidikan tentang keimanan dan akhlak serta metode pendidikan yaitu metode keteladanan, tanya jawab, nasehat atau mauidzah serta karyawisata dan demonstrasi.
Namun untuk judul film dan tema yang serupa dengan apa yang penulis bahas, sejauh yang penulis ketahui belum ada penelitian yang mengangkat persoalan dan muatan-muatan serta metode-metode yang terkandung di dalam film tersebut (Kiamat Sudah Dekat).
Pendidikan Islam dalam era globalisasi ini menghadapi tantangan terutama moral sosial, yaitu kegiatan penataan kehidupan yang paling baik, yang seharusnya dialami oleh generasi muda agar mampu menghadapi masa depan dengan integritas yang tangguh. Pendidikan Islam diharapkan mampu membina pribadi muslim yang kreatif dan berintegritas tinggi sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.
Dari permasalahan di atas dibutuhkan strategi Pendidikan Islam yang tersusun secara terencana dan sistematis untuk menginformasikan, mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islami agar dapat membentuk kepribadian muslim seutuhnya. Peserta didik harus dibekali dengan materi-materi yang relevan dengan kebutuhannya sebagai individu, makhluk sosial dan makhluk beragama sehingga lahirlah masyarakat yang beriman, takwa, berbudi luhur, cerdas, terampil dan bertanggung jawab. Perilaku seseorang merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang telah diyakini dalam jiwa masing-masing yang kemudian berusaha diwariskan manusia melalui pendidikan.
Adapun unsur-unsur pokok materi Pendidikan Agama Islam berkaitan erat dengan unsur atau nilai ajaran Islam yaitu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Unsur-unsur tersebut adalah Akidah (Iman), Syari’ah dan Akhlak. Akidah merupakan akar atau pokok agama. Syari’ah merupakan sistem aturan (norma) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah SWT diatur dalam ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji), sedangkan hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosiologi, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olah raga/kesehatan dan lain-lain) yang dilandasi akidah yang kokoh.
Secara global, metode menyangkut nilai-nilai yang akan ditegakkan, seperti nilai mata pelajaran, sikap dan karakter yang akan dibangun, pengaruh kehidupan, nilai-nilai masyarakat dan semua masalah yang berkaitan dengan situasi khusus atau tertentu.
Metode pengajaran harus dapat mengelola pengajaran yang tidak material-oriented (penekanan pada perolehan materi) namun penekanannya terhadap process-oriented (penekanan pada keterampilan proses). Dalam proses pendidikan Islam, metode yang tepat guna diartikan jika di dalamnya mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik serta sejalan dengan materi pelajaran. Dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.
Secara psikologis, penerapan metode Pendidikan Agama Islam harus mempertimbangkan kemampuan peserta didik dalam menerima, menghayati dan mengamalkan ajaran agama sesuai dengan usia, bakat dan lingkungan hidupnya. Zakiah Daradjat juga menyatakan bahwa peserta didik hanya dapat digerakkan jika metode tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan/kematangan peserta didik.
Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik terdapat beberapa pendapat, yaitu:
1. Aliran Nativisme.
Perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya. Sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa atau biasa disebut “pesimisme pedagogis”. Tokoh aliran ini adalah Arthur Schonpenhauer (1788-1860), seorang filosof Jerman.
2. Aliran Empirisme.
Tokoh utamanya adalah John Locke (1632-1704). Doktrin alirannya adalah “tabula rasa” yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
3. Aliran Konvergensi.
Aliran ini menggabungkan arti pentingnya hereditas (pembawaan)dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utamanya adalah Louis William Slern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Berdasarkan aliran-aliran yang berhubungan dengan proses perkembangan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan peserta didik pada dasarnya terdiri atas 2 faktor, yaitu:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri. Faktor ini meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
2. Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau berasal dari luar diri peserta didik yang meliputi lingkungan (khususnya pendidik) dan pengalaman berinteraksi peserta didik tersebut dengan lingkungannya.
Kematangan dapat diartikan sebagai kesiapan (readyness) dan kesediaan untuk melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan di dalam perkembangan psikis (mental) seorang anak. Kematangan merupakan kemudahan untuk melakuakan suatu pekerjaan pada saat peserta didik berada dalam masa perkembangan atau sebelum dewasa.
Dengan mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik, diharapkan materi-materi Pendidikan Agama Islam yang hendak disampaikan dapat diterima, dicerna dan diolah dengan baik. Adapun dalam isi cerita film Kiamat Sudah Dekat (KSD) diperuntukkan bagi anak-anak usia remaja. Di dalamnya terdapat materi-materi yang hendak disampaikan dengan metode-metode yang mampu mengarahkan motivasi belajar menjadi pemenuhan belajar lebih dari yang dikehendakinya.
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. E.L. Kelly mengatakan bahwa dalam masa remaja, seseorang mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Keadaan pribadi, sosial dan moral remaja akhir berada dalam periode yang kritis ataau critical period. Individu memiliki kepribadian tersendiri yang akan menjadi pegangan (falsafah hidup) dalam alam kedewasaan.
Proses perkembangan masa remaja lazimnya dimulai usia 12-21 tahun pada wanita dan 13-22 tahun pada pria atau anak usia SLTP dan SLTA. Film Kiamat Sudah Dekat (KSD) sendiri merupakan film yang baik untuk perkembangan anak usia remaja. Hal ini disebabkan sifat dari masa perkembangannya yang independen dalam menentukan sikap dan keinginan untuk memecahkan persoalan-persoalannya sendiri. Alangkah baiknya apabila isi film ini disampaikan dan dengan bimbingan guru mata pelajaran agama yang berkaitan.
E. Metode Penelitian
1. Metode Penentuan Obyek Penelitian
Adapun obyek penelitian yang dimaksud yaitu nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang dibatasi pada materi dan metode Pendidikan Agama Islam yang terdapat dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD).
2. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk dalam jenis penelitian deskriptif yaitu penyelidikan yang menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasikan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Dengan demikian, penelitian ini akan menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasikan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD) dengan memfokuskan pembahasan pada materi dan metode Pendidikan Agama Islam yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini terutama dilakukan melalui media audio visual yaitu VCD film Kiamat Sudah Dekat (KSD).
3. Pendekatan
Dalam penulisan skripsi ini akan digunakan kerangka teori yang diperkenalkan oleh Abrams atau teori model Abrams, sebuah kerangka teori yang mengandung pendekatan kritis terhadap karya sastra, yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan yang menitikberatkan terhadap karya sastra itu sendiri, pendekatan ini disebut pendekatan obyektif.
b. Pendekatan yang menitikberatkan terhadap penulis, pendekatan ini disebut pendekatan ekspresif.
c. Pendekatan yang menitikberatkan terhadap semesta, pendekatan ini disebut pendekatan mimetik.
d. Pendekatan yang menitikberatkan terhadap audience (pembaca/pemirsa), pendekatan ini disebut pendekatan pragmatis.
Dari keempat model pendekatan di atas, penulis akan menggunakan pendekatan pragmatis dalam penulisan skripsi ini. Sebuah karya yang berorientasi pragmatis banyak mengandalkan aspek guna (useful) dan nilai bagi penikmatnya, walaupun memang belum tentu berkualitas apabila dilihat dari aspek-aspek yang lain. Hal ini terjadi dikarenakan kadang-kadang seorang penulis ataupun sutradara menyerahkan penilaian atas sebuah karya kepada audience.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pragmatis merupakan sebuah pendekatan yang sekiranya mampu memberikan gambaran manfaat yang mampu mensugesti pemirsa hingga mencapai efek komunikasi yang mengandung ajaran dan kenikmatan serta menggerakkan audience melakukan sebuah kegiatan yang bernilai dan bertanggung jawab.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, maka penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu cara mengumpulkan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya.
Adapun sumber data yang digunakan penulis meliputi:
a. Sumber data primer, yaitu VCD film Kiamat Sudah Dekat (KSD).
b. Sumber data sekunder, yaitu berbagai macam literatur yang berhubungan dengan obyek penelitian.
5. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisa data dalam penelitian ini adalah Content Analisys (Analisis Isi) atau analisis dokumen, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara ataupun tulisan.
Langkah-langkah analisa data adalah sebagai berikut:
1. Merekam atau memutar film yang dijadikan obyek penelitian.
2. Mentransfer rekaman ke dalam bentuk tulisan atau skenario.
3. Menganalisa isi film dan mengklasifikasikannya mengenai materi dan metode yang terdapat dalam film tersebut.
4. Mengkomunikasikannya dengan kerangka teori yang digunakan.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran pembahasan yang sistematis, maka penulisan skripsi disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I. Merupakan pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
BAB II. Gambaran umum tentang film baik dari sejarah dan perkembanganmya, jenis dan fungsi film, Gambaran umum tentang film Kiamat Sudah Dekat (KSD) serta Gambaran umum tentang nilai-nilai Pendidikan Agama Islam tentang materi dan metode.
BAB III. Pembahasan tentang Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD), meliputi: (1) Materi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD), (2) Metode Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD), (3) Implikasi Materi dan Metode Dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD) terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI), (4) Kelebihan dan kelemahan dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD).
BAB IV. Merupakan penutup berisi kesimpulan dan saran-saran.
Lampiran-lampiran.
BAB II
FILM DAN NILAI-NILAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Tinjauan Umum Tentang Film
1. Sejarah Film dan Perkembangannya.
Pada masa sekarang, film tidak lagi menjadi tontonan baru bagi masyarakat. Namun pengaruhnya masih kuat untuk menarik perhatian masyarakat. Film menurut W. J. S. Poerwadarminta adalah barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid tempat gambar potret negatif (yang akan dibuat potret atau dimainkan dalam bioskop).
Film (motion picture) merupakan salah satu media audio visual, yaitu media yang menyiarkan “berita” yang dapat ditangkap baik melalui indera mata maupun indera telinga dengan sangat efektif dalam mempengaruhi penonton. Menurut A.W Widjaja, film merupakan kombinasi dari drama dengan paduan suara dan musik, serta drama dengan paduan dari tingkah laku dan emosi, dapat dinikmati benar oleh penonton-penontonnya sekaligus dengan mata dan telinga.
Para teoritikus film menyatakan bahwa film yang kita kenal sekarang ini merupakan perkembangan lanjut dari fotografi yang ditemukan oleh Joseph Nicephore Niepce dari Perancis. Pada tahun 1826 ia berhasil membuat campuran dengan perak untuk menciptakan gambar pada sebuah lempengan timahtebal yang telah disinari beberapa jam. Penyempurnaan fotografi ini terus berlanjut dan pada akhirnya mendorong rintisan penciptaan film atau gambar hidup oleh Thomas Alva Edison (1847-1931), seorang ilmuwan Amerika Serikat yang terkenal dengan penemuan lampu listrik dan fonograf (phonograph) atau piringan hitam serta oleh Lumiere bersaudara (Auguste dan Louis Lumiere) dari Perancis.
Pada tahun 1887, Edison menciptakan mekanisme berupa alat untuk merekam dan memproduksi gambar. Di sisi lain, George Eastman memberikan bantuan dengan menemukan bahan dasar untuk membuat gambar dengan menggunakan gulungan pita seluloid, sesuatu yang mirip plastik tembus pandang dan ulet sekaligus mudah digulung. Penemuan Edison tersebut dinamakan kinetoskop (kinetoscope).
Lumiere bersaudara merancang perkembangan kinetoskop berupa piranti yang mengkombinasikan kamera, alat memproses film dan proyektor menjadi satu. Alat ini disebut Sinematograf (cinematographe) yang dipatenkan pada bulan Maret 1895. Di Paris, tepatnya di sebuah kafe pada tanggal 28 Desember 1895, Lumiere bersaudara “memproyeksikan” hasil karya mereka di depan publik yang telah membeli karcis masuk terlebih dahulu. Dengan demikian, sejak saat itulah bioskop yang pertama kali di dunia dilahirkan.
Pada perkembangan selanjutnya, penayangan film telah menyebar ke seluruh dunia. Sesuai dengan kemajuan iptek, film tidak lagi menggunakan pita seluloid (proses kimiawi) dan memanfaatkan teknologi video (proses elektronik). Film yang berkembang pada abad ke 19 berupa film hitam putih dan tanpa suara. Namun pada akhir tahun 1920-an mulai dikenal film bersuara. Sedangkan penyempurnaannya terjadi pada tahun 1930-an dengan adanya fim warna.
Di Indonesia, film cerita pertama adalah film Loetoeng Kasaroeng yang diproduksi tahun 1926. Film ini disutradarai oleh G. Kruger, seorang Indo Jerman dan mengambil lokasi syuting di Bandung. Pada tahun 1950-an, dimulailah perintisan industri film nasional oleh Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik yang banyak melahirkan bintang film kenamaan seperti Ida Leman, Benyamin S dan sebagainya. Pada masa sekarang film dapat disaksikan setiap saat di televisi dengan jenis dan ceritanya yang variatif. Apalagi didukung oleh munculnya berbagai stasiun televisi swasta yang berkembang setelah TVRI pada awal dan medio tahun 1990-an yang dimotori oleh RCTI dan SCTV.
2. Jenis-Jenis Film.
Dari berbagai macam film yang ada, dapat dikatakan mempunyai satu sasaran yaitu menarik perhatian orang terhadap muatan masalah yang dikandung dan melayani kepentingan publik. Pada dasarnya, film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar yaitu kategori film cerita dan non cerita. Sedangkan di sisi lain senang dengan penggolongan film menjadi fiksi dan non fiksi.
Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris.Pada umumnya, film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu ataupun diputar di TV dengan dukungan sponsor iklan tertentu.
Film non cerita merupakan kategori film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya. Jadi, merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan.
Film cerita memiliki berbagai jenis atau genre, antara lain:
a. Film drama,
b. Film horor,
c. Film perang,
d. Film sejarah,
e. Film fiksi-ilmiah,
f. Film komedi,
g. Film laga (action),
h. Film musikal,
i. Film koboi (cowboy).
Cerita merupakan bungkus atau kemasan yang memungkinkan pembuat film melahirkan realitas rekaan yang merupakan suatu alternatif dari realitas nyata bagi penikmatnya. Dari segi komunikasi, ide atau pesan yang dibungkus oleh cerita itu merupakan pendekatan yang bersifat membujuk (persuasif).
Seperti halnya film cerita, film non cerita juga terdiri dari berbagai jenis. Namun pada mulanya hanya ada dua tipe film non cerita, yaitu yang termasuk film dokumenter dan film faktual. Film faktual umumnya hanya menampilkan fakta dalam bentuk film berita (news reel) dan film dokumentasi. Film berita menitikberatkan pada segi pemberitaan suatu kejadian aktual. Sedangkan film dokumentasi hanya merekam kejadian tanpa diolah lagi, misalnya dokumentasi peristiwa perang dan dokumentasi upacara kenegaraan.
Film dokumentasi, selain mengandung fakta juga mengandung subyektifitas pembuatnya. Subyektivitas diartikan sebagai sikap atau opini terhadap peristiwa. Menurut rumusan DA Peransi, pemikir dan pembuat film dokumenter sebuah film dokumenter yang baik adalah yang mencerdaskan penontonnya. Pendapat lain menyatakan, film dokumenter adalah wahana yang tepat untuk mengungkapkan realitas, menstimulasi perubahan.
Selain film berita, dokumentasi dan dokumenter, yang dapat dimasukkan dalam film non cerita adalah film pariwisata, film iklan dan film instruksional atau pendidikan. Selain pembagian besar film cerita dan non cerita di atas, terdapat cabang pembuatan film yang disebut film eksperimental dan film animasi.
Film eksperimental adalah film yang tidak dibuat dengan kaidah-kaidah pembuatan film yang lazim dengan tujuan untuk mengadakan eksperimentasi dan mencari cara-cara pengucapan baru lewat film.
Sementara itu, film animasi memanfaatkan gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain, seperti boneka, meja dan kursi yang dapat dihidupkan dengan teknik animasi. Misalnya, film si Unyil yang diproduksi oleh studio Pusat Produksi Film Nasional (PPFN) di Indonesia. Film animasi ini pada akhirnya lebih dikenal sebagi film kartun.
3. Fungsi Film.
Film, di samping media cetak ataupun elektronik (audio maupun audio visual) lainnya mempunyai posisi yang strategis dalam rangka pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi peserta didik di lembaga formal ataupun non formal. Dengan tidak bermaksud mengesampingkan fungsi dari media cetak atau elekronik lainnya, eksistensi film sebagai media hiburan yang cukup digemari di masyarakat tidak perlu diragukan lagi. Selain itu film dapat dilihat bukan dari segi hiburannya semata, namun di sisi lain pemanfaatan media film sebagai salah satu medium dalam pembelajaran dinilai mengena pesan-pesannya, mudah dicerna, efektif, cenderung tidak membosankan peserta didik, sebagai metode yang cukup variatif dan sebagainya.
Namun untuk memposisikan film sebagai medium yang tepat dalam pembelajaran dibutuhkan tema atau judul film yang sarat muatan pendidikan yang baik dan berguna. Sebab tidak sedikit pada saat ini film-film yang “jelek”, tidak edukatif, banyak mengandung kekerasan dan sebagainya. Dan kesemuanya itu sangat berpengaruh jika banyak dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat tanpa mengenal batasan usia, terutama peserta didik serta tanpa di filter sedikitpun.
Pemilihan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam setidaknya mengacu serta memperhatikan kepada hal-hal berikut ini:
a. Tingkat kecermatan representatif.
b. Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkannya.
c. Tingkat kemampuan khhusus yang dimilikinya.
d. Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya.
e. Tingkat biaya yang diperlukannya.
Dalam perkembangannya saat ini, film memiliki beberapa fungsi, antara lain:
a. Sebagai Media Hiburan.
Sejak awal, asumsi masyarakat untuk menonton film adalah sebagai media hiburan di sela-sela kesibukan dan aktivitas mereka sehari-hari. Film mampu menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknik lainnya kepada masyarakat umum agar dapat mengurangi kepenatan dan mengisi liburan.
b. Sebagai Media Komunikasi.
Media komunikasi merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Film merupakan salah satu media provokatif yang dapat digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyampaikan ajakan atau maksud-maksud tertentu.
c. Sebagai Media Transformasi Kebudayaan.
Film merupakan salah satu bentuk mendidik masyarakat dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan tatanan norma dan nilai budaya masyarakat. Jadi, secara simbolis film berfungsi kritik dan kontrol sosial terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Selain itu, film sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang iklan dan lagu.
d. Film sebagai Media Pendidikan.
Film dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber (guru) kepada sasaran didik (peserta didik) sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Film juga dapat melukiskan kejadian sebenarnya sehingga dapat dipakai teknik untuk menunjukkan beberapa fakta, kecakapan, sikap dan pemahaman.
Dari fungsi film di atas, setidaknya kita mengetahui beberapa keuntungan film jika dikaitkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, diantaranya:
a. Film sangat baik menjelaskan suatu proses.
b. Tiap murid dapat belajar sesuatu dari film.
c. Film yang bersifat sejarah dapat menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat.
d. Film dapat membawa (memperkenalkan) anak dari satu negara ke negara lain dan dari satu masa ke masa yang lain.
e. Film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.
B. Tinjauan Umum Tentang Film Kiamat Sudah Dekat (KSD)
Film Kiamat sudah Dekat (KSD) merupakan sebuah film yang lahir dari geliat film nasional yang mulai berkembang kembali pada era medio 90-an. Sebuah film yang lahir ditengah kesuksesan berbagai film yang bernuansa pop yang dipenuhi kisah percintaan anak muda maupun persoalan sosial dan sebagainya. Film ini mencoba menawarkan kembali sisi lain dari pergulatan pemikiran manusia di tengah aroma materalistik dan cenderung melupakan spirit pendidikan keagamaan yang dianggap basi dan kurang komersial. Memang film ini dianggap film yang melawan arus euphoria perfilman nasional yang banyak melahirkan film pop dan komersial. Hal ini dapat dimaklumi dari simbol-simbol yang banyak ditampilkan dalam film tersebut.
Film Kiamat Sudah Dekat (KSD) memang merupakan film pendidikan bernuansakan keagamaan, dipenuhi pesan-pesan dakwah serta dibungkus kisah percintaan yang memang menjadi ciri dari perfilman kita saat ini. Film ini menceritakan seorang anak muda bernama Fandi (Andre Stinky) yang lahir di tengah keluarga kaya namun kurang mendapat pendidikan agama yang baik. Namun pada akhirnya anak muda ini mendapat hidayah dari ketidaksengajaannya bertemu dengan Sarah (Ayu Pratiwi) yang ternyata putri Haji Romli (Deddy Mizwar), seorang ulama di kampungnya. Bahkan Fandi pun pada akhirnya berhasil mengajak orang tua dan adiknya belajar agama.
Pada mulanya Fandi tertarik kepada Sarah, seperti ketertarikan seorang laki-laki dewasa kepada perempuan dewasa. Namun usaha ini dihalang-halangi oleh ayahnya dengan alasan faktor keagamaan (bukan muhrim). Tapi Fandi sebagai anak muda yang emosinya bergejolak dan tidak paham agama mencoba untuk bertahan dan meyakinkan Haji Romli bahwa dia serius ingin mengenal putrinya. Melihat kenekatan Fandi, Haji Romli mencoba keseriusannya dengan menanyakan hal-hal agamis kepadanya. Namun di sisi lain Fandi tidak paham dengan apa yang dikatakan Haji Romli. Padahal Sarah sendiri akan dijodohkan Haji Romli dengan putra temannya dan Fandi tidak mengetahuinya. Masa pembelajaran keagamaan (masa pencarian) yang dialami Fandi inilah merupakan salah satu daya tarik film tersebut sampai akhirnya Fandi berhasil mendapatkan 2 hal yang penting dalam hidupnya: agama dan dunia (dalam hal ini diwakili oleh sosok Sarah sebagai obyeknya).
Menurut Deddy Mizwar, selain berisi pesan dakwah, film ini merupakan media yang berusaha mendialogkan penganut theisme dan humanis atheisme.
C. Tinjauan Umum Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI)
Islam merupakan ajaran yang dapat membina pribadi muslim seutuhnya dalam wujud sifat-sifat iman, taqwa, jujur, adil, sabar, cerdas, disiplin, tenggang rasa, bijaksana dan bertanggung jawab. Melalui Pendidikan Agama Islam diupayakan untuk menginternalisasi nilai-nilai ajaran Islam agar outputnya dapat mengembangkan kepribadian muslim yang memiliki sifat-sifat di atas.
Pada saat ini, tata kehidupan banyak diwarnai dengan informasi., globalisasi, demokrasi dan hak-hak asasi manusia dibarengi dengan perkembangan penduduk yang pesat dan makin langkanya sumber daya ekonomis. Suasana kehidupan yang semakin kompleks menyebabkan manusia saling bersaing. Tantangan seperti inipun terjadi di bidang pendidikan, khususnya pendidikan Islam untuk menjawab tantangan masa depan.
Adapun peran pendidikan Islam itu antara lain;
1. Melestarikan dan mengembangkan kerangka dasar nilai-nilai Islami pada peserta didik agar terbentuk pribadi seutuhnya sehingga dapat menjadi sumber daya insani yang berkualitas bagi pembangunan dan tata kehidupan masyarakat mendatang.
2. Menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan khaliqNya, sehingga selalu mendapat ridhaNya.
Jadi, di satu pihak pendidikan Islam dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan nilai-nilai baru sebagai akibat dengan perkembangan iptek. Sedangkan di pihak lain pendidikan Islam harus mempertahankan konsep perwujudan rahmah li al ‘alamin.
Pendidikan Islam bertujuan untuk menginformasikan, mentransformasikan serta menginternalisasikan nilai-nilai Islami. Dengan demikian diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan segi-segi kehidupan spiritual yang baik dan benar dalam rangka mewujudkan pribadi muslim seutuhnya dengan ciri-ciri beriman, taqwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil dan bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penyusunan strategi pendidikan yang terencana dan sistematis, antara lain menyusun materi-materi yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan berfikir peserta didik serta menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien.
Materi pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang hendak diberikan kepada peserta didik untuk dicerna, diolah, dihayati serta diamalkan dalam proses kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Esensi dari potensi dinamis dalam setiap diri manusia terletak pada keimanan atau keyakinan, Indeks Prestasi (IP), akhlak (moralitas), dan pengamalannya. Jadi secara filosofis, pendidikan Islam harus mampu menanamkan nilai-nilai dasar tersebut sebagai landasan atau petunjuk dalam proses pendidikan. Adapun pandangan dasar yang berintikan pada “Trichotomi” (Tiga Kekuatan Rohaniah Pokok) yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia (antropologis centra) meliputi:
a. Individualitas; kemampuan mengembangkan diri pribadi sebagai makhluk pribadi.
b. Sosialitas; kemampuan mengembangkan diri selaku anggota masyarakat.
c. Moralitas; kemampuan mengembangkan diri selaku pribadi dan anggota masyarakat berdasarkan moralitas (nilai-nilai moral dan agama).
Ketiga kemampuan pokok rohaniah di atas berkembang dalam pola hubungan tiga arah yang disebut sebagai “Trilogi Hubungan”, yaitu:
a. Hubungannya dengan Tuhan disebabkan sebagai makhluk ciptaanNya.
b. Hubungannya dengan masyarakat disebabkan sebagai anggota masyarakat.
c. Hubungannya dengan alam sekitar disebabkan sebagai makhluk Allah SWT yang harus mengelola, mengatur, memanfaatkan kekayaan alam sekitar yang terdapat di atas, di bawah dan di dalam perut bumi.
Dari pandangan tersebut di atas dapat diketahui kemana arah dan tujuan pendidikan Islam yang akan dicapai. Untuk mencapainya dapat dikembangkan melalui rincian penyajian materi-materi pendidikan Islam.
Sedangkan jika kita merujuk kepada arah dari nilai-nilai Pendidikan Agama Islam itu sendiri setidaknya berisi 3 garis besar di dalamnya, yaitu:
1. Iman.
Pendidikan hendaknya berupaya meningkatkan rasa keimanan makhluk kepada Sang Khaliq. Hal ini dirasakan penting agar ilmu pengetahuan selalu beriringan dengan peningkatan rasa keimanan dan ketakwaan. Tujuannya agar peserta didik sudah mempunyai dasar pijakan dalam mengarungi bahtera hidup. Selain itu, dengan ditumbuhkannya rasa keimanan pada peserta didik sejak usia dini diharapkan tidak mengalami pergeseran nilai-nilai keagamaan ketika menginjak usia dewasa. Iman atau biasa disebut juga sebagai aqidah atau tauhid umumnya berkisar pada rukun iman yang bersumber pada hadits Rasulullah SAW:
عَنْ عُمَرَ ابْنُ الخَطَّابِ أَيْضًا قَالَ: … فَأَخْبِرْنِى عَنِ اْلِإيْمَانِ؟ قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِاْلقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ … (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
“Dari Umar bin Khattab RA. berkata pula: … Beritahukanlah kepadaku mengenai Iman?”. Rasulullah SAW bersabda: “Engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir dan engkau percaya pula kepada qadha dan qadar yang baik maupun yang buruk …”. (HR. Muslim).
2. Syari’ah.
Yaitu aturan atau undang-undang Allah SWT tentang pelaksanaan dari penyerahan diri secara total melalui proses ibadah secara langsung kepada Allah SWT maupun secara tidak langsung dalam hubungannya sesama makhluk lainnya (muamalah), baik dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya. Syari’ah meliputi 2 hal pokok, yaitu: Ibadah dalam pengertian khusus (ibadah mahdhah) dan Ibadah dalam arti umum atau muamalah (ibadah ghairu mahdhah).
3. Akhlak.
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka pola ajaran Islam selain Iman dan Syari’ah. Akhlak merupakan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseotang dapat menilai perbuatannya baik ataupun buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya. Jadi, akhlak bersifat konstan dan spontan serta tidak memerlukan pertimbangan dan dorongan dari luar.
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena syara’ (Al-Qur’an dan Sunnah) menilainya. Misalnya, sifat syukur, sabar, tawakkal, istiqamah dinilai baik, tidak lain karena syara’ menilai semua sifat tersebut baik. Sebaliknya, sifat dendam, kikir, dusta dinilai buruk karena syara’ pun menilainya demikian. Adapun ruang lingkup akhlak tersebut sangatlah luas yaitu mencakup aspek-aspek kehidupan baik secara vertikal dengan Allah SWT maupun secara horizontal dengan sesama makhlukNya. Dalam hubungannya dengan aspek pendidikan, akhlak menempati posisi strategis dalam memainkan sisi emosional dan psikologi peserta didik dalam pergaulannya dengan sesama dan alam sekitarnya. Menurut Yunahar Ilyas, akhlak terbagi menjadi:
a. Akhlak terhadap Allah SWT.
b. Akhlak terhadap Rasulullah SAW.
c. Akhlak terhadap pribadi.
d. Akhlak dalam keluarga.
e. Akhlak dalam bermasyarakat.
f. Akhlak bernegara.
Berbicara tentang nilai-nilai, maka filsafat perlu dipertimbangkan pula agar pilihan kita menjadi bijaksana. Pun demikian penerapannya pada metode pendidikan yang banyak menyangkut dengan pembentukan kepribadian (character building) dan kualitas hidup manusia.
Korelasi atau munasabah metode pendidikan dengan filsafat disebabkan oleh beberapa hal: Pertama, pembentukan karakter (character building) yang berlangsung dalam diri anak didik adalah suatu bagian yang tak terpisahkan pada pengalaman hidup. Secara akumulatif hal tersebut akan terserap ke dalam sifat-sifat (karakter) spesifik yang terbangun dari berbagai macam tanggapan peserta didik terhadap situasi kehidupan yang ditemuinya, misalnya perlawanan, kepatuhan dan lain sebagainya.
Kedua, banyaknya cara atau metode untuk mengurus sekolah dan pengajaran terhadap peserta didik. Perbedaan metode pengajaran tersebut mempengaruhi tipologi korelasi tanggapan peserta didik dan menghasilkan berbagai macam karakter. Kemungkinan adanya perbedaan pengaruh tersebut menuntut adanya pemilihan metode secara teliti.
Ketiga, adanya pertimbangan mengenai masyarakat sekolah yang akan dipersiapkan. Misal, jenis masyarakat demokratis dan sebagainya.
Apabila metode dipahami secara sempit maka terlihat hanya menyangkut mata pelajaran yang akan diajarkan dan bagaimana mengelola tipologi mengajar yang terbatas. Tetapi secara luas, masalah metode ini menyangkut berbagai nilai yang akan ditegakkan, seperti nilai mata pelajaran, sikap dan karakter yang akan dibangun, nilai-nilai masyarakat dan sebagainya.
Setiap materi pelajaran memiliki tujuan masing-masing yang hendak dicapai. Untuk itu, pendidik (guru) dituntut untuk memilih metode yang paling tepat atau sesuai untuk mata pelajarannya agar tujuan materi tersebut dapat tercapai. Pemilihan metode ini didasarkan kepada beberapa hal, yaitu:
1. Sifat dari pelajaran,
2. Alat-alat yang tersedia,
3. Besar atau kecilnya kelas,
4. Tempat dan lingkungan,
5. Kesanggupan guru (pendidik),
6. Banyak atau sedikitnya bahan,
7. Tujuan mata pelajaran tersebut.
Menurut jenisnya, metode terbagi dalam beberapa macam, antara lain:
1. Metode Ceramah.
Yaitu guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah peserta didik pada waktu tertentu (waktu terbatas) dan tempat tertentu pula. Guru (pendidik) merupakan pihak yang aktif atau sebagai pusat kegiatan (teacher centered) dan murid (peserta didik) cenderung pasif. Metode seperti ini sudah sangat tua usianya dan sangat banyak digunakan hingga saat ini.
2. Metode Tanya Jawab.
Yaitu suatu cara mengajar dimana guru dan murid aktif bersama. Guru bertanya, murid mencari jawaban atau murid mengemukakan ide baru. Dalam metode ini guru bertujuan menanyakan.
3. Metode Diskusi.
Pertanyaan diskusi mengandung masalah sehingga dapat dikembangkan menjadi metode pemecahan masalah (Problem Solving Method). Jawaban dari masalah tersebut terdiri atas berbagai alternatif, memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta diskusi agar sampai pada jawaban akhir yang disepakati sebagai jawaban yang paling benar atau terbaik.
4. Metode Demonstrasi.
Yaitu metode mengajar yang menggunakan peragaan (alat peraga) untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik. Misalnya, memperlihatkan tata cara shalat sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
5. Metode Pemberian Tugas.
Yaitu suatu cara dalam pendidikan belajar mengajar andaikata guru memberi tugas tertentu dan murid (peserta didik) harus mengerjakannya yang kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan. Metode ini pada hakikatnya adalah menyuruh peserta didik melaksanakan suatu pekerjaan yang baik atau berguna bagi dirinya dalam rangka memperdalam dan memperluas pengetahuan serta pengertian atau untuk meningkatkan iman dengan tugas-tugas yang sedang dipelajarinya.
6. Metode Kerja Kelompok.
Yaitu suatu metode dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama. Metode ini berguna untuk meningkatkan rasa persaudaraan serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar.
7. Metode Sosiodrama.
Metode ini semacam drama atau sandiwara, namun tidak disiapkan naskahnya terlebih dahulu atau banyak melakukan improvisasi di dalamnya. Metode ini lebih banyak berpengaruh terhadap perubahan sikap kepribadian anak. Metode ini dapat diterapkan untuk menjelaskan materi sirah nabi SAW dan sejenisnya.
BAB III
MATERI DAN METODE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM
FILM KIAMAT SUDAH DEKAT (KSD)
A. Materi-Materi Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Film Kiamat Sudah Dekat (KSD)
1. Materi Keimanan.
Menurut ulama salaf (termasuk Imam Ahmad, Malik dan Syafi’i), iman adalah sesuatu yang diyakini hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh. Iman atau yang biasa juga disebut sebagai aqidah merupakan konsep-konsep yang harus diyakini manusia sehingga seluruh perbuatan dan perilakunya bersumber pada konsepsi tersebut. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa iman dan akhlak merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Jika keimanan seseorang telah kuat, maka segala tindakannya akan didasarkan kepada pikiran-pikiran yang telah dibenarkannya dan hatinya pun akan terasa tenteram. Nabi SAW pernah bersabda bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya. Hadits ini pun sering digunakan sebagai rujukan dalam upaya pembentukan kepribadian muslim.
Pembentukan kepribadian pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah sikap menuju arah kecenderungan terhadap nilai-nilai keislaman. Seperti halnya orang yang sedang belajar, indikasi bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku, sebuah perubahan yang sebelumnya tidak ada atau mungkin masih lemah pada orang tersebut. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi salah satu atau beberapa aspek, antara lain pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap dan lain sebagainya.
Nilai dalam pendidikan berusaha menguji dan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut di dalam kehidupan manusia serta membinanya dalam kepribadian anak. Untuk mengatakan sesuatu itu baik atau buruk bukanlah suatu hal yang mudah, maka oleh sebab itu diperlukan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai indikator nilai-nilai tersebut.
Dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD), terdapat beberapa dialog yang menunjukkan sikap atau bentuk keimanan seseorang, antara lain:
a. Iman Kepada Allah SWT.
- Ucapan Fandi dalam menanggapi pernyataan Haji Romli:
“Bagi saya, cukuplah karunia yang Allah berikan buat saya dan keluarga saya berupa iman kepada Allah”.
Hal itu dicerminkan pula dalam keseharian hidup Fandi yang melakukan salah satu perintah Allah SWT yaitu perintah menjalankan shalat lima waktu (shalat fardhu), yang sebelumnya tidak pernah dilakukannya sama sekali.
- Penyerahan diri kepada Allah SWT, Tuhan yang menguasai segala sesuatu, tempat memohon dan meminta pertolongan. Hal ini dapat dicermati dari do’a Fandi sebagai berikut:
“Ya Allah, aku tidak meragukan kekuasaanMu. Ombak yang tenang di lautan ini bisa seketika Kau buat menjadi gelombang besar dan menenggelamkan segala apa yang mengapung di atasnya. Bahkan bila Kau berkehendak, Kau bisa membuat matahari terbit dari barat dan tenggelam di timur. Itu teramat mudah bagimu, ya Allah. Jadi, apa susahnya melumerkan kekerasan hati Haji Romli dan menjodohkan aku dengan Sarah. Please Allah…Please!”.
b. Iman Kepada Hari Akhir/Kiamat.
Hal ini dapat dilihat dari dialog antara Fandi dengan ayahnya, Pak Yoga, sebagai berikut:
Pak Yoga: “Kamu belajar sembahyang?”
Fandi mengangguk.
Pak Yoga:”Kenapa?”
Fand :”Kiamat sudah dekat Pa”.
Pak Yoga:”Apa hubungannya dengan kamu sembahyang?”
Fandi :”Papa dan mama pernah denger tentang neraka? Nah, orang yang tidak menyembah Tuhan tempatnya di…….”.
Selain itu, dapat pula dilihat dalam dialog Fandi dengan teman-teman bandnya tentang surga dan neraka:
Yongky :”Fandi nggak mau masuk neraka, makanya dia shalat”.
Barry :”Kalo shalat emang bisa masuk surga?”
Fandi :”Yang jelas sih gue nggak bakal betah hidup di neraka”.
2. Materi Syari’ah.
Hukum syar’i yang bersumber dari Al-Qur’an merupakan aturan yang ditetapkan untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah (vertikal) dan hubungan manusia dengan makhluk lain (horizontal). Syari’ah yang telah tertanam dalam hati dapat menjadi pengontrol perilaku dalam kehidupan sehari-hari untuk selalu menjalankan perintah dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah SWT. Setiap sikap dan perbuatan manusia dapat dikatakan sebagai ibadah andaikata dilaksanakan sesuai aturan Allah SWT.
Pelaksanaan ibadah memiliki satu tujuan, yaitu penghambaan kepada Allah semata dan menerima ajaran Allah, baik untuk urusan duniawi maupun ukhrawi. Beberapa materi syari’ah baik ibadah maupun muamalah dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD) antara lain:
a. Ibadah Shalat.
Ibadah yang wajib dikerjakan lima kali dalam sehari ini telah menjadi rutinitas Haji Romli dan anaknya (Sarah), Bu Endang dan anaknya Saprol serta Fandi yang terebih dahulu mempelajarinya. Hal yang menarik dalam film ini salah satunya ialah bagaimana proses Fandi dalam mempelajari shalat baik dari segi gerakan maupun bacaannya. Selain belajar dari Saprol, Fandi pun mempelajari gerakan-gerakan shalat melalui media gambar yang ditempel di dinding kamarnya agar lebih mudah diikuti ketika mengerjakan shalat, sehingga lama kelamaan tanpa melihatpun Fandi mampu mengerjakan shalat dengan baik dan benar.
Dalam mempelajari bacaan shalat, Fandi meminta bantuan Saprol untuk membuat rekaman bacaan shalat yang menurutnya sangat asing didengar dan sulit untuk dipahami. Rekaman kaset yang berisi bacaan shalat tersebut dibawanya (Fandi) kemana pun dia pergi, bahkan dia berusaha menghafal bacan shalat ketika mengerjakannya dengan menggunakan walkman di telinganya.
b. Membaca Al-Qur’an.
Hal ini tampak dalam adegan ketika Sarah melakukan shalat seraya membaca surat At-Tin. Begitu pula dalam adegan saat Fandi membaca Al-Qur’an surat Al-‘Alaq dan surat At-Tin setelah Saprol memperkenalkan dan mengajarkannya huruf Arab serta bacaan Al-Qur’an.
c. Thaharah.
Thaharah biasa juga disebut dengan bersuci. Dalam film ini sekilas dalam adegan awal nampak secara tidak sengaja Fandi sudah mulai diperkenalkan dengan etika memasuki mushalla (tempat ibadah), yaitu bersuci. Ini terjadi saat Fandi hendak membersihkan muka dan bajunya, tiba-tiba Fandi membaca papan kecil yang bertuliskan: ”ALAS KAKI HARAP DILEPAS”, yang pada akhirnya dia pun melepaskannya.
Pada saat yang lain, Fandi diperkenalkan kepada kewajiban berwudhu saat hendak mengerjakan shalat. Hal ini tercermin dalam dialog:
Fandi :”Fandi mau shalat dulu, Ma”
Bu Yoga :”Eh, jangan lupa wudhu! Iya kan Pa?”
Fandi :”Wudhu?”
Pak Yoga :”Ya, disini (buku) ditulis bersuci mulai dari membasuh tangan, wajah, kepala, kaki.
Fandi :”Itu harus Pa?”
Pak Yoga :”Wajib! Kalau tidak, shalat kita tidak sah”.
Adapun gerakan-gerakan wudhu yang disebutkan oleh Pak Yoga di atas merupakan bagian-bagian dari rukun wudhu.
d. Ibadah Haji.
Salah satu rukun Islam yang kelima ini sempat terungkapkan dalam pengajian keluarga Pak Yoga yang dihadiri oleh Ustadz Jamal (Dicky Chandra). Pada kesempatan tersebut, Pak Yoga mengungkapkan keinginannya untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Ustadz Jamal pun menyetujuinya. Hal ini disebabkan ibadah haji merupakan kewajiban bagi orang yang mampu dan terbukti keluarga Pak Yoga merupakan keluarga yang mampu secara finansial serta mempunyai keinginan (niat) untuk menunaikannya.
Niat merupakan suatu hal yang ringan namun berat timbangannya di sisi Allah. Tidak semua orang kaya mampu melaksanakan haji karena niat yang tidak cukup, sedangkan tidak semua kefakiran menjadi penghalang orang naik haji.
Semua orang yang berhaji tentu berharap hajinya akan mabrur. Haji mabrur menurut K. H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), yaitu haji yang diterima dan diberkahi. Untuk menjadi haji mabrur dibutuhkan dua hal, yaitu;
1) Niat yang lurus
2) Amalan yang benar
Artinya selain menyempurnakan syarat dan rukun haji diperlukan pula keikhlasan, tuma’ninah dan khusyu’. Indikasi haji mabrur adalah adanya perubahan antara sebelum dan sesudah haji.
e. Perkawinan.
Allah SWT menciptakan segala sesuatu di alam ini secara berpasang-pasangan. Tentang aturan atau tata cara berpasang-pasangan atau perjodohan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, Allah menentukannya melalui dengan cara atau perkawinan.
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Perkawinan Fandi dan Sarah menjadi ending dari cerita film Kiamat Sudah Dekat (KSD). Ini terjadi setelah Fandi dapat memenuhi segala persyaratan yang diajukan oleh Haji Romli yaitu agama Islam yang ditunjukkan melalui praktek shalat, membaca Al-Qur’an dan keikhlasan yang dimilikinya. Perkawinan tersebut menjadi berkah setelah penolakan Haji Romli atas hubungan pacaran yang dikehendaki Fandi. Bagi Haji Romli, syarat-syarat nikah bukan hanya soal tanggung jawab, nafkah dan penghasilan, seperti yang disanggupi oleh Fandi. Namun keimanan (agama) yang menjadi tolok ukur sebagai persyaratan utamanya.
f. Khitan.
Khitan ialah syari’at yang diwajibkan kepada Nabi Ibrahim AS ketika beliau menginjak umur 80 tahun.. Khitan pun disyari’atkan pula dalam Islam sehingga termasuk dalam syari’at Islam.
Materi ini terdapat pula dalam film tersebut, tepatnya dalam dialog antara Haji Romli dan Fandi.
Haji Romli :”Elu udah dikhitan belon?”
Fandi :”Khitan …?”
Haji Romli :”Sunat…Sunat”.
Fandi :”Sunat …?”
Haji Romli :”Dipotong”. (Sambil mempraktekkan gerakan gunting).
Fandi :”Dipotong …?”
Haji Romli :”Astaghfirullah … sini !”
(Haji Romli membisikkan sesuatu ke telinga Fandi).
Fandi :”Oh … itu ?! Udah Pak Haji. Ha … ha … ha, Pak Haji ini ada-ada saja.
(Fandi berusaha mengingat-ingat sesuatu).
Aduh lupa saya Pak Haji, udah apa belon ya …?”
3. Materi Akhlak.
Seperti telah diungkapkan di awal, iman dan akhlak merupakan dua sisi yang saling berkaitan. Iman sebagai konsep dan akhlak adalah aplikasi dari konsep tersebut dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Menurut Abdullah Al-Darraz, pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai keislaman.
Materi akhlak merupakan bagian dari hal-hal yang harus dipelajari dan dilaksanakan dalam dunia pendidikan agar tercermin nilai-nilai ajaran Islam dalam sikap hidup sehari-hari. Jadi, pembentukan kepribadian pada dasarnya adalah upaya untuk mengubah sikap ke arah kecenderungan terhadap nilai-nilai keislaman.
Sesuai dengan pembagian akhlak yang terdapat dalam Bab II, maka klasifikasi film Kiamat Sudah Dekat (KSD) yang termasuk dalam materi akhlak adalah:
a. Akhlak Kepada Allah SWT.
1. Ikhlas.
Sikap ini ditunjukkan secara tidak sengaja oleh Fandi ketika dirinya harus merelakan Sarah bersanding dengan Farid, seorang pemuda yang masih kuliah di Mesir dan merupakan anak dari sahabat Haji Romli. Hal ini menjadi bertolak belakang dengan impiannya, padahal sejak awal tujuan Fandi adalah mendapatkan Sarah setelah memenuhi syarat-syarat yang diajukan ayahnya (Haji Romli).
Menurut para psikolog, motivasi utama dalam setiap pekerjaan ialah dorongan untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat yaitu “gaining approval and avoiding disapproval”, atau mengharapkan pujian dan menolak cacian. Bagi orang yang sungguh-sungguh mentauhidkan Allah SWT, maka harapan approval hanya merupakan pemberian dariNya. Sedangkan sifat yang lahir dari hawa nafsu dapat menggerogoti keikhlasan seseorang.
Menurut Ibnu Athaillah, penulis kitab Hikam, amal perbuatan hanyalah bentuk, sedangkan substansinya ialah ikhlas. Aktivitas keagamaan tanpa adanya sikap ikhlas merupakan kesia-siaan, tak ubahnya seonggok tubuh tanpa jiwa atau roh.
2. Tawakkal.
Tawakkal ialah membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatu kepadaNya.
Dalam film ini sikap tersebut muncul dari keputus asaan di saat harapannya menipis sehingga menyerahkan semuanya kepada Allah SWT agar diberikan pilihan yang terbaik. Ini dapat dilihat dari nasihat Haji Romli kepada Fandi:
“Nak Fandi, nggak semua yang kita pingin bisa tercapai. Kalau Allah nggak ngasih, mungkin ditunda atau diganti dengan yang lebih baik. Atau karena Allah sayang ama kita. Allah senang, mendingan kita yang terus memohon apalagi memohon ampun”.
Sikap tawakkal pun ditunjukkan Fandi dalam do’anya:
“Please Allah…tunjukkan bagaimana agar aku mengerti ilmu ikhlas itu, please!”.
Yang perlu digaris bawahi dalam hal ini adalah sikap tawakkal tidak cukup berserah diri pada Allah SWT semata, namun harus diiringi pula dengan ikhtiar (usaha) semaksimal mungkin dengan keyakinan bahwa kehendakNya pasti berlaku.
3. Syukur.
Sikap syukur kepada Allah Swt merupakan bagian dari pengakuan terhadap kebaikan dan pemberian yang kita terima dari sisiNya sebagai Tuhan Pencipta segala makhluk dan alam semesta.
Adapun bentuk dari rasa syukur dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD) tergambar dalam ucapan Fandi di depan Haji Romli dan Sarah:
“Saya bersyukur bisa mengenal Sarah dan Pak Haji. Waktu pertama mengenal Sarah, kami sekeluarga adalah orang yang tak mengerti agama sama sekali. Apa yang saya dan keluarga saya alami merupakan karunia yang besar dari Allah. Sungguh membahagiakan. Terima kasih Pak Haji, sekali lagi terima kasih”.
b. Akhlak Pribadi.
1. Istiqamah.
Dalam terminologi akhlak, istiqamah merupakan sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.
Dalam dialog di bawah ini tercermin peringatan untuk bersikap istiqamah, yaitu setelah Haji Romli melihat hasil belajar Fandi tentang shalat.
Haji Romli:”Bagus, kalo udah bisa shalat, ya musti dijalanin”.
Fandi :”Saya selalu shalat Pak Haji. Tiap hari”.
2. Iffah.
Iffah merupakan sikap untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan juga berarti kesucian tubuh. Salah satu bentuk dari iffah ialah menjaga kehormatan diri, seperti menjaga penglihatan, pergaulan dan pakaiannya. Hal seperti ini tercermin dari sikap dan perilaku Sarah dan Bu Endang yang berpakaian menutup auratnya. Bahkan Sarah selalu menjaga diri dari pergaulan bebas dengan lain jenis yang bukan muhrimnya di manapun berada.
c. Akhlak Dalam Keluarga.
Birrul walidain atau berbuat kebajikan kepada kedua orang tua nampak dalam suasana keluarga, baik dari keluarga Fandi, Saprol, Sarah dan Farid. Meski terdapat masalah atau ketidak cocokan pendapat, sikap birrul walidain ini tak pernah luntur. Sikap ini pun dianjurkan dalam Al-Qur’an:
Bagaimanapun keadaannya, orang tua merupakan keluarga yang harus dijaga. Hal ini disebabkan betapa mulianya berbuat baik kepada orang tua di sisi Allah SWT. Sebaliknya, durhaka kepada keduanya merupakan perbuatan yang sangat hina dan dilarang Allah SWT.
d. Akhlak Bermasyarakat.
1. Mengucap Salam.
Diantara perkara yang menjadi hak antar orang Islam salah satunya ialah mengucap salam ketika bertemu di jalan maupun saat bertamu ke rumah orang lain. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
يآَأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْالاَتَدْخُلُُوْا بُيُوْتًا غَيْرَبُيُوْتِكُمْ حَتىَّ تَسْتَأْنِسُوْاوَتُسَلِّمُوْا عَلَى أَهْلِهَا… (النور : 27)
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuk rumah selain rumahmu sebelum kamu minta izin dan memberi salam kepada penghuninya …”. (Q.S. An-Nur: 27).
Sikap demikian terdapat dalam beberapa dialog dalam film tersebut. Salah satunya adalah sikap Fandi dan Saprol saat bertamu ke rumah Haji Romli.
Fandi + Saprol :”Assalamu’alaikum”.
Haji Romli + Sarah :”Wa’alaikum salam”.
Saprol :”Bolehkah kami bertamu Pak Haji?”
Bacaan salam merupakan do’a. Maka orang yang mengucap salam dan yang menjawabnya berarti saling mendo’akan. Adapun tata tertib bersalam adalah salam yang minimal, hendaknya dijawab yang minimal pula atau lebih baik dari salam tersebut.
2. Saling Tolong Menolong.
Sikap ini ditunjukkan dalam beberapa kesempatan, antara lain:
a. Fandy membantu membayar rumah kontrakan Bu Endang selama dua tahun berturut-turut.
b. Teman-teman bandnya dan Saprol membantu Fandi mencari buku-buku keagamaan yang bertemakan ikhlas.
c. Sarah memberikan sandal bakiaknya kepada Fandi yang bertelanjang kaki.
3. Berlaku Adil.
Islam memerintahkan kepada umat manusia untuk bersikap adil dalam segala aspek kehidupan, baik terhadap diri sendiri, keluarga, orang lain bahkan kepada musuh sekalipun.
Sikap adil ini dituntut Sarah kepada ayahnya, Haji Romli saat memberikan sebuah syarat (ilmu ikhlas) kepada Fandi. Sarah ingin agar ayahnya pun adil kepada calon yang disukai ayahnya tersebut (Farid) dengan memberikan sebuah syarat yang sama (ilmu ikhlas) seperti Fandi sebelum dirinya berhak memutuskan siapa yang akan menjadi suaminya. Hal ini ditunjukkan dalam dialog berikut ini:
Sarah :”Sarah minta babe berlaku adil kepada sesama muslim!”
Haji Romli :”Maksud lu?”
Sarah :”Farid juga harus mempunyai ilmu ikhlas!”
Pada akhirnya, Haji Romli pun menyetujui permintaan Sarah dan diterapkan pula syarat yang sama bagi Farid.
Selain akhlak yang termasuk di atas, terdapat pula beberapa akhlak tercela (madzmumah) dalam film tersebut, seperti:
1. Mencuri.
Adegan ini dapat disaksikan ketika Saprol dua kali mengambil (mencuri) dua pasang sepatu Fandi tanpa meminta izin kepadanya dan tidak mengembalikannya.
2. Berbohong.
Adegan ini terjadi ketika Saprol menjawab pertanyaan ibunya yang bertanya tentang sesuatu yang dibawanya, yaitu ketika pada suatu hari Saprol pulang ke rumah dengan membawa sepatu Fandi yang baru diambil (dicuri) nya. Ketika itu Saprol menjawab bahwa sepatu tersebut dikasih oleh temannya, seorang pemain band rock.
3. Berlaku Kasar/Kejam.
Adegan ini terjadi ketika pemilik kontrakan (Abdul Jabbar) berusaha mengusir Bu Endang dan anaknya (Saprol) dari rumahnya yang telah habis masa kontraknya dengan kasar.
4. Pergaulan Bebas.
Adegan ini terlihat dari tingkah laku Merry (teman Sarah) yang bergaul bebas dengan lawan jenisnya. Ataupun dari adegan yang dapat disaksikan bagaimana Kania (adiknya Fandi) bergaul dengan temannya.
5. Sombong.
Sikap ini ditunjukkan oleh Fandi kepada Haji Romli bahwa dia (Fandi) mampu membiayai Sarah dengan kekayaannya apabila saat itu pula dia dinikahkan oleh Haji Romli dengan putrinya (Sarah).
B. Metode-Metode Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Film Kiamat Sudah Dekat (KSD)
Pada dasarnya, metode-metode Pendidikan Agama Islam (PAI) sama dengan metode-metode pendidikan secara umum, karena metode di sini diartikan sebagai cara mengelola atau menyampaikan bahan pelajaran yang sesuai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Prof. Drs. Abdullah Sigit mengatakan bahwa metode mengajar adalah suatu “seni”, dalam hal ini “seni mengajar”. Metode mengajar sebagai suatu seni harus menimbulkan kesenangan dan kepuasan hingga memunculkan semangat dan gairah bagi peserta didik. Metode adalah salah satu alat dalam pendidikan. Jadi, suatu metode akan ada artinya apabila dilaksanakan dalam praktek pendidikan. Metode sebagai salah satu komponen dalam proses pendidikan dituntut harus selalu dinamis sesuai dinamika dan perkembangan peradaban manusia. Metode dalam proses pendidikan dianalogikan sebagai jembatan yang menghubungkan pendidik (guru) dengan peserta didik menuju tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim.
Dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD), kita dapat menemukan berbagai macam metode, antara lain:
a. Metode Tanya Jawab.
Metode ini banyak terdapat dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD). sebagai contoh, hal ini tercermin dari beberapa materi yang disampaikan dalam dialog, antara lain:
1. Tanya jawab antara Togi dan Merry saat akan memperkenalkan Togi kepada Sarah.
Merry :”Eh, kenalin ini Togi”.
Togi mengulurkan tangan sambil tersenyum. Sarah pun menanggapinya dengan tersenyum dan mengangguk hormat sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
Merry :”Eh, lu itu bukan muhrimnya. Makanya dia nggak mau salaman sama lu”.
Togi :”Muhrim? Apa itu?”
Merry :”Orang yang diharamkan untuk bersentuhan”.
2. Tanya jawab antara Fandi dan Saprol ketika sedang belajar membaca surat Al-Fatihah.
Saprol :”Alhamdulillahirobbil’alamin. Coba Bang!”
Fandi :”Sebentar, Prol. Lu maunya cepet aja. Lu jelasin dulu, kenapa hurufnya dibikin keriting begini! Bacanya dari kanan lagi”.
Saprol :”Ini huruf Arab, Man”.
Fandi :”Ooo, Arab. Oke …go!”.
Saprol :”Bukan go Bang….Bismillah!”.
3. Pengajian keluarga di rumah Fandi, ketika Fandi bertanya kepada Ustadz Jamal tentang ilmu ikhlas.
Fandi :”Bagaimana kita tahu bahwa seseorang telah menguasai atau bisa bersikap ikhlas?”
Ustadz Jamal :”Ngukurnya susah. Hanya Allah yang tahu”.
Dalam pendidikan, metode tanya jawab banyak digunakan sebagai salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan dalam penyampaian metode ceramah. Metode ini diperlukan untuk memperoleh gambaran tentang sejauh mana peserta didik mampu menangkap gambaran dan memahami apa yang telah disampaikan lewat metode ceramah. Namun yang patut diingat, apabila metode ini dilakukan dalam mengajar tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar pengetahuan anak didik.
b. Metode Diskusi.
1. Ketika Pak Yoga beserta isterinya berniat menunaikan ibadah haji, mereka mencoba mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Ustadz Jamal. Diskusi yang dilakukan ini temasuk diskusi informal.
2. Diskusi antara Pak Yoga dan Bu Yoga tentang perbuatan yang telah dilakukannya bersama. Diskusi ini termasuk diskusi informal.
Bu Yoga :”Papa takut masuk neraka ya?”
Pak Yoga :”Tapi… kita kan sudah banyak berbuat kebaikan. Kemarin kita nyumbang buat panti jompo. Minggu lalu buat panti asuhan. Dua minggu lalu kita ngasih buat 10 anak nggak mampu. Dan yang penting Ma, kita nggak pernah korupsi”.
Bu Yoga :”Apa itu bisa menyelamatkan kita?”
Pak Yoga :”Papa juga lagi mikir itu Ma. Apakah semua itu cukup tanpa menyembah Tuhan?”
Dalam dunia pendidikan, metode diskusi digunakan sebagai cara untuk merangsang peserta didik untuk berpikir dan mampu mengeluarkan pendapat sendiri. Metode ini merupakan bagian terpenting dalam memecahkan suatu masalah (problem solving). Pemecahan masalah tersebut bukannya menuntut adanya satu atau beberapa jawaban, melainkan bagaimanakah kita mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk mendapati kebenaran sesuai ilmu pengetahuan kita sendiri.
Menurut macamnya, diskusi terbagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Diskusi informal, yaitu suatu diskusi yang jumlah pesertanya sedikit dan peraturannya agak longgar. Biasanya dalam diskusi ini hanya dipimpin oleh seorang pimpinan, tidak memerlukan pembantu dan yang lainnya hanya sebagai anggota diskusi.
2. Diskusi formal, yaitu suatu diskusi yang diatur oleh pimpinan sampai anggota kelompok. Biasanya diskusi ini teratur sampai para anggota diskusi sendiri pun tidak dapat begitu saja berbicara. Kelebihan diskusi ini terletak kepada adanya partisipasi peserta diskusi (murid) yang terarah mengenai persoalan yang dibahas, para peserta dikusi (murid) harus berpikir kritis dan tidak sembarang bicara serta peserta diskusi (murid) mampu meningkatkan keberanian. Sedangkan kelemahannya antara lain banyaknya waktu yang terbuang dan diskusi didominasi oleh peserta diskusi (murid) yang pandai saja.
3. Diskusi panel, yaitu diskusi yang diikuti oleh peserta aktif dan peserta pasif. Peserta aktif yaitu yang langsung mengadakan diskusi, sedangkan peserta pasif yaitu pendengar.
4. Diskusi simposium, yaitu diskusi yang diantarkan oleh seorang pemrasaran. Pemrasaran boleh berbeda pendapat terhadap suatu masalah. Sedangkan peserta diskusi boleh menanggapi pendapat yang dikemukakan oleh pemrasaran.
c. Metode Demonstrasi.
1. Fandi bangkit, mendekat dan memperhatikan gerakan-gerakan shalat yang sedang dilakukan oleh Saprol.
2. Fandi memperagakan gerakan-gerakan shalat di depan Haji Romli setelah dia mempelajarinya selama dua minggu.
3. Fandi membaca surat At-Tin sebagai bukti bahwa dia telah bisa membaca Al-Qur’an.
Metode demonstrasi disebut pula sebagai metode yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik.
Keuntungan dari metode ini apabila diaplikasikan dalam dunia pendidikan diantaranya: perhatian peserta didik akan dipusatkan kepada suatu benda atau yang lainnya, perhatian peserta didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian peserta didik terhadap masalah lain serta apabila mengikut sertakan peserta didik dalam sebuah percobaan tentunya akan meningkatkan kecakapan mereka.
d. Metode Pemberian Tugas.
1. Fandi diberi tugas agar dapat melaksanakan shalat. Ini tercermin dalam dialog antara dirinya dengan Haji Romli.
Haji Romli :”Elu pasti nggak shalat kan?”
(Fandi mengangguk).
Haji Romli :”Kita ketemu lagi kalo lu udah bisa shalat”.
2. Fandi mendapat tugas kedua, yaitu harus bisa membaca Al-Qur’an.
3. Pemberian tugas yang ketiga buat Fandi, yaitu harus mencari tahu tentang ilmu ikhlas.
Metode ini digunakan dalam pendidikan sebagai proses belajar mengajar dengan pemberian tugas kepada peserta didik (murid) yang pada akhirnya menuntut peserta didik (murid) agar mempertanggung jawabkannya kepada guru. Tujuannya agar peserta didik merasa bebas mencari jawaban, namun bertanggung jawab dengan pekerjaan (tugas) yang telah diberikan oleh guru.
e. Metode Pemberian Ganjaran.
Metode ini digunakan sebagai alat pendidikan yang sifatnya preventif dan represif dan menyenangkan serta mampu menjadi pendorong (motivator) bagi peserta didik. Ganjaran ini dapat diartikan imbalan atau hadiah terhadap sebuah perilaku yang baik dari peserta didik dalam proses pendidikan. Bentuk pemberian ganjaran ini dapat berupa pujian, hadiah/materi, do’a, tanda pengahargaan ataupun yang lainnya.
Metode pemberian ganjaran ini digunakan oleh Haji Romli untuk menguji keseriusan Fandi menikahi anaknya dengan memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikannya. Selain itu, Fandi juga menggunakan metode ini untuk mendapatkan informasi yang diinginkanya dari Saprol dengan memberikan hadiah sepasang sepatu lars yang sejak lama ingin memilikinya.
f. Metode Pemberian Hukuman.
Metode ini terdapat dalam adegan saat terdengar Bu Endang tengah memukul Saprol karena diketahui telah mencuri dua pasang sepatu lars milik Fandi dan berbohong bahwa sepatu itu adalah kenang-kenangan dari temannya. Metode pemberian hukuman ini dilakukan untuk menyadarkan Saprol dari kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan.
Prinsip yang harus diingat dalam mengaplikasikan metode ini adalah bahwa hukuman harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti serta mengandung makna edukasi sehingga menimbulkan kesan yang baik bagi anak didik.
g. Metode Nasihat (Mau’idzah).
Metode ini merupakan salah satu cara mendidik dengan mengandalkan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Metode nasihat bersifat penyampaian pesan dari seseorang kepada pihak yang memerlukan atau dipandang memerlukannya. Nasihat yang berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa secara langsung melalui perasaan, sehingga mampu menyentuh hati dan menggugah kesadaran seseorang atas sesuatu hal.
Metode ini nampak dalam cerita film Kiamat sudag Dekat (KSD), seperti:
1. Nasihat Bu Endang kepada Saprol agar tidak melakukan tindakan pencurian terhadap milik orang lain walaupun keadaan keluarganya sendiri bukan keluarga yang cukup berada.
2. Nasihat Bu Endang kepada seorang tamu ketika acara pernikahan Fandi dan Sarah agar tidak melupakan ibadah dan mengingatkannya tentang hari akhir.
3. Nasihat Bu Yoga terhadap seorang tamu yang kebetulan punya hutang kepada Pak Yoga agar segera membayar hutangnya.
C. Implikasi Materi dan Metode Dalam Film Kiamat Sudah Dekat (KSD) terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Pendidikan Agama Islam merupakan upaya mendudukkan agama Islam, ajaran-ajaran dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan atau sikap hidup seseorang. Adapun nilai-nilai dan metode yang terdapat dalam film KSD dapat dijadikan bahan untuk menanamkan nilai-nilai sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik baik dalam lingkungan keluarga maupun sekolah.
Jika menengok kembali dampak film pada penonton terutama dalam hal ini adalah peserta didik, maka film ini baik dengan menyajikan materi sesuai dengan yang terkandung di dalamnya. Sebelum memutar film ini di depan peserta didik hendaknya seorang guru memutarnya terlebih dahulu sehingga mengetahui dengan jelas isi film da hal-hal lain yang mungkin ditangkap oleh peserta didik. Oleh karena itu pemutaran film hendaknya didampingi oleh guru dengan memberikan tugas mencatat atau memperhatikan suatu aspek tertentu yang terdapat dalam film. Hal ini menghindari kemungkinan film hanya berfungsi sebagai media hiburan saja, namun juga sebagai media pendidikan.
Isi dari film KSD ini memberikan contoh yang baik mengenai orang yang sebelumnya tidak mengenal Tuhan menjadi orang yang shaleh, tawakal dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan.
Pertama, adalah konsep tentang “fitrah manusia”. Sampai saat ini, perbincangan mengenai fitrah selalu memunculkan banyak pendapat dalam penginterpretasiannya. Salah satu hal yang menjadi perbedaan utama ajaran Islam dengan ajaran-ajaran agama lain ialah tentang sifat asal manusia. Islam mempercayai bahwa manusia diciptakan dalam keadaan fitrah. Dalam pandangan bebagai ulama, Allah SWT telah menciptakan kecenderungan alamiah dalam diri manusia untuk condong kepada Tuhan, cenderung kepada kesucian, kebenaran dan kebaikan, hal-hal yang positif dan konstruktif. Hal ini berbeda dengan doktrin agama Kristen, dimana disebutkan bahwa seseorang dilahirkan dalam keadaan dosa dan berada dalam suatu keadaan yang tidak suci.
Adapun mengenai pandangan tentang fitrah, menurut Yasien Muhammad, pemahaman terhadap konsep fitrah ini dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: pandangan fatalis, pandangan netral, pandangan positif dan pandangan dualis.
Pandangan fatalis mempercayai bahwa setiap manusia (individu), melalui ketetapan Allah adalah baik atau jahat secara asal, baik ketetapan semacam ini terjadi secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. Jadi, seorang individu terikat oleh kehendak Allah untuk menjalani “cetak biru” (blue print) kehidupannya yang telah ditetapkan bagi dirinya sebelumnya.
Pandangan netral berpendapat bahwa anak terlahir dalam keadaan suci. Suatu keadaan kosong sebagaimana adanya, tanpa kesadaran akan iman atau kufur. Jadi, iman (kebaikan) atau kufur (keburukan) akan mewujud (termanifestasi) ketika anak tersebut mencapai kedewasaan atau taklīf.
Pandangan positif dengan salah satu tokohnya, Ibnu Taimiyyah, berpendapat bahwa semua anak lahir dalam keadaan fitrah. Sifat dasar manusia memiliki bukan hanya sekedar pengetahuan tentang Allah yang ada secara inheren di dalamnya tetapi juga kekuatan cinta kepadaNya dan keinginan untuk melaksanakan ajaran agama secara tulus sebagai hanīf sejati.
Pandangan dualis berpendapat bahwa dua unsur pembentuk esensial dari struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah. Hal ini mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai suatu kecenderungan yang setara kepada manusia, yaitu kecenderungan mengikuti Tuhan atau kecenderungan untuk tersesat.
Pengertian fitrah yang digunakan oleh pakar-pakar dan pengkaji psikologi Islami ternyata menggunakan pandangan positif. Eksistensi fitrah tidak akan rusak oleh pengaruh-pengaruh eksternal sekuat apapun. Hal ini sesuai konsep idul fitri dan kewajiban membayar zakat fitrah bagi orang Islam.
Idul fitri dapat diartikan sebagai “kembali kepada keadaan yang mula” diciptakan Allah, keadaan asal, yang asli. Untuk kembali kepada fitrah, seseorang membutuhkan usaha yang besar, baik usaha yang bersifat vertikal (mendekatkan diri kepada Allah SWT, berpuasa dalam bulan Ramadhan, shalat malam, tadarrus, berdzikir dan sebagainya) maupun yang bersifat horizontal (berbagai kebaikan terhadap sesama manusia, seperti beramal untuk buka puasa, berzakat fitrah dan sebagainya).
Ajaran yang dibawa oleh agama Islam ialah tentang iman kepada Allah SWT dan memahasucikanNya dari menyerupai sesuatu yang selainNya dan harus disembah tanpa mempersekutukanNya adalah merupakan jalan yang mana harus sesuai dengan fitrahnya tidak akan sampai kepadaNya.
Fitrah manusia sebagai anugerah dari Allah yang tak ternilai harganya tersebut harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi insan yang sempurna (Insan al Kamil). Salah satu bentuk usaha yang mampu dilakukan dalam pengembangan fitrah adalah melalui pendidikan, yaitu fitrah beragama, fitrah intelek dan fitrah sosial.
Keberadaan manusia sebagai resultan dari dua komponen (materi dan immateri) menghendaki program pendidikan yang sepenuhnya mengacu kepada konsep equilibrium, yaitu integrasi yang utuh antara pendidikan ‘aqliyah dan qalbiyah. Hal itu sesuai dengan pendapat Emmanuel Kant bahwa manusia dapat menjadi manusia karena pendidikan.
Dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD) diceritakan bahwa Sarah dan Farid yang terlahir dari keluarga taat beragama dan mendapatkan pendidikan agama Islam yang berkesinambungan mampu membentuk pribadi-pribadi muslim yang taat beragama dan berakhlak mulia. Sedangkan Fandi merupakan seorang anak yang terlahir dan dibesarkan di luar negeri (Amerika) digambarkan sebagai seorang yang tidak mendapatkan pendidikan keagamaan yang cukup dari keluarga dan lingkungannya. Namun di kemudian hari, fitrahnya sebagai manusia yang beragama mulai berkembang di bawah bimbingan Haji Romli.
Para ulama berpendapat bahwa potensi manusia tidak akan rusak atau hilang meskipun orang tersebut memiliki tabiat yang buruk. Keimanan merupakan suatu hal yang sulit diukur kadarnya. Seseorang dapat mengukur kadar keimanan seseorang yang lain biasanya dengan melihat kepada hal-hal yang tampak secara inderawi dan perbuatan sehari-hari. Keimanan sebagai salah satu fitrah manusia hendaknya perlu dikembangkan sejak usia dini.
Dalam karakter Fandi, ditunjukkan bahwa lingkungan memiliki peranan penting dalam pengembangan segenap potensi yang dimiliki oleh manusia. Fandi dan keluarganya memang tidak mengenal agama, namun mereka mampu berhubungan sosial dengan baik. Hal ini dimanifestasikan dalam perbuatan mereka, seperti menyumbang di panti jompo, memberikan bea siswa kepada anak yang kurang mampu dan lain-lain. Semua ini sesuai dengan konsep zakat dalam ajaran agama Islam. Meskipun Fandi memiliki motivasi keagamaan yang implisit dalam perilakunya, namun rasa keimanannya dapat dirasakan, eksistensinya sebagai manusia yang bertuhan melekat dalam pribadinya.
Seperti halnya Fandi, penonton ataupun peserta didik yang telah mencapai usia remaja tentu mengalami pertentangan-pertentangan batin, terutama yang terkait dengan hal-hal yang berbau agama. Dengan usaha-usaha tertentu seperti melalui pendidikan di bangku sekolah, tanya jawab, diskusi maupun tontonan film diharapkan mampu mendapatkan pengetahuan atau informasi yang benar terkait dengan pertanyaan-pertanyaan di seputar kegundahan spiritual. Dari hal-hal di atas, diharapkan akan memunculkan suatu keputusan terbaik yang didasarkan kepada pengalaman pribadi masing-masing.
Serangkaian kisah dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD) banyak mengingatkan akan datangnya hari akhir yang pasti terjadi. Selain menjadi tontonan yang menghibur, film tersebut banyak memberikan tuntunan-tuntunan nilai yang dapat digunakan sebagai upaya untuk menggugah potensi keimanan dalam diri manusia serta sebagai media pembuka pikiran agar dapat lebih mengenal eksistensi Tuhan (Allah SWT).
Secara filosofis, hakikat kodrat martabat manusia merupakan satu kesatuan yang integral dari segi-segi atau potensi-potensi esensial, yaitu:
a. Manusia sebagai makhluk pribadi (Individual Being).
b. Manusia sebagai makhluk sosial (Social Being).
c. Manusia sebagai makhluk susila (Moral Being).
d. Manusia sebagai makhluk yang bertuhan.
Hal-hal tersebut terus mendorong manusia untuk mengembangkan potensinya dengan meningkatkan kualitas pribadi, meningkatkan hubungan dengan sesama dan pengabdiannya kepada Tuhan. Praktik ibadah yang mulai dilakukan Fandi secara rutin merupakan salah satu hasil dari proses belajarnya untuk menjadi manusia yang berkpribadian muslim.
Fandi yang terlahir dan dibesarkan di luar negeri (Amerika) tanpa dibekali pengetahuan agama sama sekali mampu melalui proses yang dapat membuatnya mengenal Allah dan kebenaran dari ajaran Islam yang pada akhirnya dianut sebagai agamanya, begitupun dengan keluarganya. Usaha yang keras untuk mendapatkan Sarah ternyata tidak semudah yang dia kira. Hingga pada akhirnya justru membawa Fandi ke jalan kebenaran (agama) dan dia pun sadar sebesar apapun usaha seseorang, jika Allah tak berkehendak maka sesuatu tak mungkin terjadi. Akhirnya hidayah Allah SWT telah menunjukkan kekuasaanNya bahwa ada kekuatan tak terbatas yang berada di atas segala kekuatan yang dimiliki manusia.
Kesadaran tersebut dibarengi dengan dijalankannya perintah Allah SWT (ibadah) berupa shalat lima waktu sebagai bekal di hari akhir yang pasti akan datang dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk memperoleh keridhaan Allah tanpa menafikan kekuasaan dan kehendak Allah SWT.
Ibadah artinya berbakti kepada Allah SWT secara luas karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid. Ibadah itulah tujuan hidup manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعبُدُوْنِ (الذاريات : 56)
”Dan Aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”. (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56).
Aktivitas keislaman menunjukkan kualitas iman seseorang. Abul A’la Maududi, seorang pemikir Islam abad ini menerangkan tentang hakikat hubungan antara Iman dan Islam sebagai berikut: “Hubungan antara Islam dan Iman adalah laksana hubungan pohon kayu dengan uratnya. Sebagaimana pohon kayu tidak dapat tumbuh tanpa uratnya, demikian pulalah, mustahil bagi seseorang yang tidak memiliki Iman untuk memulai dirinya menjadi seorang muslim”.
Program pendidikan merupakan usaha untuk menumbuhkan daya kreativitas anak, melestarikan nilai-nilai Ilahiyah dan Insaniyah serta membekali anak didik dengan kemampuan yang produktif. Pendidikan bertugas untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi dasar serta kecenderungan-kecenderungannya terhadap sesuatu yang diminati sesuai denagn kemampuan dan bakat yang tersedia. Konsep fitrah memiliki tuntutan agar pendidikan Islam diarahkan untuk bertumpu kepada Tauhid. Adapun materi pendidikan sebagai bagian integral dari kurikulum pendidikan diorientasikan agar anak didik mampu mengenal Allah, mengenal diri sendiri, mengenal alam lingkungan sosial dan mengenal alam.
Manusia adalah makhluk rasional atau homo rasionale, sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada sejauh mana kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan dan dioptimalkan sampai kepada titik maksimal perkembangannya.
Titik sentral dari fungsi manusia adalah beribadah kepada Allah SWT. Fungsi demikian baru dapat berkembang dengan cukup baik bilamana kemampuan-kemampuan ganda dalam pribadinya selaku makhluk Allah diberi bimbingan dan pengarahan yang baik pula melalui proses pendidikan ke arah jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Kedua, motivasi. Terbentuknya pribadi muslim (insan al-kamil) tidak terlepas dari masalah psikologi, salah satunya adalah motivasi, dalam hal ini yaitu motivasi ekstrinsik yang dimiliki Fandi dalam bentuk keinginan bersanding (menikah) dengan Sarah. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat dipahami dalam film tersebut bahwa terdapat sebuah kecenderungan dalam diri seorang remaja yang tengah menginjak usia dewasa dan bersifat pribadi yaitu adanya minat terhadap lawan jenis, salah satu fase awal bagi remaja (puber) dan tidak dimiliki oleh fase-fase sebelumnya. Adanya minat tersebut bagi remaja dapat meningkat menjadi sebuah keseriusan dalam memilih pasangan hidup yang ideal dalam usia dewasa. Dengan adanya motivasi yang kuat terhadap lawan jenis ini sangat dimungkinkan untuk rela “menuruti” apapun demi untuk mendapatkannya. Hal tersebut kerapkali menimbulkan konflik dengan lingkungan pergaulannya, disebabkan konsentrasi untuk “mendapatkan” lebih besar daripada pergaulannya dengan teman sebaya.
Motivasi sebagai suatu proses, mengantarkan Fandi kepada pengamalan-pengamalan yang memungkinkan untuk belajar. Hal tersebut memberinya semangat dan memusatkan perhatian pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuannya. Dalam hal ini adalah persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Haji Romli berupa bekal agama, yang dimanifestasikan melalui shalat lima waktu dan kemampuan membaca kitab suci Al-Qur’an.
Dalam interaksi belajar, seseorang yang sudah memiliki motif, maka dia akan memberikan perhatian (voluntary attention) walaupun pelajaran itu tidak menarik. Motivasi merupakan salah satu faktor internal yang muncul dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
Motivasi mengandung tiga komponen , yaitu:
1. Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
2. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan.
3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan serta kekuatan individu.
Pada aspek inilah peran guru sangat penting untuk memberikan motivasi kepada peserta didik hingga peserta terdidik tersebut terdorong untuk belajar, antara lain dengan pemilihan bahan-bahan pengajaran yang berarti bagi peserta didik, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memilih metode belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya. Dalam film ini, Haji Romli berusaha menguji keseriusan Fandi yang telah “terlihat” memiliki motivasi kuat dalam dirinya. Beliau membuat tugas-tugas belajar yang selalu dapat diselesaikan Fandi dalam jangka waktu tertentu. Hal itu pula didukung oleh lingkungan Fandi, terutama Saprol dan ibunya yang selalu membantu Fandi untuk menyelesaikan tugasnya tanpa berputus asa. Selain itu, teman-teman (band)nya pun turut membantu untuk keberhasilan Fandi.
Bahan-bahan atau materi-materi yang diberikan Haji Romli berupa kemampuan melaksanakan shalat, membaca Al-Qur’an serta menguasai ilmu ikhlas dianggap sebagai materi yang sangat berat dan sukar untuk dikuasainya. Namun dengan motivasi yang dimilikinya, materi-materi yang tidak menarik, asing dan tidak disukainya tersebut mampu dikuasai dalam jangka waktu yang relatif pendek. Hal tersebut dapat diketahui bahwa motivasi merupakan masalah penting yang harus dikuasai agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan optimal dan efektif.
Selain itu, di masa periode remaja akhir, setiap individu memiliki kepribadian tersendiri yang akan menjadi pegangan (falsafah hidup) ketika memasuki tahap kedewasaan. Kepribadian tersebut meliputi kesatuan individu termasuk pembawaan, bakat, kecakapan dan pengalamannya serta mampu menyatakan diri dengan khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan demikian, setiap individu yang memasuki fase ini senantiasa mengembangkan dirinya dalam berinteraksi dengan pihak-pihak lain (Tuhan, orang tua, lingkungan dan sebagainya). Dalam perkembangannya, tiap-tiap individu ada yang lebih ditentukan oleh lingkungannya serta ada pula yang lebih ditentukan oleh pembawaannya. Manusia ialah makhluk yang sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan dirinya secara bebas. Jadi, setiap orang harus bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya sendiri.
Adapun metode memiliki kaitan yang erat dengan proses dan hasil. Setiap metode secara implisit mampu memberikan nilai plus terhadap materi yang diberikan. Misalnya, seorang peserta didik yang telah menguasai gerakan-gerakan shalat karena telah meniru atau diajarkan oleh orang tuanya. Namun dalam implementasinya belum tentu paham, mengapa shalat harus dilaksanakan secara rutin?
Dalam hal ini dapat digunakan dua metode sekaligus atau lebih. Misalnya, metode demonstrasi dan tanya jawab. Metode demonstrasi sangat penting bagi siswa peserta didik yang belum dapat mengerjakan gerakan-gerakan shalat. Sedangkan metode tanya jawab sangat baik untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya lebih lanjut sehingga antara pendidik dan peserta didik dapat aktif bersama-sama.
Metode-metode yang terdapat dalam film ini seperti yang disebutkan sebelumnya, dipengaruhi oleh masa pertumbuhan dan perkembangan yang sebagian besar telah mencapai usia remaja akhir. Pada usia tersebut, rata-rata menunjukkan kesiapan (mengalami kematangan) untuk memasuki masa dewasa awal. Pertambahan usia menyebabkan berkembangnya struktur dan intelegensi baru sehingga mempengaruhi kepada perubahan-perubahan kualitas seseorang. Anak usia remaja memiliki kemampuan berpikir yang lebih proporsional dalam menyusun rencana-rencana, menyusun pilihan-pilihan alternatif, membuat perhitungan dan pertimbangan serta menetapkan pilihan. Mereka juga lebih realistis dalam menghadapi suatu permasalahan, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Perlu digaris bawahi bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor selain pembawaan yang memberikan pengaruh dalam menginformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan dalam diri peserta didik untuk kemudian diimplementasikan dalam perbuatan yang konkrit. Masa remaja ialah masa yang sangat peka terhadap segala sesuatu, terutama agama yang berakibat timbulnya kebimbangan (skeptis) tentang Allah SWT dan ajaran-ajaran agama. Akan tetapi di samping itu, ia merasa butuh akan bantuan dari luar dirinya, yang melampui kekuatan manusia, seolah-olah ketidak percayaannya kepada Tuhan mengandung keyakinan. Pada masa remaja akhir, seseorang akan mengatasi keadaan yang ambivalen tersebut dengan memilih keputusan.
Dalam proses belajarnya tersebut, Fandi hanya memiliki satu tujuan yaitu izin dari Haji Romli untuk menikahi Sarah. Ia semata-mata melaksanakan semua persyaratan yang diberikan Haji Romli untuk mencapai tujuan pribadinya tersebut. Jadi, shalat dan membaca Al-Qur’an yang dilakukannya hanya dianggap sebagai sebuah syarat-syarat formalitas tanpa diniati ibadah kepada Allah SWT. Namun, kesulitan yang ditemuinya ketika harus mengusai ilmu ikhlas mampu membuatnya berpikir tentang eksistensi Tuhan Yang Maha Esa. Dimana hasil diskusinya dengan Ustadz Jamal hanya memberikan kesimpulan bahwa Allah-lah yang mengetahui kadar keikhlasan seseorang. Hal itu jelas berada di luar nalar rasionalnya, sehingga akhirnya hal tersebut membawanya kepada kesadaran, bahwa usaha manusia tidak cukup tanpa ridha dari Allah SWT. Berusaha dan berdo’a merupakan kunci keberhasilannya.
Apabila motivasi dikaitkan dengan pendidikan, dapat diartikan sebagai suatu suasana psikis yang terdapat dalam diri pendidik (guru) dan peserta didik (murid) yang mendorong serta menyertai aktivitas mereka, baik selaku subyek dan atau obyek pendidikan.
Dari hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa seseorang pasti memiliki kecenderungan berupa pengabdian kepada Tuhan serta dengan motivasi yang kuat baik yang berasal dari peserta didik (intrinsik) maupun dari orang lain atau guru (ekstrinsik) memungkinkan seseorang untuk belajar lebih giat dengan hasil yang lebih memuaskan. Oleh karena itu, motivasi menjadi hal yang signifikan dalam proses belajar mengajar untuk menunjang hasil yang diinginkan oleh pendidikan.
Pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku yang diharapkan. Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah laku tersebut meliputi bentuk kemampuan yang menurut taksonomi Bloom diklasifikasikan dalam tiga domain yaitu: Kognitif (Cognitive domain), Afektif (Affective domain), dan Psikomotor (Psychomotor domain). Nilai-nilai dan metode pendidikan yang dapat dilihat dan dirasa oleh penonton (peserta didik, guru dan orang tua) dari film Kiamat Sudah Dekat (KSD) dapat diambil manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi dan metode Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdapat dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD) dan telah dianalisis banyak sekali kemungkinan umtuk dikembangkan dan didayagunakan baik di lembaga formal maupun informal agar nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat terinternalisasikan dalam setiap peserta didik secara berkesinambungan dan disampaikan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan peserta didik.
D. Kelebihan dan Kelemahan Dalam Film Kiamat Sudah Dekat (KSD)
Setiap film secara global pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan di dalamnya, baik yang berupa permasalahan teknis, naskah atau skenario, akting maupun yang lainnya. Begitu pula dengan film Kiamat Sudah Dekat (KSD). Dalam film tersebut terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang harus kita akui keberadaannya, sehingga pada akhirnya kelebihan dan kelemahannya menjadi tolok ukur dalam penggarapan film bertema serupa.
Film Kiamat Sudah Dekat (KSD) mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya tema yang diangkat disajikan secara sederhana dan dalam kemasan bahasa yang mudah dipahami oleh penonton. Namun walaupun demikian, film tersebut mampu mengetengahkan persoalan-persoalan kehidupan remaja khususnya di tengah masa menjelang masa kedewasaannya. Hal ini meliputi kehidupan pribadi, keluarga, sosial, agama, pendidikan dan lain-lain.
Selain itu, dalam film ini terdapat kelebihan yang tidak dimiliki secara utuh oleh film-film Indonesia saat ini yaitu saratnya nilai-nilai pendidikan agama di dalamnya serta dikemas dalam bentuk kisah percintaan yang menjadi icon remaja dalam perfilman Indonesia saat ini. Dalam penyampaian materi-materinya pun tidak terkesan menggurui, lugas walaupun banyak dihiasi dengan sindiran-sindiran yang dibahasakan dengan dialog yang mampu membuat penonton tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Metode yang dipergunakan dalam menyampaikan materi disampaikan secara variatif sehingga tidak monoton, tidak terlalu serius, tidak kaku dan tidak menimbulkan kejenuhan.
Walaupun film ini bertemakan keagamaan, namun di dalamnya justeru disampaikan dengan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami, bukan dengan bahasa agama yang membuat film ini menjadi angker dan sukar dipahami. Hal ini dapat dilihat dengan banyak bertebaran dan diadopsinya bahasa populer dikalangan remaja dalam film tersebut, seperti istilah suer, man (baca: men), pacaran dan lain-lain. Faktor inilah yang menjadi salah satu nilai plus mengapa film ini diterima oleh generasi muda dan tua di tengah maraknya tema-tema film remaja yang lainnya, sehingga tidak terkesan klasik malah asyik apabila ditonton.
Selain kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD) di atas, film inipun mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya kurang masuk akalnya seseorang memiliki kesempurnaan iman dalam waktu yang singkat. Sifat iman itu abstrak, sulit untuk dinilai dan temporer. Walaupun belajar agama dari kecil belum tentu memiliki kesempurnaan iman yang tergambarkan dalam film tersebut. Selain itu, adanya kesan implisit bahwa film ini justru mengajarkan “pemaksaan” terhadap seseorang (Fandi) jika ingin mendapatkan seorang perempuan (Sarah), maka dia harus melaksanakan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan Haji Romli (ayahnya Sarah) yang sangat mungkin akan membuat diri Fandi merasakan riya’ dan sum’ah dalam melaksanakan persyaratan-persyaratan tersebut. Hal ini sangat dimungkinkan apabila melihat latar belakang Fandi dalam film tersebut, walaupun pada akhirnya ending film menafikan kesan tersebut.
Selain itu, kelemahan film ini yang harus digaris bawahi ialah sebuah pertanyaan mengapa harus menjadikan lawan jenis (perempuan) sebagai alat rangsangan bagi seseorang (laki-laki) untuk mempelajari atau mengubah keyakinan atau sesuatu yang sangat sakral (vital) bagi kehidupan manusia yaitu agama. Sehingga terkesan seluruh pendukung film tersebut memaksakan diri membuat film dakwah dikalangan remaja dengan tema percintaan remaja masa kini yang justeru akan menuai bumerang apabila mengangkat dua sisi yang bertentangan selama ini (percintaan dan agama).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan dan menganalisis nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdapat dalam film Kiamat Sudah Dekat (KSD) pada bab-bab terdahulu, maka penyusun dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Film Kiamat Sudah Dekat (KSD) mengandung berbagai nilai edukatif yang tercermin dalam pribadi-pribadi Muslim sebagaimana peran yang dimainkan oleh para aktor/aktris dalam film tersebut. Melalui kisah yang diceritakan dalam film tersebut, setidaknya dapat diketahui bahwa faktor perkembangan manusia tidak hanya dipengaruhi oleh pembawaan semata. Namun juga terdapat faktor lingkungan seseorang tersebut tinggal dan bergaul dengan orang lain serta latar belakang pendidikan yang diperoleh. Pun dapat diketahui bahwa seseorang yang berada pada masa belajar, terutama remaja mudah tergugah oleh hal-hal yang dianggap baru dan belum diketahui atau dirasakan kebenarannya untuk melakukan proses pencarian jawaban dan pemilihan suatu hal yang benar menurut pertimbangan-pertimbangan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang dilewatinya.
2. Dalam film Kiamat Sudah dekat (KSD) terdapat beberapa materi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terkandung di dalamnya, yaitu:
a. Materi Keimanan, meliputi iman kepada Allah SWT dan iman kepada hari akhir.
b. Materi Syari’ah meliputi ibadah shalat, membaca Al-Qur’an, ibadah haji (niat berhaji), thaharah dan nikah.
c. Materi Akhlak, meliputi:
1. Akhlak kepada Allah SWT yang terdiri dari sifat ikhlas, syukur dan tawakkal.
2. Akhlak kepada individu, terdiri dari sifat iffah dan istiqamah.
3. Akhlak dalam keluarga, yaitu birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua).
4. Akhlak dalam bermasyarakat, meliputi pengucapan salam, tolong menolong dan berlaku adil.
3. Dalam film Kiamat Sudah dekat (KSD) terdapat beberapa metode-metode Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terkandung di dalamnya, yaitu:
a. Metode tanya jawab.
b. Metode diskusi.
c. Metode demonstrasi.
d. Metode pemberian tugas (resitasi).
e. Metode pemberian ganjaran (hadiah).
f. Metode pemberian hukuman.
g. Metode nasihat (mau’idzah).
B. Saran-Saran
1. Kepada pendidik dan pemerhati pendidikan agar selalu meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam segi materi maupun metode yang variatif, agar materi yang disampaikan dapat diterima dan dianalisis dengan maksimal olh peserta didik serta mampu menjiwai dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kepada para orang tua agar memberikan pendidikan agama kepada anak lebih dini agar dalam proses perkembangan belajarnya dapat terkontrol dan lebih bijak dalam memilih hal yang baik dan tidak baik untuk dilakukan.
3. Kepada masyarakat pada umumnya agar lebih memperhatikan dan menerapkan perinagatan Bimbingan Orang Tua (BO) untuk setiap tayangan film, agar anak dapat memilih film yang baik dan berkualitas untuk ditonton.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangNya sehinga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Dengan ini penyusun berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri sebagai ajang pembelajaran karya tulis ilmiah.
Skripsi dengan setiap kekurangannya dapat dijadikan bahan perkembangan sehingga apabila ada penulis penelitian berikutnya dapat menulis karya ilmiah lebih baik lagi. Dan semoga lembaga-lembaga pendidikan terutama lembaga Pendidikan Agama Islam dapat terus meningkatkan kualitasnya serta memiliki out put yang berkompeten dan mempunyai kredibilitas tinggi terhadap keilmuan.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah berpartisipasi hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas amal kebaikan kita semua. Amien.

0 Comment