14 November 2012

HADITS TENTANG ISRAJ MI’RAJ

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Isra’:1)

Isra’ Mu’raj merupakan peristiwa yang amat agung karena tiada seorang Nabi dan Rasul yang diberi kehormatan oleh Allah SWT untuk melaksanakannya. Hanya Nabi Muhammad SAW saja yang diberi anugrah untuk itu. Ini adalah suatu tanda betapa tinggi dan agungnya pribadi beliau di sisi Allah Azza wa Jalla.  Peristiwa Isra’ Mi’raj yang di alami oleh baginda Nabi SAW penuh dengan makna dan tanda tanya besar, yang membuat semua orang di sekeliling Nabi SAW tidak mempercayai kejadian yang telah di alami beliau SAW, karena kejadian yang di alami Nabi Saw itu tidak masuk akal. Untuk menelaah lebih lanjut maka penulis akan menelaah dalil yang menjelaskan tentang peristiwa tersebut, khususnya adalah tentang hadis yang menjadi dasar atau dalil mengenai Isra’ Mi’raj.

Di dalam makalah ini, penulis hanya menuliskan hadis tentang Isra’ Mi’raj yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, karena hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari adalah standar dari ke shahihan hadis-hadis Nabi SAW. Dalam makalah ini penulis menjelaskan tentang hadis yang berkaitan dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi SAW, sebagaimana akan penulis bahas berikut ini.

Adapun rujukan yang penulis gunakan untuk menjelaskan hadis yang berkaitan dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini adalah kitab syarah shahih al-Bukharai, yaitu kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajr al-Asqalani, kemudian buku-buku yang mendukung untuk menjelaskannya.  

B.    Israj Mi’raj

1.    Pengertian

Isra’ adalah berjalan pada waktu malam atau membawa berjalan pada waktu malam, Mi’raj adalah tangga sebagai alat untuk naik atau semacam alat untuk naik.  Istilah Isra’ dalam kajian sejarah Islam berarti perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dalam waktu yang amat singkat dari Masjid al-Haram di Mekah ke Masjid al-Aqsha di Yarusalem. Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan pribadi Nabi Muhammad SAW naik dari alam bawah (bumi) ke alam atas (langit), sampai ke langit ketujuh dan sidratilmuntaha. Dalam istilah lain disebut Mi’raj adalah kenaikan Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Aqsha di Yarusalem ke alam atas melalui beberapa tingkatan, terus menuju bait al-Ma’mur, sidratilmuntaha, arasy (tahta Tuhan), kursi singgasana Tuhan, dan menerima wahyu langsung dari Allah SWT.   Perjalanan ini mengandung perintah mendirikan shalat lima waktu sehari semalam. Karena peristiwa Isra’ bersamaan dengan peristiwa Mi’raj, maka kedua kata itu senantiasa digabungkan pemakaiannya menjadi Isra’ Mi’raj. Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab, setahun sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah.   

Kejadian-kejadian sekitar Isra' dan Mi'raj dijelaskan di dalam hadits- hadits nabi. Dari hadits-hadits yang shahih, didapati rangkaian kisah-kisah berikut. Suatu hari malaikat Jibril datang dan membawa Nabi, lalu dibedahnya dada Nabi dan dibersihkan hatinya, diisinya dengan iman dan hikmah. Kemudian didatangkan buraq, 'binatang' berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan mata. Dengan buraq itu Nabi melakukan isra' dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina.

Nabi SAW shalat dua rakaat di Baitul Maqdis, lalu dibawakan oleh Jibril segelas khamr (minuman keras) dan segelas susu; Nabi SAW memilih susu. Kata malaikat Jibril, "Engkau dalam kesucian, sekiranya kau pilih khamr, sesatlah ummat engkau." Dengan buraq pula Nabi SAW melanjutkan perjalanan memasuki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua sampai ke tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya baitul Ma'mur, tempat 70.000 malaikat salat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi. Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam ('pena'). Dari sidratul muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia: sungai Efrat dan sungai Nil. Lalu Jibril membawa tiga gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril pun berkomentar, "Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan ummat engkau." Jibril mengajak Nabi melihat surga yang indah. Inilah yang dijelaskan pula dalam Al-Qur'an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi melihat wujud Jibril yang sebenarnya.

Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah shalat wajib. Mulanya diwajibkan shalat lima puluh kali sehari-semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW meminta keringanan dan diberinya pengurangan sepuluh- sepuluh setiap meminta. Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam. Nabi enggan meminta keringanan lagi, "Saya telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya rela dan menyerah." Maka Allah berfirman, "Itulah fardhu-Ku dan Aku telah meringankannya atas hamba-Ku."
Urutan kejadian sejak melihat Baitul Ma'mur sampai menerima perintah shalat tidak sama dalam beberapa hadits, mungkin menunjukkan kejadian- kajadian itu serempak dialami Nabi. "Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia". Dan Kami tidak menjadikan pemandangan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia...." (QS. 17:60). "Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayai saya (kata Nabi SAW), saya berdiri di Hijr (menjawab berbagai pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada saya Baitul Maqdis, saya dapatkan apa yang saya inginkan dan saya jelaskan kepada mereka tanda-tandanya, saya memperhatikannya...." (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).

b.2. Hadis tentang Isra’ Mi’raj

 حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِى أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ - رضى الله عنهما - أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « لَمَّا كَذَّبَنِى قُرَيْشٌ قُمْتُ فِى الْحِجْرِ ، فَجَلاَ اللَّهُ لِى بَيْتَ الْمَقْدِسِ ، فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ »

Artinya : telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Bukair, telah menceritakan kepada kami al-Laits dari ‘Uqail dari ibn Syihab, telah menceritakan kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdirrahman, aku telah mendengar dari Jabir bin Abdullah RA, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, ketika orang-orang Quraisy mendustakanku maka aku berdiri di Hijr, lalu Allah menampakkan Baitu al-Maqdis kepadaku, Aku pun mulai mengabarkan kepada mereka tanda-tandanya sementara aku melihat kepadanya.
 
 حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ - رضى الله عنهما - أَنَّ نَبِىَّ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - حَدَّثَهُمْ عَنْ لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِهِ « بَيْنَمَا أَنَا فِى الْحَطِيمِ - وَرُبَّمَا قَالَ فِى الْحِجْرِ - مُضْطَجِعًا ، إِذْ أَتَانِى آتٍ فَقَدَّ - قَالَ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ فَشَقَّ - مَا بَيْنَ هَذِهِ إِلَى هَذِهِ - فَقُلْتُ لِلْجَارُودِ وَهْوَ إِلَى جَنْبِى مَا يَعْنِى بِهِ قَالَ مِنْ ثُغْرَةِ نَحْرِهِ إِلَى شِعْرَتِهِ ، وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ مِنْ قَصِّهِ إِلَى شِعْرَتِهِ - فَاسْتَخْرَجَ قَلْبِى ، ثُمَّ أُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مَمْلُوءَةٍ إِيمَانًا ، فَغُسِلَ قَلْبِى ثُمَّ حُشِىَ ، ثُمَّ أُوتِيتُ بِدَابَّةٍ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ أَبْيَضَ » . - فَقَالَ لَهُ الْجَارُودُ هُوَ الْبُرَاقُ يَا أَبَا حَمْزَةَ قَالَ أَنَسٌ نَعَمْ ، يَضَعُ خَطْوَهُ عِنْدَ أَقْصَى طَرْفِهِ - « فَحُمِلْتُ عَلَيْهِ ، فَانْطَلَقَ بِى جِبْرِيلُ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَاسْتَفْتَحَ ، فَقِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ . قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ ، فَنِعْمَ الْمَجِىءُ جَاءَ فَفَتَحَ ، فَلَمَّا خَلَصْتُ ، فَإِذَا فِيهَا آدَمُ ، فَقَالَ هَذَا أَبُوكَ آدَمُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ . فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ السَّلاَمَ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالاِبْنِ الصَّالِحِ وَالنَّبِىِّ الصَّالِحِ . ثُمَّ صَعِدَ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ فَاسْتَفْتَحَ ، قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ . قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ فَنِعْمَ الْمَجِىءُ جَاءَ . فَفَتَحَ ، فَلَمَّا خَلَصْتُ ، إِذَا يَحْيَى وَعِيسَى ، وَهُمَا ابْنَا الْخَالَةِ قَالَ هَذَا يَحْيَى وَعِيسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِمَا . فَسَلَّمْتُ فَرَدَّا ، ثُمَّ قَالاَ مَرْحَبًا بِالأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِىِّ الصَّالِحِ . ثُمَّ صَعِدَ بِى إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ ، فَاسْتَفْتَحَ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ . قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ ، فَنِعْمَ الْمَجِىءُ جَاءَ . فَفُتِحَ ، فَلَمَّا خَلَصْتُ إِذَا يُوسُفُ . قَالَ هَذَا يُوسُفُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ . فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ، ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِىِّ الصَّالِحِ ، ثُمَّ صَعِدَ بِى حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الرَّابِعَةَ ، فَاسْتَفْتَحَ ، قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ أَوَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ . قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ ، فَنِعْمَ الْمَجِىءُ جَاءَ . فَفُتِحَ ، فَلَمَّا خَلَصْتُ إِلَى إِدْرِيسَ قَالَ هَذَا إِدْرِيسُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ . فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِىِّ الصَّالِحِ . ثُمَّ صَعِدَ بِى حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الْخَامِسَةَ ، فَاسْتَفْتَحَ ، قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ - صلى الله عليه وسلم - . قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ . قِيلَ مَرْحَبًا بِهِ ، فَنِعْمَ الْمَجِىءُ جَاءَ . فَلَمَّا خَلَصْتُ فَإِذَا هَارُونُ قَالَ هَذَا هَارُونُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ . فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِىِّ الصَّالِحِ . ثُمَّ صَعِدَ بِى حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ السَّادِسَةَ ، فَاسْتَفْتَحَ ، قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ مَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ . قَالَ مَرْحَبًا بِهِ ، فَنِعْمَ الْمَجِىءُ جَاءَ ، فَلَمَّا خَلَصْتُ ، فَإِذَا مُوسَى قَالَ هَذَا مُوسَى فَسَلِّمْ عَلَيْهِ ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِىِّ الصَّالِحِ . فَلَمَّا تَجَاوَزْتُ بَكَى ، قِيلَ لَهُ مَا يُبْكِيكَ قَالَ أَبْكِى لأَنَّ غُلاَمًا بُعِثَ بَعْدِى ، يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِهِ أَكْثَرُ مَنْ يَدْخُلُهَا مِنْ أُمَّتِى . ثُمَّ صَعِدَ بِى إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ ، قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ . قَالَ نَعَمْ . قَالَ مَرْحَبًا بِهِ ، فَنِعْمَ الْمَجِىءُ جَاءَ فَلَمَّا خَلَصْتُ ، فَإِذَا إِبْرَاهِيمُ قَالَ هَذَا أَبُوكَ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ . قَالَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ ، فَرَدَّ السَّلاَمَ قَالَ مَرْحَبًا بِالاِبْنِ الصَّالِحِ وَالنَّبِىِّ الصَّالِحِ . ثُمَّ رُفِعَتْ لِى سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى ، فَإِذَا نَبِقُهَا مِثْلُ قِلاَلِ هَجَرَ ، وَإِذَا وَرَقُهَا مِثْلُ آذَانِ الْفِيَلَةِ قَالَ هَذِهِ سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى ، وَإِذَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ ، وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ . فَقُلْتُ مَا هَذَانِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ أَمَّا الْبَاطِنَانِ ، فَنَهَرَانِ فِى الْجَنَّةِ ، وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ فَالنِّيلُ وَالْفُرَاتُ . ثُمَّ رُفِعَ لِى الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ ، ثُمَّ أُتِيتُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ ، وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ وَإِنَاءٍ مِنْ عَسَلٍ ، فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ ، فَقَالَ هِىَ الْفِطْرَةُ أَنْتَ عَلَيْهَا وَأُمَّتُكَ . ثُمَّ فُرِضَتْ عَلَىَّ الصَّلَوَاتُ خَمْسِينَ صَلاَةً كُلَّ يَوْمٍ . فَرَجَعْتُ فَمَرَرْتُ عَلَى مُوسَى ، فَقَالَ بِمَا أُمِرْتَ قَالَ أُمِرْتُ بِخَمْسِينَ صَلاَةً كُلَّ يَوْمٍ . قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ تَسْتَطِيعُ خَمْسِينَ صَلاَةً كُلَّ يَوْمٍ ، وَإِنِّى وَاللَّهِ قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ ، وَعَالَجْتُ بَنِى إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لأُمَّتِكَ . فَرَجَعْتُ ، فَوَضَعَ عَنِّى عَشْرًا ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ ، فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّى عَشْرًا ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ ، فَرَجَعْتُ فَوَضَعَ عَنِّى عَشْرًا ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مِثْلَهُ ، فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِعَشْرِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ ، فَرَجَعْتُ فَقَالَ مِثْلَهُ ، فَرَجَعْتُ فَأُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى ، فَقَالَ بِمَا أُمِرْتَ قُلْتُ أُمِرْتُ بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ . قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ تَسْتَطِيعُ خَمْسَ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ ، وَإِنِّى قَدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ ، وَعَالَجْتُ بَنِى إِسْرَائِيلَ أَشَدَّ الْمُعَالَجَةِ ، فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لأُمَّتِكَ . قَالَ سَأَلْتُ رَبِّى حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ ، وَلَكِنْ أَرْضَى وَأُسَلِّمُ - قَالَ - فَلَمَّا جَاوَزْتُ نَادَى مُنَادٍ أَمْضَيْتُ فَرِيضَتِى وَخَفَّفْتُ عَنْ عِبَادِى » 

Artinya : Dari Malik bin Sha’sha’ RA, Sesungguhnya Nabi Allah SAW bercerita kepada mereka tentang malam beliau di Isra’kan. Beliau bersabda, ketika aku berada di Hatim- mungkin juga beliau bersabda, di Hijr- sambil berbaring (antara tidur dan sadar) tiba-tiba seseorang datang, (dalam riwayat lain: Dia menuturkan, seseorang lelaki berada di antara dua orang laki-laki) lalu ia membelah. Ia (perawi/Qatadah) berkata, aku mendengar ia (Anas) mengatakan “ia membelah apa yang ada di antara ini dan ini”. Aku bertanya kepada Jarud- seseorang berada di sampingku- Apa maksud beliau dengan itu? Jarud menjawab, Dari lubang leher hingga rambut sekitar kemaluan . aku (perawi) mendengarnya mengatakan, Dari ujung dada hingga bulu kemaluan. (dari riwayat lain: Dari tempat penyembelihan – pada leher- hingga bagian bawah perut). Ia mengeluarkan hatiku. lalu aku dibawakan mangkok emas yang penuh dengan (hikmah dan) keimanan. Hatiku dicuci (dengan air zamzam), diisi (dalam riwayat lain: diisi dengan hikmah dan keimanan), kemudian dikembalikan. Lalu didatangkan seekor binatang merangkak-ukuranya- di bahwa baghal dan di atas keledai, bewarna putih. Jarud bertanya kepadanya, “apakah binatang itu buraq, wahai Abu Hamzah. “anas berkata, “ya. (ia) meletakkan langkah (kakinya pada pandangan matanya yang jauh. “ lalu aku Naikkan di atasnya. Jibril AS berangkat denganku hingga sampai ke langit dunia, ia minta dibukakan. Jibril ditanya, “siapa ini?” Jibril AS. Menjawab, “Muhammad.”  Ditanya kembali, “apakah dia diutus?” Jibril menjawab, “ya”. Dikatakan kepadanya selamat datang. Sebaik-baik orang yang datang telah datang. Lalu ia membuka. Ketika aku telah sampai, ternyata di sana ada Adam AS. Jibril berkata, ini adalah ayahmu Adam. Ucapkan salam kepadanya. Lalu aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia membalas ucapan salamku. Kemudian ia berkata, selamat datang anak yang shahih dan Nabi yang shahih. Kemudian Jibril naik hingga sampai ke langit kedua, lalu ia meminta dibukakan. Ia ditanya siapa ini? Ia menjawab (Jibril) ditanyakan –apakah-ia sungguh-sungguh diutus? Ia menjawab “ya” dikatakan selamat datang untuknya. Sebaik-baik orang yang datang telah datang. Lalu ia membuka. Ketika aku telah sampai, ternyata terdapat Yahya AS dan Isa AS keduanya adalah anak laki-laki bibi. Jibril berkata ini adalah Yahya dan Isa ucapkanlah salam kepadanya, lalu aku mengucapkan salam dan keduanya membalas. Kemudian keduanya berkata selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih.  Selanjutnya Jibril naik denganku ke langit yang ketiga, lalu ia meminta dibukakan. Ditanyakan, siapa ini? Ia menjawab (Jibril). Ditanyakan siapa yang bersamamu? Ia menjawab (Muhammad) ya, ditanyakan –apakah- ia betul-betul diutus ? Ia menjawab ya, katakan selamat datang untuknya. Sebaik-baik orang yang datang telah datang. Maka dibukakan. Ketika aku telah sampai ternyata terdapat Yusuf AS. Ia ( Jibril) berkata, ini adalah Yusuf. Ucapkan salam kepadanya. Lalu aku mengucapkan salam kepadanya dan ia membalas. Kemudian ia berkata, selamat datang saudara yang shahih dan Nabi yang shahih. Seterusnya Jibril naik denganku hingga sampai ke langit yang ke empat. Ia meminta dibukakan, siapa ini? Ia menjawab (Jibril) ditanya, siapa yang bersamamu? Ia menjawab, Muhammad, ditanyakan apakah ia sungguh-sungguh diutus? Ia menjawab ya, dikatakan selamat datang kepadanya sebaik-baik orang yang datang telah datang.  Maka ia dibukakan. Ketika aku telah sampai, ternyata terdapat Idris AS. Ia berkata, ini adalah Idris. Ucapkanlah salam kepadanya. Aku mengucapkan salam kepadanya dan ia membalas. Kemudian ia berkata, selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih. Lalu Jibril naik denganku hingga sampai ke langit yang kelima, ia meminta dibukakan. Ditanyakan siapa ini? Ia menjawab (Jibril) ditanyakan, siapa yang bersamamu / ia menjawab Muhammad , ditanyakan apakah ia sungguh-sungguh diutus? Ia menjawab ya, dikatakan selamat datang kepadanya. Sebaik-baik orang yang diutus telah datang. Maka ia dibukakan, ketika aku telah sampai ternyata terdapat Harus AS. Ia berkata ini adalah Harun maka ucapkanlah salam kepadanya, aku mengucapkan salam kepadanya dan ia membalasnya. Kemudian ia berkata, selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih. Lalu Jibril naik denganku hingga sampai ke langit yang ke enam . ia meminta dibukakan, dinyakan siapa ini? Ia menjawab (Jibril) ditanyakan siapa yang bersamamu? Ia menjawab Muhammad, ia ditanya apakah ia sungguh-sungguh diutus? Ia menjawab ya, ia berkata selamat datang kepadanya, sebaik-baik orang yang datang telah datang. Ketika aku telah sampai terdapat Musa AS Ia berkata ini adalah Musa. Ucapkanlah salam kepadanya, aku mengucapkan salam kepadanya dan ia membalasnya. Kemudian ia berkata selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih. Ketika aku melewatinya , ia menangis. Ditanyakan kepadanya apakah yang membuatmu menangis? Musa AS menjawab aku menangis karena seseorang laki-laki telah diutus sesudahku. Umatnya yang masuk surga lebih banyak dari pada umatku yang memasukinya. Kemudian Jibril naik denganku ke langit yang ke tujuh, Jibril minta dibukakan. Ia ditanya siapa ini? Ia menjawab (Jibril), lalu ditanya lagi siapa yang bersamamu? Ia menjawab “Muhammad” ia ditanya apakah ia sungguh-sungguh diutus? Ia menjawab ya, ia berkata selamat datang untuknya. Sebaik-baik orang yang datang telah datang. Ketika aku telah sampai terdapat Ibrahim. Ia berkata ini adalah ayahmu, ucapkanlah salam kepadanya, beliau bersabda, lalu aku mengucapkan salam kepadanya dan ia membalas ucapan salamku, kemudian ia berkata selamat datang anak lelaki yang shalih dan Nabi yang shalih. Lalu Sidratilmuntaha di angkat dan ditempatkan (rufi’at) kepadaku. Ternyata buahnya seperti tempayan negeri Hajar dan daunnya seperti telinga gajah. Ia (Jibril) berkata inilah Sidratil Muntaha, ternyata terdapat empat sungai, yaitu; dua sungai tidak tampak (bathin) dan dua sungai yang tampak. Aku bertanya apa ini wahai Jibril? Ia menjawab adapun dua sungai yang tidak tampak adalah dua sungai di surga dan dua sungai yang tampak adalah sungai Nil dan Efrat. Lalu ditempatkan Bait al-Ma’mur kepadaku (aku bertanya kepada Jibril AS. Dia menjawab, ini adalah al-Bit al-Ma’mur. Setiap hari terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang shalat di dalamnya. Ketika mereka keluar mereka tidak kembali lagi ke dalam hingga akhir mereka ) Kemudian di hidangkan kepadaku satu bejana berisi arak, satu bejana berisi susu dan satu bejana berisi madu. Aku mengambil susu. Ia berkata itulah fitrah dimana engkau beserta umatmu berada di atasnya.  Kemudian diwajibkan atas diriku shalat lima puluh kali sehari. Aku kembali dan melewati Musa, Musa bertanya engkau diperintahkan apa? Aku menjawab, aku diperintahkan shalat lima puluh waktu setiap hari, Ia berkata sesungguhnya umatmu tidak akan mampu shalat lima puluh kali setiap hari. Demi Allah SWT sesungguhnya aku telah menguji orang-orang sebelummu dan melatih bani Israil dengan sungguh-sungguh.  Maka kembalilah kepada Tuhanku, sehingga aku merasa malu. Tetapi aku ridha dan menerima. “Beliau bersabda, “ketika aku melintas, ada penyeru yang menyeru, “aku telah memberlakukan kewajibanku dan meringankan hamba-hambaku. [ aku akan membalas satu kebaikan dengan sepuluh ].”
     
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِىُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا عَمْرٌو عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - فِى قَوْلِهِ تَعَالَى ( وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِى أَرَيْنَاكَ إِلاَّ فِتْنَةً لِلنَّاسِ ) قَالَ هِىَ رُؤْيَا عَيْنٍ ، أُرِيَهَا رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِهِ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ . قَالَ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِى الْقُرْآنِ قَالَ هِىَ شَجَرَةُ الزَّقُّوم

Artinya : Telah menceritakan kepada kami al-Hamid, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami ‘Amr dari ‘Ikrimah dari ibn ‘Abbas RA, tentang firman Allah, dan kami tidak menjadikan mimpi yang kami perlihatkan kepadamu melainkan sebagai ujian bagi manusia, dia berkata, dia adalah penglihatan dengan mata telanjang, di perlihatkan kepada Rasulullah SAW pada malam beliau di perjalankan ke Bait al-Maqdis, dia berkata pohon yang terlaknat dalam al-Qur’an adalah pohon Zaqqum.

2.    Pemahaman Hadis tentang Isra’ Mi’raj

Hadis yang telah di sebutkan di atas yang menjelaskan tentang  peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi SAW, ada beberapa ungkapan atau term yang perlu dijelaskan lebih lanjut, yaitu:

Pertama, hadis yang berkaitan dengan Isra’  فَجَلاَ اللَّهُ لِى بَيْتَ الْمَقْدِسِ  menurut Ibnu Hajar al-Asqalani maksudnya adalah Allah menyingkap penghalang antara aku dan Baitul Maqdis, sehingga aku melihatnya. Kemudian maksudnya adalah Baitul Maqdis dipindahkan ke tempat yang dapat oleh beliau  SAW, lalu dikembalikan lagi ke tempatnya.   Di dalam hadis Ummu Hani’ yang dikutip oleh Ibnu Sa’ad “فخيل لي بيت المقدس فطفقت أخبرهم عن آياته” (maka di khayalkan kepadaku Baitul Maqdis sehingga aku menyebutkan kepada mereka tanda-tandanya). Jika pemahaman ini tidak di anggap menyalahi lafadz “ditampakkan” dan juga terbukti akurat, maka kemungkinan maksudnya adalah digambarkan kepada Nabi Baitul Maqdis dari dekat, sebagaimana serupa dengan riwayat yang menceritakan tentang “رأيت الجنة و النار” . Kemudian lafadz Masjid di datangkan ditakwilkan menjadi didatangkan gambaran.

Al-Bazzar menukulkan dan Ath-Thabrani dari hadis Syaddad bin Aus, terdapat keterangan yang menrangkan tentang riwayat yang sebelumnya yaitu “Kemudian aku melewati kafilah Quraiys lalu disebutkan kisahnya dan aku mendatangi para sahabatku di Makkah sebelum subuh. Abu Bakar datang kepadaku dan berkata, dimana engkau tadi malam? Rasul bersabda sesungguhnya aku mendatangi Baitul Maqdis. Abu Bakr berkata sesungguhnya jaraknya adalah satu bulan perjalanan. Sebutkan ciri-cirinya atau sifat-sifatnya kepadaku! Maka di bukakan untukku mata seakan –akan aku melihat kepadanya. Tidaklah dia menanyaiku tentang sesuatu melainkan aku memberitahukan kepadanya”. 
Sedangkan di dalam hadis Ummu Hani’ di sebutkan “Mereka bertanya kepada Nabi SAW Bapakah pintu Masjid tersebut? Rasul bersabda aku tidak sempat menghitungnya”

Asy-syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah menjelaskan tentang hikmah dari Isra’nya Nabi ke Baitul Maqdis sebelum naik ke langit adalah untuk menampakkan kebenaran bagi para penentang. Ini terlihat dari satu riwayat ada seorang laki laki berkata apakah kamu melewati raombongan kami di tempat ini dan ini? Nabi bersabda “Benar, demi Allah, aku menlihat mereka kehilangan seekor unta dan mereka sedang mencarinya. Aku melewati pula unta-unta milik bani fulan dimana seekor unta milik mereka patah, orang yang hadir dihadapan Rasul bertanya beritahu kami tentang jumlahnya dan berapa orang pengembalanya, Beliau bersabda aku tidak sempat menghitungnya jumlahnya. Lalu Rasul berdiri kemudian di datangkan kepadanya unta dan beliau menghitungnya serta mengetahui jumlah pengembalanya, beliau mendatangi kaum Qurasy dan berkata dia berjumlah sekian dan sekian, di antara kepalanya adalah fulan dan fulan, maka seperti yang beliau SAW katakan, sesui dengan kebenarannya. 
Kedua, Hadis yang berkaitan dengan Mi’raj “في الحطيم و ربما قال في الحجر” ungkapan ini menimbulkan keraguan, keraguan ini muncul dari Qatadah seperti yang dijelaskan oleh Imam Ahmad dari Affan dan Hammam dengan ungkapan “ketika aku sedang tidur di al-Hatim, dan barangkali Qatadah mengatakan di Hijr” maksud hatim adalah Hijr, maka keliru orang yang mengatakan maksudnya adalah tempat adalah tempat antara sudut Ka’bah (hajar aswad) dan Maqam (Ibrahim) atau antara Zamzam dan Hijr.   menurut Muhammad Nasiruddin al-Bani maksudnya adalah Qatadah, dia yang ragu apakah Rasulullah SAW bersabda di hatim atau di hijr, sebagaimana dijelaskan oleh riwayat Ahmad kedua kata tersebut adalah sinonim. 

Maksud dari مضطجعا  maksudnya adalah diantara tidur dan sabar, al-Bani mengatakan penambahan ini dimaksudkan pada kondisi awal kejadian Isra’ sebagaimana dijelaskan oleh al-Hafizh, kemudian ketika jibril membawanya keluar menuju pintu Masjid, Jibril menaikkannya keatas buraq dalam keadaan sadar (tidak tidur) sampai akhir kisah.

Maksud dan hikmah dari Mi’raj melalui tujuh langit adalah sebagai berikut ini;

a. Pertemuan Nabi SAW dengan Nabi Adam adalah hendak mengingatkan kepada peristiwa keluarnya Adam dari surga dan turun ke bumi. Ini adalah isyarat kepada Nabi SAW akan hijrah ke Madinah. Korelasi antara kedua itu adalah sama-sama meninggalkan negeri dan pada akhirnya akan kembali ke negeri dimana mereka dikeluarkan.

b. Pertemuan dengan Nabi Isa dan Yahya, mengisyaratkan kepada peristiwa yang akan beliau Saw alami pada masa awal hijrah merupakan permusuhan antara Yahudi dan sikap mereka yang menentangnya, serta keinginan mereka berbuat jahat kepadanya.

c. Pertemuan dengan Yusuf, mengisyaratkan kejadian yang akan di alami oleh Nabi SAW bersama saudara-saudara nya dari kau Quraisy. Mereka merencanakan perperangan dan hendak mencelakakannya. Tetapi kemenangan akhirnya berada di tangannya

d. Pertemuan dengan Idris As, mengisyaratkan ketinggian kedudukan beliau SAW di sisi Allah.

e. Pertemuan dengan Harun AS mengisyaratkan bahwa kaum beliau akan kembali mencintainya sebelumnya membencinya dan menyakitinya.

f. Kemudian pertemuan dengan Musa AS mengisyaratkan kesulitan yang akan di hadapi beliau SAW dalam menghadapi kaumnya. Rasul mengisyaratkan dalam sabdanya :sesungguhnya Musa AS telah disakiti lebih dari pada ini, lalu dia bersabar.

g. Pertemuan dengan Ibrahim AS, yang bersandar ke Baitul Makmur hendak mensinyalir apa yang akan terjadi di akhir hidup beliau SAW, yaitu pelaksanaan ibadah haji dan pengagungan Baitullah.

Difardhukan shalat

ثم فرضت علي الصلاة  ( kemudian difardhukan shalat atasku) di fardhukan shalat pada malam Isra’ adalah ketiak Nabi di Naikkan ke langit, beliau melihat ibadah malaikat diantara mereka ada yang berdiri tanpa duduk, ada yang ruku’, dan ada yang sujud tanpa pernah duduk. Maka Allah mengumpulkan semuanya untuk beliau Saw dan umatnya dalam satu rakaat shalat yang di kerjakan oleh seorang hamba. Ibnu Jamrah mensinyalir bahwa pengkhususan fardhu shalat pada malam Isra’ memberi isyarat tentang keagungan penjelasannya, oleh karena itu penetapan shalat langsung tanpa perantara. 

Kejadian Isra’ Mi’raj

Kejadian Isra’ Mi’raj, Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan Isra’ Mi’raj. Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa Isra’ Mi’raj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60) dan menyampaikan perintah salat wajib secara langsung kepada Rasulullah SAW.

Makna penting Isra’ Mi’raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian perintah shalat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan shalat sebagai ibadah utama dalam Islam. Shalat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat maupun sakit. Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan mampu keuangannya.  Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan aktivitas kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim. Allah mengingatkan:"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab  (Al  Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat  Allah  (shalat) adalah  lebih  besar  (keutamaannya  dari  ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut:45).

Isra’ Mi’raj harus dilihat dengan keimanan bagi manusia

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma tentang firman-Nya Ta'ala: "Dan Kami tidak menjadikan penglihatan yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia" (al-Isra', 17: 60). Ia berkata: Itu adalah dengan mata yang telah dilihat Rasulullah SAW pada malam beliau diisra'kan ke Bait al-Maqdis. Ia berkata: "dan pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Qur'an", ia berkata: Itu adalah Pohon Zaqqum.

Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan Isra' Mi'raj. Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85).
Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa Isra' Mi'raj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60) dan menyampaikan perintah shalat wajib secara langsung kepada Rasulullah SAW.

C.    Penutup

Sesungguhnya kejadian Isra’ Mi’raj itu adalah kejadian yang sangat istimewa dan penuh dengan keta’ajuban, dan sebagai mu’jiat bagi Nabi Muhammad SAW. Hadis yang telah menerangkan tentang Isra’ Mi’raj adalah sebagai dasar dan dalil dari peristiwa yang mena’jubkan itu.

Dalam hadis tersebut telah di jelaskan tentang peristiwa dan hikmah dari perjalanan yang telah di lakukan oleh baginda Rasul SAW. Ini membuktikan akan kekuasaan Allah SWT. Makna penting Isra' Mi'raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian perintah shalat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan shalat sebagai ibadah utama dalam Islam.

Demikianlah makalah ini dibuat semoga menjadi bahan diskusi yang hangat dalam mata kuliah Hadis ini, kritik dan saran sangat di harapkan.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ensikolopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996

Abi Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughiyrah ibn Bardizbah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih al-Bukhari, ( Indonesia: maktabah Toha Putra Semarang)

 Ahmad Ali ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bariy Sarh Shahih al-Bukhariy, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah)

Amiruddin Fathul Bari Penjelasan Kitab Sahih al-Bukhari ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2007)

Muhammad Nasiruddin al-Bani, Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari, terj.( Jakarta: Pustaka Azzam, 2007)
       
Najmuddin al-Ghaithiy, Qishatul Isra’ wa al-Mi’rajul Kabir, (Mesir: Musthapa al-Babi al-Halabi wa Aulaaduh, 1347 H)

0 Comment