30 Oktober 2012

TINJAUAN TEORITIK TENTANG DAKWAH DAN TEKNOLOGI
A. Pengertian Dakwah
Makna dakwah adalah Risalah terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhamad Saw, sebagai wahyu dari Allah dalam bentuk kitab yang tidak ada kebatilan di dalamnya, baik di depan maupun dibelakangnya, dengan kalam-Nya yang bernilai mukjizat, dan yang di tulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi Saw, dengan sanad yang mutawatir, yang membacanya bernilai ibadah.

Sedangkan, secara etimologis, kata dakwah berasal dari Bahasa Arab ( دعو ة- د عا – يد عو ا) yang berarti ajakan, atau seruan. Secara bahasa, dakwah berarti mengajak orang lain pada kebaikan yang di ridhoi Allah Swt. Ataupun mencegah keburukan yang dimurkai-Nya. Pengertian etimologis ini mengandung makna bahwa kegiatan dakwah adalah ajakan atau seruan untuk berbuat baik sesuai dengan ajaran agama, berdasarkan perintah Allah dan Rosul-Nya. Kegiatan menyeru dalam kebaikan ini bisa dilakukan baik secara individu ataupun kelompok secara bersama-sama terhadap masyarakat umum yang lebih luas.
Menurut istilah, banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara lain dakwah menurut istilah sebagaimana diungkapkan oleh Mohammad Natsir (2000 : 3) menetapkan definisi dakwah adalah usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi amar ma’ruf nahyi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak, dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, berumah tangga (usrah), bermasyarakat dan bernegara.
Selain dari pengertian di atas, seorang ulama Syekh Muhammad Al-ghozali dalam bukunya “Ma’a Allah”, ia mengatakan:
Dakwah adalah program pelengkap yang meliputi semua pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk memberikan penjelasan tentang tujuan hidup serta menyingkap rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadiorang yang dapat membedakan mana yang boleh dijalani dan man kawasan yang di larang. (Aziz, 2004 : 5).

Sementara itu seorang pakar antropologi dakwah Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA (2004 : 85) mendefinisikan dakwah secara kontekstual, aktivitas dakwah adalah proses melakukan perubahan situasi dan kondisi sosial masyarakat, dari kondisi sosial yang buruk menjadi lebih baik, dari situasi yang kurang mendukung menjadi situasi yang lebih kondusif. Dengan bahasa Al-Quran nya dakwah berarti upaya melakukan perubahan masyarakat manusia dari kondisi jahiliyah menjadi masyarakat beraqidah islamiyah, dari kondisi masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern dan profesioanal. Perubahan masyarakat kearah yang lebih baik melalui inovasi, modernisasi dan tekhnologi adalah bagian dari target dakwah sosial secara antropologis yang harus dilakukan oleh para juru dakwah di era transformasi dan informasi.
Pengertian dakwah tersebut mengandung makna yang sangat luas, karena di zaman nodern dan semakin majunya tekhnologi ini, maka para pengemban dakwah memiliki kesempatan untuk memanfaatkannya, sehingga dakwah yang dilakukan saat ini bisa menggunakan berbagai macam media.
Dalam pandangan psikologi, dakwah diartikan sebagai suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakuakan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadarana, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan (message) yang disampaikan padanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian maka esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah/ juru penerang (H.M Arifin, 2004 : 6).
Oleh sebab itu, kegiatan dakwah merupakan sebuah aktivitas yang sangat menguntungkan bagi semua orang, karena dakwah mencakup seluruh bidang kehidupan manusia, dengan tujuan mengubah yang buruk menjadi baik, dan dari yang baik menjadi lebih baik.
Dakwah adalah solusi cerdas bagi hidup dan kehidupan, sehingga menjadikan hidup ini lebih terarah dan teratur, dengan adanya koridor-koridor yang telah di berikan oleh agama kepada seluruh umatnya.
Secara singkat, Ahmad Mansyur Suryanegara berpendapat :
bahwa dakwah “ Aktifitas menciptakan perubahan sosial yang didasarkan pada tingkah laku pembaharunya. Oleh karena itu yang menjadi inti dari kegiatan dakwah adalah perubahan kepribadian seseorang dan masyarakat secara budaya”. (Muhyiddin dan Syafei, 2002 : 28)

Lebih lanjut Ahmad Ghalwusy menambahkan (1987 : 10-11) dakwah yaitu:” Menyampaikan pesan islam kepada manusia di setiap waktu dan tempat dengan metode-metode dan media-media yang sesuai dengan situasi dan kondisi para penerima pesan dakwah (mad’u)”.
Secara akumulatif, kegiatan dakwah merupakan kegiatan multi dialog yang bersumber dari wahyu tuhan, atau dialog sosial budaya, seni, ekonomi, dan sebagainya yang bersumber dari kreatifitas cipta, karsa, dan karya sebagai produk daya nalar akal kreatif manusia dalam rangka menjawab tantangan dan kebutuhannya.
Dari daya nalar kreatif tersebut menunjukan bahwa manusia memiliki banyak potensi yang dapat di sumbangkan untuk kegiatan dakwah. Pada saat ini, kegiatan dakwah harus tampil dengan “wajah baru” lebih menarik, kreatif dan inovatif.
Inti dari kegiatan dakwah adalah komunikasi, baik secara langsung berhadapannya komunikator dengan komunikant, ataupun secara tidak langsung, yaitu melalui alat atau media yang bisa menghubungkan pesan. Jika ada perbedaan antara dakwah dan komunikasi, secara khusus, terletak pada tujuan, cara, dan harapan yang akan di capai. Menurut Toto Tasmara (1986 : 39-40) “Ciri khas yang membedakannya adalah pada pendekatan yang dilakukan dengan tujuan mengharapkan terjadinya perubahan / pembentukan sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam, dengan memperhatikan siapa pelakunya, apa isi pesannya, bagaiman cara dan apa tujuannya”.
Bentuk karya dakwah dalam dimensi di zaman tekhnologi ini, yakni berupaya menjabarkan nilai-nilai Islam normatif (dalam Al-Quran dan Al-hadits) menjadi konsep-konsep kehidupan yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya mengupayakan bagaimana follow up dalam konsep nyatanya, sehingga Islam tersebut dapat dengan mudah diterapkan dalam kehidupan manusia.

B. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia ke jalan yang benar. Dakwah menyeru manusia kepada islam yang hanif dengan keutuhan dan keuniversalannya, dengan syiar-syiar dan syariatnya, dengan aqidah dan kemuliaan akhlaknya, dengan metode dakwah yang bijaksana dan sarana-sarana dakwah yang unik, serta cara- cara penyampaiannya yang benar. Allah Swt. Berfirman dalam Al-Quran Surat Al- Maidah ayat 15-16 :

Artinya : “ Hai ahli kitab Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak( pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahay dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus “. (Hasbi Ashhidiqi,1971 : 161).

Seperti apapun metodenya, dakwah haruslah tersampaikan dengan cara yang baik, sehingga tujuan utama dakwah dapat tercapai, untuk itu Asep Muhyidin (2002, 31) mengatakan hakikat dakwah dapat dirumuskan sebagai suatu kewajiban mengajak manusia ke jalan Tuhan dengan cara hikmah (dilakukan dengan bijaksana sesuai dengan latar belakang mad’u), mau’idzotil hasanah (dengan nasehat yang baik), mujadalah yang ahsan (dengan bantahan yang baik).

Lebih jelas Abdullah Ali (2004, 105) mengatakan, “ Berdasarkan konsep Al-quran misi dakwah adalah menyeru manusia agar selalu berbuat baik (amar ma’ruf) dan mencegah masyarakat dari perbuatan yang merusak (nahi munkar). Dari misi ini diharapkan kegiatan dakwah akan membawa perubahan sosial budaya, yakni perubahan perilaku masyarakat, baik secara individu ataupun kelompok, sesuai dengan latar belakang pengetahuan, keyakinan, norma dan nilai-nilai ajaran islam “.

Masyarakat Islam haruslah masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, dalam kehidupan sehari-harinya melaksanakan kewajiban kepada Allah Swt, bukan hanya sekedar ibadah-ibadah madloh, akan tetapi amal soleh lainnya juga. Jika saat ini sasaran dakwah hanya terbatas kepada masyarakat yang sudah mampu melaksanakan ibadah-ibadah madloh saja, maka tujuan dakwah adalah menjadikan orang muslim meningkat derajat keimanannya menjadi orang mukmin. Dan apabila yang dihadapinya adalah seseorang muslim atau kelompok yang senantiasa melakukan hal-hal menyimpang dan berprilaku buruk, maka tujuan dakwah adalah menjadikan orang-orang tersebut menjadi orang muslim yang muhsin. Puncak dari tujuan dakwah yaitu dapat merubah seseorang atau menciptakan suatu komunitas muslim yang mukmin, dan menjadi orang yang mutaqien di hadapan Allah Swt.
Akan tetapi, dakwah bukanlah sebuah paksaan bagi semua orang, dakwah islam merupakan sebuah ajakan kepada kebenaran dan menyuruh meninggalkan keburukan, sehingga dakwah di sampaikan secara halus dan lembut oleh para da’I, dan umat Islam satu sama lainnya, karena dakwah merupakan sebuah kewajiban bagi setiap umat islam untuk watawassoubilhaq watawasoubissobri. Di jaman ilmu pengetahuan yang semakin maju ini, pastinya kehidupan dan pemikiran manusia pun telah berkembang, dengan adanya dakwah Islam di tengah-tengah mereka diharapkan mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga mereka mampu memfilter asupan-asupan dari dunia luar yang memang tujuannya untuk merusak akidah umat islam.
Tugas utama bagi para juru dakwah adalah mengingatkan (tadzkiroh), menyampaikan (tabligh), dan mengajak (dakwah). Supaya masyarakat yang menjadi objek dakwah mampu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Menuju jalan yang lurus adalah target dakwah islam dengan proses komunikasi yang komunikatif, jalan yang lurus adalah beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Al-hadits. Jika target yang menjadi tujuan akhir dakwah ini tidak terealisasikan, itu bukanlah semata-mata kesalahan para juru dakwah, tugas juru dakwah hanya sekedar menyampaikan disesuaikan dengan kadar pemikiran mad’u tanpa harus memberi paksaan apalagi kekerasan terhadap objek dakwah. Ada hak perogatip Allah untuk memberikan hidayah kepada manusia yang di kehendaki-Nya. Da’I berperan sebagai perantara, bukan penentu hasil.
Senada dengan itu Abdullah Ali (2004 : 12).mengungkapkan dalam bukunya “ antropologi dakwah,” Secara antropologis dakwah harus bisa dilakukan dengan memperhatikan latar belakang sosial budaya masyarakat, latar belakang tradisi dan adat istiadat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.. “Khotibun naasa biqodri ‘uquulihim” ( Bicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal fikirannya, atau dengan kata lain sesuai latar belakang sistem budaya, yang meliputi kepercayaan, pengetahuan, norma dan nilai-nilai sosial yang dianutnya). Ungkapan Rosulullah yang sederhana ini, secara antropologis mengandung makna yang sangat dalam, agar para juru dakwah mempelajari dan memperhatikan dalam mengajak manusia mengikuti ajaran Allah dan Rosul-Nya, sesuai norma dan nilai-nilai kemanusiaan.
Adapun tujuan khusus dakwah adalah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sangat rumit, yang sedang dinadapi oleh masyarakata, sehingga memerlukan solusi cerdas dan jalan keluar secepatnya, yaitu masalah yang berkenaan dengan penghambatan terwujudnya masyarakat madani yang sholih dan berakhlakul kharimah baik bersifat individual ataupun sosial.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Jamaludin Kafie (1993, 67)
“ Tujuan dakwah adalah untuk meringankan beban manusia dengan jalan memberikan pemecahan-pemecahan permasalahan yang terus berkembang, atau dengan memberikan jawaban atss berbagai permasalahan yang dihadapi oleh setiap golongan di segala ruang dan waktu”.
C. Unsur-unsur Dakwah
Dakwah tidak lepas dari unsur-unsur pelaksanaanya, jika unsur-unsur dakwah itu tidak terpenuhi, maka dakwah tidak akan efektif dan berjalan dengan baik, karena unsur-unsur dakwah ini sangat berkaitan satu sama lainnya. Adapun unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut : Da’I (Subjek Dakwah), Mad’u (Objek dakwah), Materi dakwah, Media dakwah, Metode dakwah.
  1. Da’I (Subjek Dakwah)
Da’I adalah subjek dakwah atau orang yang menyampaikan pesan dakwah baik secara lisan maupun tulisan, adapun Da’I dapat diartikan sebagai orang yang mengajak.
Dalam pengertian yang khusus (pengertian islam) da’I adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syariat Al-Quran dan as sunah. Dalam pengertian khusus tersebut da’I identik dengan orang yang melakukan amar ma’ruf nahyi munkar (Slamet, 1994 : 57)
Setara dengan ungkapan diatas, Allah Swt berfirman dalam Qur’an Surat Fushilat ayat 33-34

Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri?". Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia. (Hasbi Ashhidiqi, 1971 : 778)

Pada umumnya, da’I sebagai subjek dakwah dapat dilakukan oleh setiap orang muslim yang mukallaf (sudah dewasa), sebagai individu yang dapat berperan langsung menjadi juru dakwah. Seorang da’I harus senantiasa bertanya pada dirinya, apa yang saat ini dibutuhkan oleh umat islam, sehingga apa yang menjadi tujuan umat islam dapat tercapai bersama, lewat perantara para juru dakwah atau da’i.
Da’I pun berperan sebagai penunjuk jalan dan tempat bertanya untuk mencari solusi dalam aspek-aspek agama dan kehidupan, sehingga da’I harus memiliki wawasan yang luas khususnya ilmu agama, akan tetapi di jaman tekhnologi dan pengetahuan yang semakin maju ini, maka seorang da’I pun harus mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pula.
Untuk itu, peningkatan kualitas sumber daya da’I pun penting untuk diperhatikan, menurut Asep Muhyidin (2002 : 137-138) upaya pembinaan dan peningkatan kualita sumber daya da’I yang meliputi pemberdayaan da’I dalam pola fikir, wawasan, dan keterampilan diantaranya yakni :
  • Peningkatan wawasan intelektual dan kreativitas da’I dalam keilmuan dan keterampilan yang relevan.
  • Peningkatan wawasan dan pengalaman spiritual da’I yang direfleksikan dalam kematangan sikap mental, kewibawaan, dan akhlaq al-karimah.
  • Peningkatan wawasan tentang ajaran islam secara kaffah dan integral.
  • Peningkatan wawasan tentang kebangsaan, kemasyarakatan, dan hubungan intern serta ekstern umat beragama sehingga tercermin sikap toleran.
  • Peningkatan wawasan global dan ukhuwah islamiyah.
  1. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad’u yang biasa di sebut dengan objek dakwah adalah orang yang menerima pesan-pesan dakwah dari seorang da’I. setiap orang dapat menjadi objek dakwah, karena cakupan objek dakwah ini sangat luas. Karakteristik atau sosial budaya, pendidikan, dan latar belakang si objek dakwah ini hendaknya harus diketahui terlebih dahulu oleh seorang da’I supaya materi dan pesan-pesan dakwah yang akan disampaikan dapat di terima oleh objek dakwah atau mad’u sesuai dengan kemampuan dan pemahaman mereka.
Dengan beraneka ragamnya latar belakang masyarakat sebagai objek dakwah, tentunya membuat para da’I harus benar-benar memperhatikan latar belakang sosial budaya masyarakat agar dakwah yang dilaksanakan berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya dakwah adalah mengajak bukan memaksa. Oleh sebab itu agar dakwah itu berhasil maka perlu melakukan pendekatan terhadap mad’u baik pendekatan secara sosiologis ( pendekatan untuk memahami hakikat masyarakat dalam kehidupan kelompok baik struktur, dinamika, institusi, dan interaksi sosialnya), pendekatan antropologis ( memahami perilaku manusia latar belakang kepercayaan dan kebudayaannya secara manusiawi) (Abdullah Ali, 2005 : 105), maupun pendekatan secara psikologi ( memahami perilaku manusia sesuai dengan latar belakang kejiwaannya)
  1. Materi Dakwah
Materi dakwah merupakan salah satu unsur paling penting dalam dakwah, hal ini harus senantiasa di perhatikan oleh para juru dakwah, karena suatu pesan atau materi dakwah akan menarik, apabila disampaikan dengan cara yang baik, dan enerjik. Para juru dakwah harus terampil dalam menyampaikan materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan objek dakwahnya saat itu. Pesan atau materi dakwah bisa berupa lisan, tulisan ataupun perbuatan yang baik (uswatun hasanah).
Materi dakwah pastinya adalah ajaran Islam, yang berpedoman pada Al-quran dan Hadits. Karena zaman semakin berkembang, maka materi dakwah pun, harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat saat ini, tanpa harus mengurangi esensi dari dakwah itu sendiri, dan tetap berpegang teguh pada Al-quran dan Hadits.
Selain itu materi dakwah harus di sampaikan dengan bahasa yang di mengerti oleh masyarakat yang menjadi objek dakwah, sesuai kemampuan yang menerima materi. Diharapkan, materi dakwah dapat memberi motivasi dan dorongan kepada objek dakwah dalam melakukan ibadah dan amal soleh untuk menciptakan kehidupan yang baik dan lebih baik lagi. Materi dakwah bisa dianggap komunikatif, apabila masyarakat yang menjadi objek dakwah dapat memahami isi pesan atau mateti dakwah yang disampaikan oleh para da’I atau juru dakwah.
  1. Media Dakwah
Media dakwah adalah alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad’u. Selama ini banyak orang memahami bahwa berdakwah adalah berceramah di atas mimbar yang merupakan suatu bentuk media dakwah, yakni dakwah secara langsung. Hanya saja tidak semua muslim mampu berdakwah langsung dihadapan jemaah banyak, akan tetapi kewajiban berdakwah yang di kenakan kepada muslim yang sudah baligh, harus dilaksanakan, minimal ia harus mampu melaksanakan dakwah nafsiyah (diri sendiri) dan dakwah fardiyah (orang per orang). Karena Allah menyuruh manusia untuk saling menasehati.
Bagi mereka yang tidak mampu dakwah secara langsung di depan jemaah, mereka masih dapat melakukan dakwah lewat media lain. Media cetak, media elektronok, bahkan tekhnologi pun bisa di manfaatkan sebagai media dakwah,media transformasi ajaran Islam. Mereka yang gemar menulis, dapat melakukan dakwah lewat tulisan. Esensinya sama dengan dakwah langsung yaitu menyampaikan kebenaran dari ajaran-ajaran Islam.
Seperti yang di ungkapkan Maman Abdul Djaliel (1997 : 52), ragam media dakwah contohnya:
  1. Alat-alat elektronika, seperti radio, televisi, tape recorder, komputer, dan lain-lain.
  2. Tempat terbuka, seperti lapangan, halaman, dan lain-lain.
  3. Alat-alat cetak, seperti brosur, artikel, majalah, koran, buku, dan lain-lain.
  4. Gedung atau bangunan, seperti masjid, sekolah, gedung pertemuan, dan lain-lain.
  5. Seni, seperti kaligrafi, film, wayang, drama, lukisan, ukiran, dan lain-lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah membawa manusia menuju peradaban modern, suatu peradaban yang ditandai dengan banyak dimanfaatkannya teknologi untuk membantu aktivitas manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selalu mempunyai ambivalensi yang saling bertolak belakang, disatu sisi mempunyai dampak positif yang dapat membantu kehidupan manusia akan tetapi disisi lain berdampak negatif yang dapat merugikan kehidupan manusia. Dari segi positif mungkin tidak perlu untuk dibicarakan karena sudah banyak kita rasakan manfaatnya. Akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan, justru harus menjadi bahan pemikiran semua orang untuk dicarikan jalan keluarnya. (http://sopisan.wordpress.com)

Dalam hal ini, alat komunikasi, merupakan aspek penting yang mendukung keberhasilan dakwah, dalam meminimalisir atau bahkan mencegah dampak negatif dari tekhnologi. Sehingga media dakwah yang diterapkan dapat masuk ke kalangan masyarakat modern sebagai konsumen teknologi.
Terlebih di era informasi dan komunikasi seperti saat ini, ketika masyarakat terus berkembang, dengan wawasan yang semakin tinggi diharapkan ada sebuah perubahan yang positif dalam masyarakat, ini menyebabkan objek dakwah semakain meluas dan daya jangkaunya semakin tinggi. Kebutuhan sarana komunikasi yang semakin berkembang dikalangan masyarakat, melahirkan media dakwah yang beraneka ragam, ada dakwah yang dilakukan melalui media cetak, ada juga melalui media elektronik.
Dakwah melalui media elektronik inilah yang sekarang sangat diminati oleh masyarakat, seperti media teknologi digital, sebagai salah satu wujud tekhnologi mutakhir saat ini.
Menurut Zakiyah Darajat, “ 83 % perilaku manusia dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya, 11 % dari apa yang didengarnya, dan yang 1 % sisanya merupakan gabungan dari berbagai stimulus yang diterimanya. (Ahmad, 1999 : 110). Semakin tepat media yang digunakan, maka semakin efektif pula penyampaian ajaran islam kepada masyarakat yang menjadi objek dakwah.
  1. Metode Dakwah
Allah swt menjelaskan bahwa risalah Nabi saw dimulai dari pembacaan ayat kepada masyarakat, kemudian mengajarkan hikmah-hikmahnya dan pembenahan diri. Risalah tersebut merupakan tanggung jawab para Nabi untuk mengajak umat manusia kepada Tauhid. Sesuai dengan firman Allah dalam Qur’an surat Al Jum`ah, ayat 2:

Artinya: ” Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (Assunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (hasbi Ashhidiqi, 1971 : 932)

Seperti yang di ungkapkan oleh Jum’ah amin Abdul Aziz dalam buku fiqih dakwah (2003 : 175), beberapa kaidah dakwah dari ushul fiqih sebagai bekal bagi juru dakwah atau da’I, yaitu :
  1. Memberi keteladanan sebelum berdakwah
  2. mengikat hati sebelum menjelaskan
  3. mengenalkan sebelum memberi beban
  4. bertahap dalam pembebanan
  5. memudahkan, bukan mempersulit
  6. yang pokok sebelum yang cabang
  7. membesarkan hati sebelum memberi ancaman
  8. memahamkan, bukan mendikte
  9. mendididk bukan menelanjangi
  10. muridnya guru, bukan muridnya buku
Intinya, apapun metode dakwah yang di terapkan, yang penting dapat mengena dan di terima oleh masyarakat yang berperan sebagai objek dakwah, dan sebelum seorang juru dakwah atau da’I menyampaikan materi dakwahnya, ia harus terlebih dahulu menguasai medan dan objek dakwah yang akan dihadapinya, oleh sebab itu hendaklah kaidah-kaidah dakwah yang telah disampaikan di atas dapat diperhatikan oleh para juru dakwah.

Allah swt telah mengajarkan perbagai metode dakwah kepada Rasulullah. Dan metode dakwah yang beraneka ragam sekarang ini dikarenakan adanya perbedaan dan tingkatan pada intelektual quality (IQ) manusia sehingga daya pemahaman mereka tidak sama, meskipun fitrah mereka sama. Obyek Quran yang berbeda-beda ini menuntut metode dakwah yang variatif sehingga orang yang mempunyai IQ tinggi, tidak merasa sombong dan tetap memerlukan pesan-pesan wahyu dan sebaliknya bagi orang yang memiliki IQ rendah juga dapat menjangkau pesan-pesan wahyu tersebut.  Oleh karena itu, Al Quran di samping menunjukkan metode dakwahnya  dengan bentuk hikmah, nasehat yang baik serta sanggahan yang bagus, ia juga menunjukkannya dalam bentuk perumpamaan, supaya dapat dijangkau oleh orang awam sekaligus menjadi penekanan untuk orang alim yang pada intinya dapat diserap oleh semuanya. Jalan hikmah, nasehat baik, serta sanggahan yang bagus dari satu sisi dan perumpamaan serta cerita-cerita dari sisi lain merupakan  metode yang komprehensif dalam dakwah dan hal ini sebagai karakteristik Al Quran. (http://quran.al-shia.com)

D. Pengertian Teknologi
a. Definisi Teknologi
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran, institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi itu bersifat fisik, yakni yang dapat dilihat secara inderawi. Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Ia (teknologi) bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “daya pencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu jenis komunitas manusia yang lain dan berbeda. (http://sopisan.wordpress.com)

Adapun teknologi menurut Ali Akbar (2006 : 2-5), secara garis besar dijelaskan lebih rinci:
Teknologi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, teknologi informasi dan komunikasi.” Teknologi adalah hasil budaya (daya kreasi dan inovasi) manusia yang dapat mempermudah proses kehidupan manusia. Adapun data secara ringkas diartikan sebagai kumpulan fakta mentah yang ada dalam kehidupan. Data mencerminkan segala kehidupan yang ada di dunia, akan tetapi data belum memiliki manfaat untuk manusia, karena data hanya berupa carikan-carikan kenyataan yang belum disusun untuk memberikan manfaat. Sementara informasi adalah hasil pengolahan data yang dapat memberikan manfaat kepada manusia. Sebuah informasi pada umumnya di cetak dalam bentuk laporan (report) yang memberi manfaat/ arti pada pembacanya. Selain dalam bentuk tabel, informasi dapat juga ditampilkan dalam bentuk lainnya, seperti : Grafik, gambar, dan semua jenis metode penampilan yang memiliki arti jika dibaca oleh penikmat informasi”.
Teknologi informasi sangat berkaitan dengan komunikasi, karena kedua teknologi ini memiliki peranan yang sangat penting untuk kebutuhan manusia sebagai konsumen teknologi.
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi, pada umumnya melalui protokol (bahasa yang sama). www.wikipedia.org
Lebih lanjut Onong Uchjana Effendi menambahkan (1992 : 5) Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media..dalam devinisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau prilaku (behavior).
Secara lengkap arti dari teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala aspek yang terkait dengan pemprosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media menggunakan teknologi tertentu. (Ali Akbar, 2006 : 8).
The Liang Gie (1996 : 23) menambahkan, “Teknologi mencakup segala yang dibuat manusia untuk keperluan hidupnya, termasuk struktur organisasi modern yang dianggap sebagai teknologi dari abad modern”. Abad modern yang dikenal juga dengan era teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, telah memberikan kemudahan berkomunikasi bagi manusia.
  1. Peran Komputer Sebagai Hasil Teknologi
Komputer berasal dari bahasa inggris to compute yang berarti alat untuk menghitung. Secara istilah yang disebut komputer adalah alat yang terdiri dari komponen-komponen penyusun komputer (CPU, Memory dan piranti masukan/ keluar) dan dapat digunakan untuk melakukan proses penghitungan/komputasi tanpa mengenal lelah, bosan dan kesalahan. Agar dapat melakukan tugasnya sebagai alat untuk memproses data menjadi informasi, sebuah komputer disusun dari komponen-komponen yang saling terintegrasi. (Ali Akbar, 2006 ; 13)
Sebagai hasil dari teknologi, komputer memiliki peran tertentu, khususnya dalam penyampaian data informasi, untuk itu komputer dapat diolah dan dibentuk oleh manusia sendiri sesuai dengan fungsinya. Lahirnya komputer di era globalisasi, memudahkan masyarakat dalam membantu tugas-tugasnya untuk membuat berbagai file dan bermacam data, juga memudahkan dalam mengakses berbagai informasi, sehingga keberadaannya menjadi sebuah kebutuhan bagi manusia.
Adapun fungsi komputer menurut Wiener adalah bahwa mesin komputasi modern pada prinsipnya merupakan sistem jaringan syaraf yang juga merupakan peranti kendali otomatis. Dalam pemanfaatan mesin tersebut, manusia akan dihadapkan pada pengaruh sosial tentang arti penting tekhnologi tersebut yang ternyatmampu memberikan “kabaikan”, sekaligus “malapetaka”.(Teguh Wahyono, 2006 : 23).

Wiener pun mengungkapkan dalam bukunya The Human Use of Human Beings yang mencakup beberapa bagian pokok tentang hidup manusia, prinsip-prinsip hukum dan etika di bidang komputer. Bagian-bagian pokok dalam buku tersebut adalah :
  1. Tujuan hidup manusia
  2. Empat prinsip-prinsip hukum
  3. Metode yang tepat untuk menerapkan etika
  4. diskusi tentang masalah-masalah pokok dalam etika komputer
  5. Contoh topik kunci dalam etika komputer. (Teguh Wahyono, 2006 : 24).
Dengan adanya ungkapan yang disampaikan Wiener, menjelaskan tentang peran dan fungsi komputer untuk manusia, komputer sebagai sebuah alat dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan tujuan hidup manusia, akan tetapi komputer pun dapat menjadi malapetaka bagi manusia, jika digunakan tidak sesuai dengan fungsi asalnya.
Moor mengatakan bahwa “teknologi komputer itu memiliki sifat revolusioner karena memiliki “logicali malleable”, sehingga ia bisa melakukan aktivitas apapun dalam membantu tugas manusia. Hal ini terjadi karena komputer bekerja menggunakan suatu logika pemprograman tertentu yang bisa dibuat oleh programernya.. Komputer merupakan suatu alat yang universal. Tentu saja batas komputer adalah seberapa besar batas dari kreativitas manusia sendiri. (Teguh Wahyono, 2006 : 32).
Moor juga menambahkan, “revolusi komputer sedang terjadi dalam dua langkah. Pertama adalah “pengenalan teknologi” dimana teknologi komputer dapat dikembangkan dan disaring. Kedua adalah “penyebaran teknologi" dimana teknologi mendapatkan integrasi kedalam aktivitas manusia sehari-hari dan kedalam institusi sosial, mengubah seluruh konsep pokok, seperti uang, pendidikan, kerja, pemilihan yang adil, dan bidang lain”. (Teguh Wahyono, 2006 : 32-33)
Kemajuan teknologi saat ini telah membawa banyak perubahan pada kehidupan manusia, seperti dua sisi mata uang yang berbeda, teknologi pun ada yang berdampak positif adapula yang negatip, untuk itu, manusia sebagai konsumen harus mampu memfilter berbagai informasi atau data dari program-program komputer.
Untuk itu, Abdul Muis (2001 ; 137) menjelaskan bahwa :
Dalam perubahan masyarakat dewasa ini kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang amat diagungkan. Untuk hidup sejahtera dan makmur lahir batin, masyarakat kita seakan-akan menempatkan fenomena tersebut sebagai pilihan satu-satunya. Siapa yang menguasai teknologi canggih dialah yang makmur, sejahtera dan berkuasa. “menguasai” di sini dalam arti luas, termasuk peranan sebagai penghasil (produsen), pencipta disamping pemakai teknologi modern.

Komputer merupakan salah satu teknologi yang berkembang sangat cepat dan banyak di konsumsi masyarakat. Dulu, mengakses data berarti berkomunikasi dengan komputer melalui teks secara monoton, akan tetapi kini tampilan komputer sudah semakin canggih, dalam komputer banyak menyajikan program-program yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup dan moral masyarakat seperti, tampilnya teknologi digital dalam program komputer, ada tajwid digital, Al-quran word, winzip, juga Al-quran digital.
  1. Teknologi Sebuah Kebutuhan Manusia
Teknologi pasti akan terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman inovasi-inovasi tekhnik di berbagai bidang akan terus menjadi pendorong utama berkembangnya teknologi informasi di masa depan. Penemuan-penemuan perangkat baru seperti telepon seluler, yang semakin kaya fitur, komputer-komputer, gadget mini dengan fitur seabreg seolah akan membawa dunia tekhnologi informasi menuju ke arah teknologi informasi yang ada dimana-mana (pervasive) dan dapat diakses kapan saja. (Ali Akbar, 2006 : 152). Terlebih kini lahir tampilan baru dari teknologi yaitu teknologi digital yang melahirkan beragam produk digital, dengan tujuan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas ibadahnya, seperti digital holy quran, digital audio haji, dan digital tajwid.
Teknik sebenarnya sesuatu yang diciptakan untuk membantu manusia. Fungsinya terutama bersifat instrumental, yakni menyediakan alat-alat bagi manusia. Kurang lebih sebagai perpanjangan fungsi-fungsi tubuh manusia, seperti: kaki (alat-alat transportasi), tangan (mesin-mesin, alat-alat berat), mata (film, televisi), telinga (radio, telepon), sampai dengan otak (komputer). Tapi, dalam perkembangannya kemudian, khususnya pada tahap penggunaannya, apa yang dari semula dirancang sebagai sarana yang memungkinkan manusia untuk memperluas penguasaannya terhadap dunia, ternyata menjadi sukar dikuasainya sendiri, atau bahkan tidak bisa dikuasainya. (www.binanusantara@.com)

Para ahli teknologi mampu memanfaatkan perkembangan iptek bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia, dari segi materi, sosial dan spiritual secara lebih seimbang. Sebagai makhluk yang istimewa, untuk melengkapi kehidupannya manusia harus bekerja keras dan berkarya. Karya tersebut dilakukan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam kehidupannya.
Bicara tentang kebutuhan manusia Abdullah Muhammad, mengklasifikasikan kebutuhan manusia menjadi empat kelompok. Pertama kebutuhan ekonomi, merupakan kebutuhan yang bersifat material, baik harta maupun benda yang diperlukan untuk kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Kedua kebutuhan psikis, merupakan kebutuhan yang bersifat nonmaterial untuk kesehatan dan ketenangan manusiasecara psikologi,biasa juga disebut kebutuhan rohani seperti misalnya agama dan pendidikan. Ketiga kebutuhan biologis, merupakan kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusia dari generasi ke generasi yang diikat oleh tali pernikahan. Keempat kebutuhan pekerjaan, merupakan kebutuhan yang bersifat praktis untuk mewujudkan kebutuhan-kebutuhan yang lain. (Teguh Wahyono, 2006 :44-45)
Kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan teknologi telah mampu memberikan kontribusi yang sangat besar tehadap manusia, sehingga teknologi berperan sebagai pemenuhan kebutuhan materi manusia. Manusia di zaman modern ini sudah banyak yang terbelenggu oleh proses tekhnologi, tujuan awal teknologi dalam membantu manusia kini beralih fungsi menjadi alat yang membelenggu manusia.
Seperti yang di ungkapkan Kuntowijaya (2007 : 116)
Manusia yng semula merdeka, yang merasa menjadi pusat dari segala sesuatu, kini telah diturunkan derajatnya menjadi tak lebih sebagai bagian dari mesin, mesin raksasa tekhnologi modern. Karena proses inilah, maka pandangan manusia tentang manusia menjadi tereduksi. Nilai manusia kini terdegradasi oleh proses bekerjanya teknologi.”
Untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut diatas, maka kemajuan iptek juga harus dapat berfungsi untuk sosial dan spiritual, sehingga tidak hanya sebagai pemenuhan nilai material belaka. Teknologi yang hendak dikembangkan harus dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah-masalah konkrit dalam kehidupan, sehingga fungsinya bernilai positif, dan berdampak baik terhadap kelangsungan hidup dan kebutuhan manusia. Para ilmuwan seharusnya memberi pemahaman serta petunjuk atau informasi lain yang dianggap penting kepada manusia sebagai konsumen teknologi, dalam pemanfaatannya, untuk mencegah dampak yang lebih buruk. Orang semakin berpendidkikan dan pintar, maka tanggung jawabnya juga semakin besar.
Tiga jenis kebutuhan dasar manusia (material, sosial, dan spiritual)
Pemenuhan kebutuhan yang tidak seimbang
  • Kenyataan membuktikan bahwa kemajuan di bidang iptek hanya membawa pengaruh dominan pada pemenuhan kebutuhan manusia yang bersifat material
  • Dari segi materi, manusia mengalami kemajuan yang luar biasa, tapi tidak demikian dengan kehidupan sosial dan spiritual
Dapat berfungsi sosial dan spiritual
  • Dengan semakin kaya materi hendaknya hal itu semakin membuka kesadaran kita betapa besar kasih Tuhan kepada kita, dan sekaligus menyadari betapa dengan cara itu Tuhan mau memakai kita sebagai saluran berkatNya bagi sesama 
d. Tanggung Jawab Ilmuwan di Bidang Teknologi
Selain menciptakan teknologi, para ilmuwan dan profesional di bidang teknologi pun harus memiliki standar etika dalam penggunaan teknologi itu sendiri, dengan adanya etika dalam teknologi diharapkan para konsumen teknologi dapat menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat dan positif, sehingga yang terbentuk adalah moral masyarakat pengguna teknologi yang bertanggung jawab.

Memperhatikan tuntutan etis :Diharapkan bahwa semakin kemampuan manusia bertambah dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kemampuan untuk menyadari segi-segi etis dan nilai-nilai yang terkait di dalamnya, semakin besar pula Mengedepankan maksud baik : Iptek yang dikembangkan haruslah didasari maksud baik, demi kebaikan manusia, dan kehidupan pada umumnya.
Menyuarakan kebenaran : Sebagai seorang ilmuwan sangat diharapkan memiliki pemahaman yang lebih luas dan solusi yang lebih manusiawi dalam mengatasi suatu masalah sosial Memperlihatkan keteladanan yang baik : Di tengah situasi dimana segenap nilai mengalami kegoncangan, seorang ilmuwan tampil dengan keteguhan hati dan penuh integritas diri. 

Tentang etika dan tanggung jawab para ilmuwan teknologi pun di ungkapkan oleh Teguh Wahyono ( 2006:19) ” Teknologi sebenarnya hanya alat yang digunakan manusia untuk menjawab tantangan hidup. Jadi faktor manusia dalam tekhnologi sangat penting. Ketika manusia membiarkan dirinya dikuasai teknologi maka manusia yang lain akan mengalahkannya. Sebenarnya, teknologi dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan aktivitasnya. Hal itu memang karena manusia memiliki keterbatasan. Keterbatasan inilah yang lalu harus ditutupi oleh teknologi tersebut. Bagaimana pun, kendali penggunaan teknologi tetap sepenuhnya ada di tangan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan manusiawi termasuk pelaksanaan norma dan etika kemanusiaannya tetap harus berada pada peringkat teratas, serta tidak hanya melakukan pemujaan terhadap teknologi tinggi belaka”.
Karena itu para ilmuwan tekhnologi khususnya, dan pengguna teknologi umumnya, harus menjalankan kode etik-kode etik teknologi, sebagai bukti tanggung jawab ilmuwan dan pengguna teknologi terhadap perkembangan teknologi dalam kehidupan. Seperti yang di tetapkan oleh IPKIN (Ikatan Profesi Komputer dan Informatika), sesuai dengan perkembangan teknologi khususnya komputer di Indonesia. Kode etik profesi tersebut menyangkut kewajiban pelaku profesi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, kewajiban pelaku profesi terhadap masyarakat, kewajiban pelaku profesi terhadap sesama pengemban profesi ilmiah, serta kewajiban pelaku profesi terhadap sesama umat manusia dan lingkungan hidup. (Teguh Wahyono : 40).
Teknologi merupakan salah satu fenomena sosial. Denagn demikian tanpa manusia, tanpa masyarakat, teknologi pun tiada. Untuk itu bisa di katakan, di zaman sekarang hampir semua aspek kehidupan manusia sudah tersentuh oleh teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah memberikan kemudahan bagi aktivitas kehidupan manusia. Quraisy Shihab (1998 : 440) memandang bahwa :
Semboyan ilmu untuk ilmu tidak dikenal dan tidak dibenarkan oleh islam. Apapun ilmunya, materi pembahasannya harus bismi rabbik, atau dengan kata lain harus bernilai Rabbani. Sehingga ilmu yang dalam kenyataannya ”bebas nilai”, harus diberi nilai Rabbani oleh ilmuwan muslim.
Tanggung jawab moral itu meliputi beberapa hal yaitu bagaimana kita ikut membentuk, mengatur, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan teknologi untuk membentuk habitat manusia yang sehat, manusiawi, dan berakhlaq. perubahan perilaku individual tidak lagi cukup; ada perubahan global lingkungan kehidupan yang harus berlangsung demi mempertahankan karakter teknologi yang bertanggung jawab. Dalam lingkungan kehidupan, ini berarti mempertahankan karakter manusiawi sehingga tidak jatuh ke dalam nilai-nilai teknologi yang semata-mata menekankan hasil dan komersial belaka.
Sikap utama yang harus dibentuk adalah kesadaran bahwa teknologi tetap harus terikat ke aspirasi kita sebagai umat manusia, dengan impian dan cita-cita akan masa depan yang lebih baik di dalam kebudayaan teknologi. Sebuah sikap yang harus dipegang adalah, tidak pernah seorang manusia pun boleh dijadikan tujuan di luar kemampuan dirinya sendiri.
E. Teknologi Digital Sebagai Media Dakwah
Dalam memanfaatkan kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi, umat islam khususnya harus mampu menciptakan suatu program dari teknologi untuk kelangsungan syiar islam, termasuk didalamnya aktivitas dakwah islam. Kegiatan dakwah islam harus mampu mengantisipasi kemungkinan timbulnya efek negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk itu sangat diperlukannya sumber daya manusia muslim yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengembangkan serta mamanfaatkannya untuk kebaikan dunia dan akhirat yang tetap berlandaskan kepada Al-quran dan hadits.
Menurut Kuntowijoyo (2007 : 92) dalam bukunya islam sebagai ilmu, mengatakan ” Ilmu sebagai pelembagaan dari pengalaman, penelitian, dan pengetahuan, diharuskan melaksanakan ayat ini, yaitu amar ma’ruf (menyuruh kebaikan), nahi munkar (mencegah kejelekan), dan tu’minuna billah (beriman kepada Allah). Ketiganya adalah unsur yang tidak terpisahkan dari ilmu pengetahuan dan ilmu sosial profetik.”
Disamping itu teknologi dengan nilai negatifnya akan mampu menjadikan manusia lebih mengutamakan teknologi, daripada beribadah kepada Allah Swt. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan dalam situs sopisan.wordpress.com di internet.

dampak dari perkembangan teknologi mutakhir menyebabkan manusia lalai akan tugasnya yang paling utama dimuka bumi. Dari kondisi seperti inilah, perlu adanya orang orang yang menyeru dan mengajak mereka untuk kembali kejalan yang benar. Oleh karena itu perlu adanya dakwah-dakwah yang dapat meng–counter dampak negatif tersebut. Dan salah satu prinsip dalam berdakwah yaitu prinsip tajadudiyah dimana dakwah harus disesuaikan dengan kondisi zaman dimana dakwah itu dilaksanakan. Oleh karena itu sangatlah tepat kiranya, apabila di era globalisasi ini kita manfaatkan teknologi sebagai media dakwah global. Yaitu sutau media yang dapat membuat mereka menerima kebenaran Islam, bukan mencaci, dan suatu media yang dapat mendekatkan mereka kepada nilai nilai yang islami bukan menyebabkan mereka menjauhinya.

untuk itu Israr menambahkan.”Cara dan upaya, maupun strategi dakwah islam tidak harus kaku dan statis. Akan tetapi dalam kenyataan sejarah, ia senantiasa berubah dan mengalami kemajuan-kemajuan, dan hal ini seiring dengan kemajuan peradaban manusia itu sendiri. Media yang digunakan untuk berdakwah itu sendiri juga berkembang dan mengalami kemajuan”. (Israr, 1993 : 4).

Kemajuan berfikir masyarakat yang diiringi dengan kemajuan teknologi informasi, membawa dampak perubahan terhadap aspek kehidupan. Tidak terkecuali aspek dakwah. Tujuan dakwah adalah mengharapkan agar terjadinya perubahan prilaku masyarakat objek dakwah baik individu, maupun masyarakat, menjadi lebih baik. Berhubungan dengan perubahan sosial, proses dakwah menghadapi permasalahan yang kompleks dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, iptek, dan lain-lain. Untuk itu diperlukan strategi baru dalam berdakwah sehingga dapat mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dalam rangka melakukan pengarahan dan perubahan menuju kehidupan individu dan lingkungan masyarakat yang lebih baik.
Fenomena terkini dalam bidang sosial adalah, adanya penemuan baru dalam bidang teknologi digital. Dengan lahirnya tekhnologi digital ini, ternyata dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media aktivitas dakwah islamiyah bagi para juru dakwah. Manusia sebagai khalifah fil ardi (wakil Tuhan di bumi), predikat ini seolah-olah Allah mempercayakan kekuasaan-Nya kepada manusia untuk mengatur dunia ini, dalam barbagai bidang, termasuk bidang keilmuan dan teknologi, sehingga tugas dan kewajiban manusia di dunia begitu berat. Maka sebagai makhluk yang paling muliya, manusia harus mampu menata dan menciptakan kehidupan di dunia ini untuk kebaikan.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Quran Surat Ali-imran ayat 110 :

Artinya : Kamu adalah (umat islam) terbaik, yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Hasbi Ashhidiqi, 1971 : 94).

Dakwah diera teknologi, berarti penyampaian pesan dalam rangka komunikasi dengan menggunakan alat teknologi serta ilmu pengetahuan., sehingga pesan dapat tersampaikan secara jelas, lebih cepat dan efisien. Pada zaman modern sekarang yang dikenal sebagai era digital, alat-alat informasi digital sangat berguna untuk memberikan kekuatan dalam rangka percepatan komunikasi, sehingga pesan-pesan dakwah islam dapat di sebar luaskan kepada manusia. Dakwah islam sebagai suatu proses komunikasi, juga dapat berlangsung dinamis dalam melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik dalam kehidupan manusia, melalui ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Ilmu serta hasil pemikiran para intelektual baru akan relevan, sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan segala aspek kehidupan yang terus berkembang dan meningkat, bila dirangkaikan dengan segi-segi praktis (teknologi). Itulah arti ungkapan ”ilmu tanpa diamalkan bagaikan pohon tak berbuah,” atau ”awan yang tak menghasilkan hujan”. (Quraish shihab, 2002 : 390).

Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal mau­pun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam menda­patkan hiburan (enter­tain­ment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin mem­buka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh di biarkan lewat begitu saja. Seorang juru dakwah harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi.
Untuk itu para intelektual muslim dan para juru dakwah harus mampu memanfaatkan teknologi ini untuk perkembangan dakwah islamiyah, sehingga kelahiran teknologi dapat bermanfaat untuk kehidupan manusia dunia juga akhirat. Karena yang dikembangkan adalah segi-segi positif dan nilai-nilai kebenaran (Robbaniah), yang menghasilkan kualitas manusia berakhlakul kharimah, dalam memelihara bumi ciptaan Allah Swt, yang telah di amanahkan kepada makhluk tuhan paling mulia yaitu manusia.
Kemajuan teknologi saat ini berkembang luar biasa pesat. Salah satu faktor yang paling berperan dalam era kecanggihan teknologi ini adalah lahirnya sistem digital. Melalui sistem digital, berbagai bidang teknologi mengalami kemajuan yang luar biasa, seperti bidang komputer, software, telekomunikasi, hingga penerbangan luar angkasa
Tak aneh lagi, semua sisi kehidupan manusia ditunjang sepenuhnya oleh perangkat yang serba canggih dan serba digital. Sangat ironi, ketika semua piranti penunjang segala aktifitas manusia telah begitu canggih dan modern, ternyata mental manusia penggunanya masih analog (tertinggal). Sehingga dapat dibayangkan, banyak terjadi ketimpangan di sana-sini. Solusinya sudah tentu dengan mengimbangi teknologi digital tersebut dengan manusia digital.
Teknologi digital muncul di era modern ini setelah ditemukannya bilangan biner, yaitu angka nol dan satu sebagai sistem transformasinya. Bilangan biner tidak mengenal angka lain kecuali angka nol dan satu. Angka nol adalah cermin dari kebersihan jiwa dan pikiran, sedangkan angka satu adalah lambang keEsaan Tuhan, dengan kata lain berprinsip hanya untuk Allah yang tiada sekutu bagiNya, laa ilaaha(0) illallah(1). Inilah yang harus tertancap kokoh dan mengakar kuat dalam hati sanubari manusia, hingga apa yang dia lakukan, apa yang dia katakana merupakan cermin dari keikhlasan dan ketulusan, berprinsip hanya kepada Allah. Terciptalah manusia digital mewujudkan tuntutan dari kalimat laa ilaaha illallah disegenap hidupnya. Dia akan senantiasa sejalan dengan rambu-rambu menjalani hidup yang telah Allah berikan
Manusia digital adalah manusia yang Tentunya memiliki bilangan biner sebagai sistem transformasi atas potensi spiritualnya, yaitu yang berbasis pada angka nol dan satu. Apabila ini terwujud, maka akan lahir sebuah peradaban manusia tertinggi yang memiliki kemampuan IPTEK DIGITAL dan IMTAK DIGITAL. Saat itulah muslim sebagai generasi emas akan lahir dan tumbuh di bumi.
Sesuai dengan kutipan diatas, maka di jaman teknologi digital saat ini, umat muslim harus senantiasa berperan dalam kemajuan islam khususnya di bidang dakwah, yang sekarang dapat dipadukan antara dakwah dengan teknologi digital, sehingga para manusia digital pun berperan sebagai da’i atau juru dakwah. Untuk itu, fitur-fitur digital yang diciptakan haruslah sesuai dengan misi dakwah islamiyah, yaitu merngajak manusia dalam amar makruf nahyi munkar.
Adapun arti istilah Digital dianggap berkaitan erat dengan pengertian berikut:
Digital merupakan hasil teknologi yang mengubah sinyal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (disebut juga dengan biner)untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Sinyal tersebut disebut sebuah bit. Sinyal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat ditemukan pada teknologi analog, yaitu mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi
  1. penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi itu sendiri.
  2. informasi dapat dengan mudah di proses dan dimodifikasi kedalam berbagai bentuk
  3. dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya secara interaktif.
  4. Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi
Komputer mengolah data yang ada adalah secara digital, melalui sinyal listrik yang diterimanya atau dikirimkannya. Pada prinsipnya, komputer hanya mengenal dua arus, yaitu on atau off, atau istilah dalam angkanya sering juga dikenal dengan 1 (satu) atau 0 (nol). Kombinasi dari arus on atau off inilah yang yang mampu membuat komputer melakukan banyak hal, baik dalam mengenalkan huruf, gambar, suara, bahkan film-film menarik yang dapat ditonton dalam format digital. 

Hal diatas diperjelas dalam website wikipedia.

Kata Digital berasal dari kata Digitus, dalam Bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit). Peralatan canggih, seperti komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian perhitungan biner yang rumit.

Konsep digital ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu keadaan yang saling berlawanan. Pada gambaran saklar lampu yang ditekan pada tombol on, maka ruangan akan tampak terang. Namun apabila saklar lampu yang ditekan pada tombol off, maka ruangan menjadi gelap. Kondisi alam semesta secara keseluruhan menganut sistem digital ini. Pada belahan bumi katulistiwa, munculnya siang dan malam adalah suatu fenomena yang tidak terbantahkan. Secara psikologis, manusia terbentuk dengan dua sifatnya, yaitu baik dan buruk. Konsep Yin dan Yang ternyata juga bersentuhan dengan konsep digital ini 

F. Al-Quran Digital Sebagai Salah Satu Bentuk Media Dakwah
Al-Quran adalah firman Allah yang hendaknya setiap manusia pada umumnya dan kaum muslimin pada khususnya agar mempelajarinya dengan pemahaman yang benar, kemudian meyakininya dan mengamalkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Al-quran digital merupakan salah satu program komputer berbasis windows yang menampilkan kitab suci al-quran sehingga dengannya diharapkan dapat lebih mendekatkan manusia pada umumnya dan kaum muslim pada khususnya dengan firman Allah Swt tersebut.
Al-Quran Digital ini sangat cocok digunakan sebagai teman dalam perjalanan maupun untuk belajar membaca dan memahami isi kandungan Kalamullah (ayat-ayat Allah). Manfaatkan kesempatan untuk dapat mempelajari Al-quran dengan menggunakan Al-quran Digital dari produk Al-quran digital yang sekarang ini sudah semakin merebak di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan.
Selain itu, Al-quran digital pun sudah banyak di akses via Hp, kepingan CD, bahkan pocket kecil yang dapat di kantongi dan dapat di bawa kemana saja dan kapan saja kita dapat membaca dan mendengarkannya. Al-quran digital ini dapat di jadikan media dakwah, karena kehadirannya di tengah-tengah manusia sangat menunjang perkembangan dakwah islamiyah, selain sebagai firman Allah Swt, al-quran digital pun dapat di manfaatkan untuk kepentingan pembuatan makalah dalam mengutip ayat-ayatnya.
Pesan-pasan dakwah yang sudah jelas terkandung dalam al-quran, kini semakin praktis di kemas dalam sajian yang cukup menarik, yaitu dalam al-quran digital, sehingga kapan pun orang-orang dapat mendengarkan dan menikmatinya, dari situlah dakwah islamiyah dapat tersampaikan. Media dakwah yang praktis ini sangat mempermudah dan membantu para juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya, karena al-quran digital sudah dapat dinikmati oleh semua orang, jelas bagi orang yang senantiasa mengkonsumsinya sebagai kebutuhan, atau bahkan sekedar pengisi waktu luang, minimal oarang-orang dapat mendengarkan Kalamullah kapan saja.
Menurut Muhammad Djarot Sensa ( 2005 : 33) ”Al-quran yang memiliki sifat, karakter, kedudukan, fungsi dan melahirkan dampak, secara pasti juga akan merupakan sesuatu yang mempunyai sebuah potensi atau kekuatan dengan berbagai perwujudannya, terutama hal-hal yang menunjukan sebagai perangsang, pembentuk dan pembangun, yang diantaranya adalah informasi atau sesuatu yang bersifat memberitahu dan menjadikan tahu. Karena hal ini merupakan sebuah persyaratan di dalam dapat mencapai kepada maksud dan tujuan tertentu”.

0 Comment