31 Oktober 2012

DAKWAH KONTEMPORER PRESPEKTIF SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

Dakwah sebagai ilmu, hakikatnya adalah pengetahuan tentang cara cara metodologis untuk mengajak atau menyeru manusia melakukan perubahan dari suatu perubahan dari suatu keadaan yang tidak dikehendak, kepada situasi yang yang di kehendaki sesuai dengan norma dan nilai nilai ajaran agama, dan juga hakikat makna dakwah, adalah kegiatan amar makruf nahi munkar, berkaitan dengan sy’ar agama.

Dewasa ini dalam menghadapi era global yang di tandai dengan gejala-gejala persaingan bebas, perdagangan bebas tanpa batas, sehingga melahirkan prilaku masyarakat yang bebas norma, bebas nilai, karena itu dibutuhkan model dan strategi dakwah yang dapat menyentuh rasa etika dan estetika kemanusuian,

Kondisi umat Islam dewasa ini sangat memprihatinkan, secara umum dalam bidang kehidupan duniawi mereka bukan termasuk umat yang memegang peranan penting di dunia ini. Dalam beberapa hal tertentu umat Islam tertinggal dari umat yag lain terutama di bidang ekonomi dan politik. Di bidang ekonomi umpamanya, mereka masih mengandalkan kekuatan sumber daya alam dibandingkan dengan hasil produksi ataupun jasa, padahal sumber daya alam kebanyakan tidak bisa diperbaharui, lambat laun akan menyusut dan habis seperti halnya minyak bumi dan barang tambang merupakan sumber daya alam yang kalau sudah habis tidak akan tersedia lagi dalam waktu cepat.

 Di bidang politik umat Islam mengalami keadaan yang kurang menguntungkan, posisi mereka hampir terpinggirkan dalam konstalasi dunia yang diakibatkan oleh adanya propaganda hitam yang gencar melalui mass media yang canggih dari orang lain. Umat Islam dianggap umat yang punya peradaban masa lalu, teroris, tidak akomodatif dan sebutan lain yang menyudutkan.Kondisi terpinggirkan itu banyak diakibatkan oleh keadaan umat Islam itu sendiri yang lemah, mudah marah, dan mudah panik ketika menghadapi provokasi lawan. Hal tersebut diakibatkan oleh keterbatasan kemampuan mereka dalam sumber daya manusia dan dalam bidang kehidupan sehingga kurang mampu mengimbangi manuver lawan yang memang canggih dalam bidang kehidupan terutama dalam penguasaan ilmu dan teknologi.

Secara internal internal tantangan dakwah islam berupa konflik dalam nuansa politik dapat dibaca melalui media masa, baik local regional maupun nasional, konflik internal antar tokoh islam dalam perebutan kekuasan melalui partai politiknya masing-masing cukup kental mewaarnai berita berita surat kabar di Indonesia, begitu pula konflik social berkenan dengan pemilihan kepala desa di beberapa tempat yang cukup memperhatikan, memberikan indikasi kebodohan dan kemiskinan moral; bangsa yang belum cukup dewasa untuk berdemokrasi, apalagi tontonan konfloikintern umat islam yang saling mengkafirkan, hinmgga terdorong terjadinya anarkis dengan sesame umat islam,cukup menyakitkan persaan manusia, gejala-gejala masyarakata yang kit abaca beritanya atau kita saksikan gambaranyalewat media masa adalah tantang islam yang cukup realistis, negatifnya seakan akan masyarakat Indonesia telah berubah prilakunya seratus delapan puluh derajat, dari masyarakat yang terkenal ramah dan berpprikemanusiaan, cenderung menjadi masyarakat bubar yang mendekati prilaku binatang.

Pola dakawah dan pendidikan yang menggunkan prespektif konflik integrative diterapkan dengan memperhatikan kemungkinan adanya pertentangan, perbedaan dan konflik social budaya dalam masyarakat yang lazim terjadi dalam rangka perubahan, karena secara teorotik konflik dapat terjadi pendorong terjadinya perubahan sosial budaya, maka penerapan dakwah dan pendidikan juga harus mengupayakan adanya integrasi serta menumbuhkan solidaritas dalam masyarakat.

Dakwah dan pendidikan sebagai wujud kebudayaan, menyangkut prilaku manusia dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkunganya sebagai system sosial, karena itu kegiatanya harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi lingkunagan di mana dakwah dan pendidikan itu di laksanakandan pendidikan harus memperhatikan institusi, serta mempersiapakan konsep dakwah dan pendidikan yang berorientasi pada aspek keseimbangan masyarakat berdasarkan fakta sosial.

Menurut saya, sekali lagi dan ini bukan hanya satu-satunya penyebab dari kurang beruntungnya umat Islam sekarang ini, adalah banyak diakibatkan oleh kurangnya kemampuan kaum Muslimin dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurangnya penguasaan pengetahuan tersebut banyak disebabkan oleh banyaknya orang di kalangan umat Islam yang masih punya anggapan bahwa penguasaan ilmu dan teknologi tidak begitu penting. Hal tersebut berlanjut kepada anggapan bahwa pendidikan ilmu dan teknologi adalah sesuatu yang diabaikan. Anggapan tersebut mungkin hanya berasal dari ajaran agama yang mereka pahami bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah sementara sedangkan kehidupan akhirat itu abadi sehingga mereka lebih mementingkan persiapan menuju kematian (kehidupan akhirat) dan mengabaikan persiapan untuk kehidupan di dunia.

Berdasarkan konsep dakwah sesuai norma dan nilai al-qur’an serta model dakwah dan di contohkan Rasulullah, rasanya sulit bias diterima jika ada nuansa dakwah yang cenderung anarkis, radikal dan menyeramkan.

Secara sosiologi antropologis, yang saya kutip dari buku sosiologi pendidikan dan dakwah,(hal 17) bahwasanya seorang juru dakwah harus dapat membaca dan memahami situasi dan kondisi masyarakat yang di hadapi berbagai konflik, dan juga juru dakwah harus dapat menghargai pluralism budaya yang merupakan realitas kehidupan masyarakat, bahwa hakikat masyarakat itu mempunyai berbagai tradisi yang bervariasi, berbeda latar belakang kepercayaan dan keyakinan, berbeda pendidikan dan pengetahuanya, berbeda pula norma-norma dan nilai-nilai social yang di anutnya.

Pikiran atau paham tersebut memang betul kalau dilihat dari lamanya kehidupan seseorang atau pribadi, tetapi kalau kita melihat rentang waktu kehidupan masyarakat Islam yang sangat panjang bisa beratus, beribu tahun bahkan sampai akhir zaman. Mereka tidak menyadari bahwa keadaan kehidupan masyarakat dibangun oleh kehidupan individu (perseorangan). Kalau kehidupab perorangan memprihatinkan maka kehidupan masyarakat yang panjang itu juga akan memprihatinkan. Kalau kehidupan perorangan sekarang kurang memperhatikan kehidupan masyarakat jangka panjang maka kehidupan anak cucu dan keturunannya akan lebih memprihatinkan. Kesalahan mempersepsi dan mengambil keputusan hari ini akibatnya akan dirasakan oleh anak keturunan kita sampai beratus tahun kemudian. Orang yang mengabaikan kehidupan masyarakat masa depan adalah orang yang egois dan individualis, padahal banyak dalam ajaran Islam yang menganjurkan untuk memperhatikan nasib keturunan masa depan sebagaimana firman Allah : “Dan hendaklah kamu takut dengan keadaan anak keturunanmu yang lemah” atau sabda Nabi Muhammad SAW : “Walaupun kamu tahu besok hari akan terjadi kiamat sedangkan di tanganmu ada sebutir benih kurma maka tanamkanlah benih kurma itu”. Dua dalil naqli tersebut mengingatkan kita betapa kita harus menciptakan generasi yang akan datang dengan kondisi yang lebih baik dari kondisi sekarang.

Pendidikan merupakan sarana penting bagi mempersiapkan generasi muda untuk tampil dalam gelanggang pada masa yang akan datang. Sayngnya di masyarakat Islam keadaan pendidikan baik jumlah maupun mutu tidak menunjukkan keadaan yang menggembirakan. Contoh kasus di Indonesia, hasil statistik tahun 1990 menunjukkan bahwa 78% penduduk Indonesia lulusan sekolah dasar ke bawah, 20% lulusan sekolah menengah, dan hanya 2% lulusan perguruan tinggi. Dari data tersebut berarti penduduk Indonesia yang mayoritas umat Islam sebagian besar berpendidikan rendah dan akibatnya bisa kita perkirakan sendiri. Data tadi menunjukkan dari segi kuantitas belum lagi jia kita lihat dari segi kualitas, masih sangat sulit kita menemukan sekolah-sekolah yang bagus di Indonesia. Sebagai contoh tidak ada satupun perguruan tinggi di Indonesia yang masuk lima puluh besar di urutan perguruan tinggi terbaik di Asia. Begitu pula sekolah menengahnya. Minim produk penelitian yang berkualitas sehingga sangat sedikit penemuan baru yang dilahirkan dar lembaga pendidikan. Hal itu diakibatkan oleh minimnya anggaran untuk pendidikan dan riset. Bahkan banyak negara Islam yang kaya lebih mementingkan anggaran belanja untuk pertahanan dibandingkan untuk riset dan pendidikan.

Kondisi inilah yang mengharuskan berbagai lembaga keagamaan Islam yang ada untuk mulai menyadari akan pentingnya lembaga pendidikan untuk menaikkan tingkat pendidikan di kalangan umat Islam. Kenapa harus lembaga Islam? Sebab bagaimanapun masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim masih mempunyai loyalitas yang kuat terhadap kelompok keagamaan dimana mereka bergabung. Mereka merasa terpanggil dan terlibat ketika lembaga keagamaan mereka atau organisasi massa mereka membuat amal usaha termasuk disana adalah lembaga pendidikan.

Memang kita telah mengetahui bahwa sudah banyak ormas Islam yang telah mendirikan lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah, maupun pesantren tetapi keberadaannya belum merata di seluruh pelosok tanah air dan juga kualitasnya masih berorientasi apa adanya. Sudah waktunya ormas Islam menggerakkan anggotanya untuk lebih meningkatkan partisipasinya dalam pendidikan umat sehingga mencapai hasil yang maksimal. Sumber dana masyarakat jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber dana di pemerintah, sebab dana pemerintah pun sebenarnya banyak yang berasal dari dana masyarakat yang dikumpulkan melalui pajak dan retribusi.

Jadi, kalau saya membayangkan ketika mayoritas umat Islam telah mengalami pendidikan yang tinggi, maka akan terjadi keadaan umat Islam yang aqiedahnya kuat dan ilmu pengetahuannya luas dan dalam itulah yang akan melahirkan khoeru ummah yang disebutkan oleh Allah dalam

Umat Islam memiliki jumlah pengikut terbanyak di Indonesia. Sekitar sembilan puluh persen, ia merupakan bagian yang paling dominan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bersama-sama dengan umat beragama lain mereka hidup berdampingan dan bergaul.

Mengadakan kontak sosial di antara mereka, berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Dalam proses interaksi tersebut terjadi saling mepengaruhi dan saling bersaing serta berkompetisi satu sama lainnya.

Dalam persaingan tersebut termasuk di dalamnya persaingan dalam menguasai peranan penting di masa depan. Siapapun yang mampu mempersiapkan masa depan dengan baik dan cermat maka ia yang akan menguasai kehidupan masa depan itu, karena ia dengan seksama telah mempersiapkan kader-kader terbaik mereka yang akan berperan dalam kehidupan yang akan datang. Begitu pula sebaliknya siapapun yang mengabaikan masa depan, maka ia akan terpinggirkan dan tidak akan mengambil peran dalam posisi penting di masa yang akan datang.

0 Comment