18 Desember 2022

 

HAKIKAT TUJUAN DAKWAH

        A.      Pendahuluan

Salah satu kekeliruan banyak orang dalam memahami Islam sebagai agama adalah bahwa islam dari awal telah berjalan dengan baik dan berkembang dengan pesat berbagai penjuru dunia, namun pad sisi lain , masih ditemukan ketidak samaan visi dan persepsi umat islamitu dalam memperjuangkan masa depannya. Ketidak samaan visi tersebut sekaligus membawa kepada sikap skeptis, yaitu merasa ragu dan curiga kepada kebenaran hakiki yang terkandung dalam ajarannya.

Antisipasi terhadap kemungkinan adanya sikap skeptis terhadp ajaran islam dan mengetahui arah tujuan dakwah islam serta menjawab berbagai persolan yang muncul dalamislam  , diperlukan adanya  pemikiran yang mendalam dan kembali kepada prinsip-prinsip dakwah yang tertinggal selama ini. Maka pada makalah ini akan dibahas tentang Hakikat Tujuan Dakwah, Meliputi : Filsafat Tujuan , Fungsi Tujuan, Tahap-Tahap Dalam Mendapai Tujuan 

B.      Hakikat Tujuan Dakwah, meliputi : Filsafat Tujuan, Fungsi Tujuan, Tahap-tahap Dalam  Mencapai Tujuan

  1. Tujuan Dakwah dan Filsafat tujuan


Tujuan dakwah sebagai komunikasi adalah memberi informasi tentang agama islam. Tujuian ini bukanlah tujuan final. Perkembangan antar tabligh dan dakwah tidaklah berakhir dengan wafatnya nabi saw. Tabligh dan dakwah itu berlansung terus selama masih berdiri langit dan bumi, untuk menyampaikan informasi mengenai agama islam, agar semua orang memperoleh pengetahuan tentang agama islam dan mengerti tentang islam. Sebagai bukti mengerti tidaknya umat ini dengan islam adalah akan terlihat mereka melakukan kebaikan dan itu sekaligus juga akan mengimbas kepada keluarga dan masyarakat. Untuk hal ini diperlukan dakwah yang tidak ada henti-hentinya. Hal ini dilakukan oleh para ulama dan ilmuan sesuai dengan kemampuaanya. Inilah tujuan pada tahap kewajiban menyampaikan.[1]

Adapun tujuan final dari dakwah itu untuk mencapai keselamatan dan kesentosaan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti. Maksudnya ialah memperoleh kebahagian di dalam kehidupan ini dan kehidupan lain dalam dunia yang kekal dan abadi, sesudah kehidupan di dunia ini.

Tujuan dakwah tidak ini identik dengan tujuan ilmu dakwah. Bilamana tujuan dakwah untuk menyampaikan informasi tentang agama islam dan memperkenalkannya kepada semua umat manusia. Maka ilmu dakwah bertujuan melihat alternatif-alternatif yang lebih berdaya guna dalam menyebarkan informasi tersebut. Ilmu berguna untuk mengetahui dan menyediakan jalan, cara-cara untuk pelaksanan alternatif itu. Dengan kata lain ilmu dakwah mempersoalkan metode dan sitem terlibat dalam penelitian tentang proses dakwah serta dalam hal penerapannya dalam kehidupan manusia[2].

Menurut Syaikh Hasan Al-Banna bahwa tujuan dakwah dibagi kepada dua : pertama tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.[3] 

a.    Tujuan jangka Pendek: partisipasi dalam pengabdian masyarakat dan pelayan sosial. pertama. Perbaikan individu : memperbaiki dirinya sendiri hinga menjadi orang yang kuat fisiknya, kukuh akhlanya, luas wawasannya, mampu berusaha , selamat akidahnya, benar ibadahnya , berjihad melawan dirinya sendiri, disiplin dengan waktunya , teratur dalamurusannya,dan bermanfaat bagi orang lain. Kedua. Membangun keluarga: pembentukan keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan anggota keluarganya agar menghormati fikrahnya, menjaga etika islam dalamsetiap aktivitas kehidupan rumah tangganya, memilih istri yang baik dan menjelaskan kepadanya hak dan kewajibannya, mendidik anak-anak dan pembantunya dengan didikan yang baik, serta membimbing mereka dengan prinsp-prinsipislam, juga merupakan kewajiban masing-masing kita secara pribadi., ketiga : membimbing Masyarakat : membimbing masyarakat dengan menyebarkan dakwah, memerangi sifat-sifat tercela kemungkaran , mendorong sifat-sifat utama , amar ma’ruf, bersegera mengerjakankebaikan , mengiring opini umum kepada fikrah islamiyah , dan selalu mewarnai praktek kehidupan dengannya, adalah kewajiban yang harus ditunaikan olh setiap kita sebagai pribadi , merupakan kewajiban jamaah sebagai lembaga aktif[4].

b.    Tujuan Jangka Panjang: Reformasi dan perubahan total. Adapun tujuan pokok daripada dakwah itu sendiri yang dikehendaki dan diperjuangkan perwujudannya adalah perubahan secara total dan integral , yang unsur kekuatan seluruh umatnya bahu-membahu, memberikan perhatian berusaha melakukan perombakan di berbagai sektor kehidupan secara total berusaha program ini didukung oleh para penguasa . agar negara islam hidup kembali , agar hukumnya tegak kembali , agar berdiri pemerintahan Islam yang didukung sepenuhnya oleh umat islam, yang diatur kehidupannya oleh syariat islam yang Allah perintahkan kepada Nabi-Nya untuk diwujudkan Allah swt berfirman:

kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui(Al-Jatsiyah : 18).

a.    Perbaikan pemerintahan dan penegakkan daulah di atas prinsip Islam memperbaiki keadaan pemerintah sehingga menjadi pemerintah islam yang sesungguhnya, dengan memainkan perannya sebagai pelayan umat dan pekerja demi kemaslahatan mereka.bagaimana pemerintah islamitu ? menurut ustad Hasan Al-Banna terdiri dari kaum muslimin yang menunaikan kewajiban-kewajiban islam, tidak terang-terangan berbuat maksiat dan konsisten menerapkan hukum serta ajarn islam.

b.    Mengembalikan Kekhalifaan (penyatuan Umat Islam): umat islam berkeyakinan bahwa khilafah adalah simbol kesatuan islam dan fenomena ikatan antar bangsa Muslim. Ia merupakan identitas islam yang kaum muslimin harus memikirkannya dan menaruh perhatian untuk merealisasikannya.

c.     Perwujudan Kepemimpinan: untuk mewujudkan tujuan ini perlunya membebaskan umat. Akan tetapi ingatlah selalu bahwa disana ada dua tujuan pokok yakni agar negara Muslim terbebas dari setiap penjajahan asing dan di negeri yang bebas ini tegak sebuah pemerintahan islam yang merdeka.

d.    Proklamasi Kepemimpinan Dunia.: tentang penyebaran cahaya Islam dan petunjuknya bagi manusia kepada kabajikan dan kebenaran. Dan penegakkan kepemimpinan dunia dengan penyebaran dakwah islam di seluruh negeri[5] sehingga Allah swt berfirman :

Sehingga tidak ada fitnah lagi dan agama itu hanya untuk Allah belaka (Al-Baqarah : 193)

Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya (At-Taubah :32) 

2.       Filsafat Tujuan

Tujuan filsafat Dakwah adalah dapat memberikan pemahaman yang bersifat universal tentang suatu unit ajaran islam secara mendalam, mendasar dan radikal sampai keakar-akarnya, sehingga akhirnya dapat membawa kepada kebenaran yang hakiki.

Kebenaran hakiki tersebut terimplementasi dalam sikap kesehariannya sebagai seorang Islam. Lebih jauh bertujuan memberikan kepuasan bagi seseorang yang sekaligus dapat membawa seseorang kepada kebahagian jiwa yang amat berharga. Juga mengantarkan sesorang sampai kepada kepercayaan keagamaan benar yang , yang kalau sebelumnya hanya diterima secara dogmatis dan obsolut, maka pada akhirnya bukan hanya mitologis semata, tetapi juga diterima melalui kerangka fikiran yang rasional dan juga akan memberi arti penting dalam menyadari otoritas dirinya sebagai makhluk yang berdimensi dalam memahami diri dan miliknya.[6]

Pendapat lain juga mengatakan  filsafat tujuan dari dakwah itu untuk mengajar seluruh kemanusiaan kepada sistem islam, membimbing kepada cara hidup Islam , kepada ajaran yang baik, karena tanpa Islam manusia tidak mungkin mendapatkan kebahagian. Tugasi ini bukan tugas juz’iyah, bukan tugas sampingan dan bukan sebahagia-sebahagian, bukan hanya untuk mencapai tujuan-tujuan terbatas dalam aspek politik, sosial, dan ekonomi saja, bukan saja terbatas pada daerah, bangsa tertentu, akan tetapi tugas ini merupakan meliputi segenap sisi kehidupan demi kebaikan seluruh manusia sejagat yang paling sempurna dan bermanfaat. Bukankah Rasululah saw. Diutus untuk membawa rahmat ke seluruh alam[7] 

3.       Fungsi Tujuan

Merupakan satu kesatuan antara yang satu dengan yang saling membutuhkan/terkait dan merupakan komponen dakwah . Sebagaiman kalau kita lihat fungsi tujuan dalam proses dakwah merupakan faktor yang paling penting dan sentral dimana tujuan itulah dilandaskan segenap tindakan dalam rangka usaha kerja sama, tujuan adalah merupakan landasan utama , bahkan sesuatu yang senantiasa memberikan inspirasi dan motivasi yang memyebabkan mereka bersedia melakukan tugas-tugas yang diserahkan kepada mereka, begitu pula dalam tindakan-tindakan kontrol dan evaluasi, pendek kata adalah kompas pedoman yang tidak boleh diabaikan dalam proses penyelenggaraan dakwah.

Prosesing dakwah untuk mencapai dan mewujudkan tujuan utama, sebagaimana telah disampaikan sebelumnya yang mencakup aktivitas yang sangat luas. Segenap segi atau bidang kehidupan tidak ada satupun yang terlepas dari aktivitas dakwah , agar aktivitas/kegiatan dakwah dalam segala segi kehidupan itu dapat dilakukan secara efektif perlulah ditetapkan dan dirumuskan nilai-nilai atau hasil-hasil yang harus dicapai oleh aktivitas dakwah pada masing-masing segi atau bidang itu. Inilah yang disebut sebagai fungsi tujuan[8]  

4.       Tahapan-tahapan Dakwah

Setiap dakwah harus melalui tiga tahap (marhalah), yaitu :

  1. Tahap penerangan (ta’rif) atau tahap propaganda, memperkenalkan, menggambarkan ide (fikrah) dan menyampaikannya kepada khalayak ramai dan setiap lapisan masyarakat .
  2. Tahap pembinaan dan pembentukan (Takwin) yaitu tahap pembentukan, memilih pendukung, menyiapkan pasukan, mujahid dan mujahidah dakwah serta mendidiknya. Mereka dipilih dari orang-orang yang telah menyambut seruan dakwah.
  3. Tahap pelaksanaan (tanfidz) yaitu tahap beramal, berusaha dan bergerak mencapai tujuan [9]

Ketiga tahapan tersebut selalu bergandengan dan harus disesuaikan satu sama lainnya, karena kekuatan dan kesatuan dakwah bergantung pada kekompakn seluruh tahap tersebut. Oleh karena itu para pendukung dakwah dalammelancarkan dakwahnya harus memilikh dan membentuk anggota dakwah, dan dalam waktu yang sama dia bergerak melaksanakan apa yang dapat dilaksanakan.

Tahapan ini tidak akan terwujud dengan sempurna, kecuali harus mlalui sususnan yang tgertib. Sebab suatu pembentukan misalnya tidak akan berjalan secara sempurna tanpa lebih dahulu malalui tahapan pengenalan dan pemahaman yang baik dan benar. Begitu juga suatu pelaksanan tidak mungkin lengkap dan sempurna tanpa melalui prosestahao pembentukan (pembinaan) dasar pendidikan yang sempurna pula.  

  1. Pengenalan (At-Ta’rif)/ penerangan/ penyebaran ide

Tahap pengenalan ini sangat mendasar , sebab merupakan langkah awal dalam perjalanan dakwah. Setiap kesalahan atau penyimpangan yang terjadi dalam peringkat pengenalan dan pemahaman ini akan membawa akibat buruk dan menjadikan perjalanan dakwah terpeleset jauh dan garis edarnya. Allah berfirman dalamsurat Al-An’am : 153 artinya:

“Ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jaln itu mencerai-beraikan kamu dari jaln-Nya yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa” (Qs Al-An’am : 153) .

Pada masa Rasulullah saw. Islam telah disempurnakan perkembangan dan penyampaiannya menurut bentuknya yang baik dan benar, bersih dari segala campuran, kekurangan dan penyelewengan. Jibril membawa turun wahyu Allah kepada umat manusia dengan amanah danbenar. Akhirnya islammenjadi sempurna dalambentuk orisinal dan suci.

Walau islam dalam sejarahnya terus menerus dihadapkan kepada berbagai tantangan, tipu daya dan gangguan yang mencoba membutruhkan, menghapuskan dan mencerai-beraikannya dari satu bagian ke bagian yang lain yang dilakukan oleh musuh-musuh islam, atau berupa penyelewengan-penyelewengan dari para ekstrimis-ektrimis dari kalangan kaum mmuslimin sendiri. Namun Allah tetap memelihat kitab (Al-quran) dan menjaminnya dengan pasti. Disamping itu banyak sekali ulama-ulama yang menulis mengumpulkan hadis-hadis Rasulullah saw. Yang menulis dan menepisnya dari segala macam pemalsuan. Maka Ta’rif yang merupakan salah satu tahapan dakwah yang menjadi sasaran adalah Totalitas dakwah dan menjadi seorang Dai yang  berpegang pada uslub dakwah. 

  1. Totalitas Dakwah

Ketika menyampaikan Dakwah dan peringatan, kita harus mengemukakan keuniversalan islam dengan lengkap, utuh, total dan menyeluruh tanpa memisah-misahkan antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau menghapuskan satu bagian dari keseluruhannya, sebab islama dalah penutup segala agama.

Islam adalah agama yang istimewa, universal, lengkap, sempurna dan mencakup seluruh persoalan hidup manusia duniawi dan ukhrawi dalam keselarasan dan keharmonisan yang unik. 

  1. Da’i dan uslub Dakwah

Untuk mewujudkan cita-cita dalam memperkenalkan dan mengembangkan dakwah, seorang dai harus memiliki sifat-sifat asasi dan ia harus berpegang pada uslub atau cara yang benar dan baik dalam melaksanakan dakwahnya.

Diantara sifat utama dan asasi bagi seseorang pendakwah ialah harus menjadi contoh, teladan dan model yang baik bagi islam yang didakwahkannya. Dia harus melaksanakan semua rukun islam, mengikuti sunnah dan cara hidup Rasulullah saw, menjahui segala macam subhat dan yang meragukan, menjahui segala yang haram, senantiasa mengingat Allah dalam suatu persoalan kecil atau besar. Dalam rumah tangganya, semua anggota keluarganya harus turut komitmen dengan seluruh ajaran islam dan menjaga serta melaksanankan ajaran islam dan tatakaramnya.

Dan  salah satu faktot terpenting didalam dakwah adalah keikhlasan dan kebulatan tekad seseorang dai semata-mata karena Allah dan dakwah Allah, seorang muslim yang bergerak di bidang dakwah harus mempunyai bacaan luas, mengikuti segala macam peristiwa dan pergolakan yang terjadi, mmengikuti perkembangan kondisi dan situasi, dan mengetahui berbagai aliran dan ideolagi modern. Dan juga seorang dai harus memahami tingkat dan kedudukan mad’u (orang yang diseru) berbicara dengan mereka sesuai dengan tingkat kecerdasannya, karena dengan itu akan memudahkan mereka untuk menyambut apa yang diserukannya dan mereka tidak bosan mendengar ucapan seorang da’i

  1. Tahap (Takwin) Pembentukan dan Pembinaan

Tahap penerangan dan proganda atau tahap perkenalan ide, jika tidak diiringi dengan tahap pembentukan dan pembinaan (takwin) atau pemilihan pendukung dan pembela seperti gologan Ansar dan Hawariyun, dan mempersiapkan pasukan atau laskar serta mengatur taktik barisan dari kalangan orang-orang yang diseru (mad’u), kemungkinan akan menjadikan segala usaha yang telah dikorbankan pada tahap penerangan dan pengenalan ide dakwah akan menjadi sia-sia, bahkan akan hilang tanpa bekas.

Banyak dikalangan kaum muslimin yang diseru sekarang ini akan dilahirkan dan dibesarkan dalam suatu masyarakat yang jauh dari jiwa Islam, menjadikan suatu masyarakat yang akan dikuasi oleh adt istiadat dan tradisi yang telah hancur , yang telah meresap dan bersatu dalam diri dan kehidupan mereka. Jadi bagi seorang da’I yang menyeru manusia kejalanAllah, memanggil manusia untuk hidup secara islami, harus memperhatikan dengan serius dan bereusaha sunguh-sunguh dalam membersihkan diri mereka dari segala tradisi Islam yang suci, akhlak Islam dan membentuk hidup manusia menurut karakter Islam , serta mengembalikan kehidupan mereka menurut cara-cara kehidupan yang islami.

a.        Individu Muslim yang dikehendaki

Umat islam dewasa ini jumlahnya banyak, tetapi kualitasnya sangat rendah dibanding dengan kulitas umat Islam generasi pertama di zaman Rasulullah saw. Umat Islam dewasa ini tidak mampu mengubah bentuk dan suasana yang telah rusak. Oleh karena itu mereka tidak mampu membangun dan mendirikan daulah Islamiyah. Kualitas manusia muslim sekarang tidak mampu menghapus kebathilan dan mewujudkan kebenaran melainkan dengan pertolongan Allah swt.sebagaimana dalam surat Ar-Ra’du: 17:

“Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi ) yang benar dan yang bathil. Ada pun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya ada pun yang memberi manfaat kepada manusia maka ia tetap di bumi demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan” (Qs. Ar-Ra’du 17).

Mempersiapkan seorang kader yang ideal dalam mutu, kualitas dan penampilannya memrlukan usaha-usaha yang serius, tekun dan kontiniu, penuh kesabaran dan ketabahan yang utuh. Umat Islam demikianlah yang sangup dan mampu membangun rumah tangga. Oleh karena itu Imam Syahid Hasan Al-Banna telah memberiakan perhatian sewajarnya kepada individu muslim dan berusaha mempersiapkannya. Langkah-langkah ini jelas mengikuti sunnah Rasulullah saw. Yang telah mempersiapkan angkatan mukmin pertama yang dikader dalam madrasah Rasullullah saw. Sebagai cikal bakal angkatan mukmin yang dapat membangun Daulah Islamiyah yang kuat, teguh dan agung.

b.      Ciri utama seorang Da’i

Seorang da’i  harus memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap agamanya, pemahamanya yang menyeluruh, lengkap dan orisinil terhadap kitabullah dan sunnahturrasul. Dan ia harus memiliki keikhlasan yang besar untuk menjadi laskar dakwah, aqidah dan ideologi, bukan laskar yang mengejar keuntungan dan tujuan dari materi semata-mata, dan bukan pula angkatan yang semata-mata mengejar kepentingan diri sendiri. Ia akan mengutamakan kerja dari pada berbicara. Apa yang dikatakannya itulah yang ia kerjakan setelah lebih dahulu mengenal secara pasti jalannya dan mengikhlaskan niatnya karena Allah semata-mata.

c.       Perkataan, perbuatan dan amal

Ada pula orang yang hanya berbicara, tetapi ia bukan seorang pekerja, dan pemimpin kerja, bukanpula sebagai seorang dai, dan seorang dai saja bukan berarti  ia sebagai dai yang bijaksana serta mampu menelurkan kemenangan dengan pengorbanan sedikit.

Ini sesuai apa yang dikatakan dan dijelaskan oleh Imam syahid Hasan Al-Banna : “sesungguhnya banyak orang yang mampu berkata, tetapi sedikit dari mereka yang mampu bertahan dalam beramal dan bekerja. Banyak pula dari sedikit itu yang mampu bertahan pada waktu beramal, tetapi sedikit dianatara mereka yang mampu memikul beban dakwah yang berat dan sukar. Para dai inilah meruapakan angkatan pilihan yang sedikit jumlahnya, tetapi menjadi pembela dan menjadi ansarullah.

c.       Tahap Pelaksanaan (tanfidz)

Pada tahap ini seorang kader dakwah sudah mampu melakswanakan dan mengamalkan nilai-nilai islam secara total. Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad, tanpa kenal sikap plin-plan, kerja terus-menerus untuk mengapai tujuan akhir, dan kesiapan dalam menanggung cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali orang-orang yang  tulus.[10] Menurut Syaikh Hasan al-Banna menyebutkan bahwa dakwah ini terdiri dari bebrapa tahap, yakni : ta’rif, Takwin, dan tanfidz. Dengan inilah kita mengantarkan umat islamdari satu tahap ke tahapan lain dari satu kondisi ke kondisi lain, sehingga dapat mengantarkan mereka ke tujuan.

Baca Juga;//..................................

👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉

 

DAFTAR KEPUSTAKAAN

 

Hamid, Al-Ghazali Abdul, Merentas Jalan Kebangkitan islam, Solo: Intermedia, 2001

Hasnawirda, Ilmu Dakwah, Padang: IAIN Imam Bonjol Press, 1999

Hawwa, Sa’id, membina Angkatan Mujahid, Jakarta: Intermedia, 1999

Masyhur, Syaikh Mushthafa, Fiqh Dakwah, Jakarta: Al-Itishom Cahaya Umat, 2005

Salmadanis, Filsafat Dakwah, Jakarta: Surau, 2003

Team Dosen Fak Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, Capita Selekta Ilmu Dakwah I Jakarta: Kartika Insan Lestari,  2003



                [1] Team Dosen Fak Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, Capita Selekta Ilmu Dakwah I (Jakarta: Kartika Insan Lestari,  2003) h. 119.

                [2] Salmadanis, Filsafat Dakwah, (Jakarta: Surau, 2003), h. 33

                [3] Abdul Hamid Al-Ghazali, Merentas Jalan Kebangkitan Islam, (Solo: Intermedia,  2001), h.146-150

                [4] Ibid, h. 146-147

                [5] Ibid, h. 147-150

                [6] Ibid- h, 34

                [7] Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqh Dakwah, (Jakarta: Al-Itishom Cahaya Umat, 2005), h. 6

                [8] Hasnawirda, Ilmu Dakwah, (Padang: IAIN Imam Bonjol Press, 1999), h. 112

[9] Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqh Dakwah (Jakarta: Al-Itishom Cahaya Umat, 2005), h. 13-14

                [10]  Sa’id Hawwa, Membina Angkatan Mujahid, (Jakarta: Intermedia, 1999), h. 111

0 Comment