08 Januari 2023

 JADAL AL-QUR’AN

 

     A.    Pengertian Jadal Al-Qur’an

Jadal dan Jidal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan.[1] Manna’ Khattan berpendapat bahwa al jadal artinya musyawarah atau perundingan dengan cara berselisih dan bertikai untuk memaksa lawan.[2]


Dari definisi di atas jelas bahwa jadal al Qur’an berarti perdebatan al Qur’an dengan menampilkan dalil-dalil argumentasi yang benar atau kokoh kepada lawan-lawannya agar mereka tunduk dan mau mengakui pendapat al Qur’an karena pendapat al Qur’an lah yang benar.[3]


Allah menjelaskan dalam al Qur'an bahwa jadal merupakan bagian dari tabiat manusia.


“Dan manusia adalah makhluk yangb paling banyak mendebat” (Q.S Al Kahfi: 54)


Al Qur’an al Karim dalam berdebat dengan penentangnya banyak mengggunakan dalil dan bukti kuat serta jelas dan dapat dimengerti kalangan awam dan akademisi.[4] Rasulullah juga diperintahkan agar berdebat dengan kaum musyrik dengan cara yang baik yang dapat meredakan keberingasan mereka. Firman Allah dalam surat an Nahl ayat 125


“Serulah manusia ke jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik.” (Q.S. An Nahl 125).

Di samping itu Allah memperbolehkan juga ber-Munazharah[5] dengan ahli kitab dengan cara yang baik.


“Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab melainkan dengan cara yang paling baik” (Q.S. Al Ankabut: 46)


Itulah metode jadal al Qur’an dalam memberi petunjuk kepada orang-orang kafir dan mengalahkan para penentang al Qur’an. Ini berbeda dengan perdebatan orang yang memperturutkan hawa nafsu, dimana perdebatannya hanya merupakan persaingan yang bathil.[6] Seperti firman Allah dalam al Qur’an:

“Tetapi orang-orang kafir membantah dengan yang bathil..” (Q. S. Al Kahfi:56)

 

B.     Macam-macam Jadal Al-Qur’an


Perdebatan Al Qur’an ada beberapa macam, yaitu:

1.      Ayat-ayat kauniah berkaitan dengan perintah untuk melakukan perhatian dan memikirkan untuk dijadikan dalil terhadap penetapan dasar-dasar akidah, seperti ketauhidan Allah dalam uluhiyah-Nya dan keimanan terhadap malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul-Nya dan hari kiamat.[7] Contohnya terdapat dalam al Qur’an surat al Baqarah ayat 21-22,


“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”. (Q S. 2: 21-22). 

2.      Membantah pendapatan para penantang dan lawan,serta mematahkan argumentasi mereka perdebatan macam ini mempunyai beberapa bentuk ;

1.)    Membuangkan lawan bicara dengan mengajukan pertanyan tentang hal-hal yang telah diakui dan diterima baik oleh akal ,agar ia mengakui apa yang tadinya diingkari ,seperti penggunaan dalil dengan makhluk untuk menetapakan adanya Khalil seperti  firman Allah:

 Apakah mereka telah menciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)? Ataukah disisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa? Ataukah mereka mempunyai tangga(kelangit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal gaib)? Maka hendaklah orang yang mendengarkan diantara mereka mendatangkan suatu keterangan yang nyata. Ataukah untuk Allah anak-anak  perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki? Ataukah kamu meminta upah kepada mereka sehigga mereka dibebani dengan hutang? Apakah ada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya? Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya. Ataukah mereka mempunyai Tuhan selain Allah Maha Allah dari apa yang mereka persekutukan?.(al-Thur; 35-43) 

2). Mengambil dalil dengan mabda’ (asal mula kejadian) untuk menciptakan ma’ad (hari kebangkitan),seperti Firman-Nya dalam surat Qaaf ayat 15:

Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang pencitaan yang baru.

3). Membatalkan pendapatan lawan dan membuktikan (kebenaran) kebalikannya,seperti yang tersurat dalam surat al-An’am ayat 91;

Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya ,dikala mereka berkata “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia “. Katakanlah siapakah yang menurunkan kitab (Taurut) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai,kamu perlihahatkan (sebahagiannya)dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya,padahal telah diajarkan kepada apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(Nya)? “ Katakanlah Allah lah (yang menurunkannya) “kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Qur’an kepada mereka ),biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.

Ayat ini merupakan bantahan kapada pendirian orang Yahudi,sebagaimana diceritakan Allah dalam Firman –Nya diatas bahwa mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya ,dikala mereka berkata “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia.

4). Menghimpun dan merinci beberapa sifat dan menerangkan bahwa sifat-sifat  tersebut ‘illah atau alasan hukum, seperti dalam firman-Nya surat al-An am ayat 143-144:

(adalah) delapan binatang yang berpasangan ,sepasangan  domba ,sepasang kambing . katakalah “ apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina,ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? “ Terngkanlah kepadaku dengan berdasarkan pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar .144. Dan sepanjang dari unta dan sepasang dari lembu . katakanlah apakah dua kandungan dua betinanya?Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapakan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-baut  dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim

5)  Membungkam lawan dan mematahkan hujjahnya dan menjelaskan bahwa pendapatan uang dikemikakannya itu menimbulkan suatu pendapatan yang tidak diakui oleh siapa  pun,seperti firman-Nya dalam surat al-An’am ayat 100-101;

 Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu  bagi Allah,padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu dan mereka membohong (dengan mengatakan) Bahwasannya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan . Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta Langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu .

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah tidak mempunyai anak,hal ini karna proses kelahiran anak tidak mungkin terjadi dari sasuatu yang satu. Proses tersebut hanya bisa terjadi dari kaum dua pribadi. Padahal Allah tidak mempunyai istri. Di samping itu dia menciptakan segala sesuatu dan penciptanya sagala sesuatu ini sungguh kontradiktif bila dia dinyatakan melahirkan sesuatu.

 

C.     Faedah Jadal Al-Qur’an Dalam Penyampaian Pesan Dakwah

1.      Memperkuat keyakinan orang-orang yang telah beriman kepada Allah dengan adanya argumentasi dan bukti-bukti yang diberikan Al-Qur’an tentang keesaan Allah swt. Maka hal ini bagi orang yang beriman akan menambah kekokohan iman mereka;

2.      Untuk menampakkan hak (kebenaran sejati) dan menegakkan hujjah atas keshahihannya;

3.      Jadal yang diberikan al_qur’an diharapkan bias memberikan petunjuk kepada orang-orang kafir atau kepada orang-orang yang selalu menentang kebenaran Al-Qur’an;

Dari metode yang digunakan Al-Qur’an dapat memberikan pelajaran bagi ahli kalam atau mantiq agar tidak menngunakan metode rumit dan kabur dalam menjelaskan sesuatu karena orang yang cenderung menggunakan argumentasi yang pelik dan rumit itu sebenarnya ia tidak dapat menegakkan hujjah dengan kalam yang agung.[8]

Baca Juga;/........

👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉



[1] Manna’ al-Qathan, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’an, (terjemahan) (Beirut: Mansyurat Al-Ashr Al-Hadist, t.th), h. 376

[2] Hasan Zaini dan Radiatul Hasnah,’Ulum Al-Qur’an,(Batusangkar:STAIN Batu Sangkar Press, 2010),h. 223

[3] Ibid

[4] Manna’ al-Khatthan,Op Cit, h. 377

[5] Munazharah bertujuan untuk menampakkan dan membuktikan kebenaran sejati dan membangun hujjah

[6] Ibid, h. 377

[7] Hasan Zaini dan Radiatul Hasnah, Op. Cit. h 225

[8] Ibid, h. 234

0 Comment