I’JAZUL QURAN
A.
Pengertian I’jaz Al-Qur’an
Kata I’jaz terambil dari bahasa arab,
berasal dari kata اعجز yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak
mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai
mu’jiz (معجز) dan Tambahan (ة) pada akhir kata معجزة
mengandung makna mubalaghah [superlatif]. Dengan demikian kata mukjizat
itu berarti kemampuan untuk melemahkan yang di miliki sesuatu itu sangat tinggi
karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki -Nyal [M. Quraish
Shihab, 2001;23; Abu Zahra al-Najib, 1991;17].[1]
Kata Mukjizat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai “kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan
akal manusia”. Pengertian itu tidak sama dengan pengertian kata tersebut dalam
istilah agama Islam.[2]
Secara Istilah Manna al-Qathan menjelaskan[3]
اْظهارصد ق النبي في
دعوي الرسا لة با ظها ر عجز العرب عن معا رضته في معجزته الخا لدة وهي القران و
عجزالا جيال بعدهم
Artinya : Memperlihatkan kebenaran nabi
dalam pengakuannya kerasulannya dengan cara membuktikan kelemahan orang arab
dan generasi sesudahnya untuk menandingi kemukjizatan Al-Qur’an.
Dari pengertian di diatas dapat dipahami
bahwa bangsa arab dahulu meragukan Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada nabi
Muhammad SAW sehingga orang-orang kafir berusaha menandingi Al-Qur’an dengan
membuat seperti Al-Qur’an walaupun satu
ayat. Ternyata penyair yang terkenal
sekalipun tidak bisa menandingi kemukjizatan Al-Qur’an. Allah memberikan
kemukjizatan kepada para nabi dan rosul.
Kelemahan bukan berarti bahwa Al-Qur’an
memiliki suatu kekuatan sehingga orang yang ingin menandinginya kehilangan
kekuatan atau kemampuan. Maksudnya, Al-Qur’an membuat orang kafir menyadari
ketidaksanggupan mereka untuk menandingi Al-Qur’an[4].
Karena itu, Al-Qur’an benar-benar ijaz (melemahkan manusia) tidak ada seorang
pun yang mampu menandinginya dan Al-Qur’an merupakan mukjizat yang abadi.
Keutamaan mukjizat Al-Qur’an bukan hanya ditunjukan kepada bangsa arab
melainkan diperuntukkan kepada seluruh manusia
B.
Macam-macam Mukjizat
Mukjizat ada dua macam yaitu bersifat indrawi dan rasional
1. Mukjizat bersifat indrawi merupakan mukjizat yang
dapat ditangkap indra manusia, bisa dirasakan, bisa dilihat mata,bisa didengar
telinga bebrbagai mukjizat yang dibawa nabi terdahulu dan yang disebutkan
didalam Al-Qur’an, seperti tongkat nabi Musa, nabi Sulaiman yang bisa mengerti
bahasa burung dan segala hewan, nabi Isa yang bisa menyembuhkan orang buta dan
menghidupkan orang mati dengan seizin Allah.[5]
Dimaksudkan untuk
membuat pandangan mata terpana dan membuat kepala tertunduk, karena mereka kagum
melihat hal-hal material yang diluar kebiasaan dan mukjizat bersifat indrawi
ini berhenti seiring dengan berhentinya waktu kejadiannya.
2.
Mukjizat bersifat rasional memiliki unsur sastra dan
akal, yaitu mukjizat yang hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang mau
menggunakan akalnya (M. Quraish Shihab, 2001:36).[6]
Al-Qur’an merupakan
mukjizat paling besar yang hanya diberikan kepada nabi Muhammad SAW. Mukjizat
ini terus berlangsung menurut apa yang dikehendaki Allah. Mengingat nabi
Muhammad SAW merupakan penutup semua risalah, maka Allah menguatkannya dengan
mukjizat yaitu Al-Qur’an yang kekal dan bersifat universal.
C.
Segi-segi kemukjitan Al-Qur’an
Dimaksud segi-segi ijaz Al-Qur’an ialah
hal-hal yang ada pada Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah
benar-benar wahyu Allah.
Menurut Quraish Shihab segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an,yaitu
1.
Segi Kebahasaan
1)
Susunan kata dan kalimat Al-Qur’an
Susunan kata yang indah dan ketelitian
redaksi Al-Qur’an membuktikan tidak ada
yang mampu menandingi keindahan bahasanya, dari sini kita dapat mengatakan
bahwa keunikan Al-Qur’an dari segi bahasa merupakan kemukjizatan utama yang
ditunjukkan kepada masyarakat arab dan bahkan dapat melemahkan manusia yang
mendengarkannya sehingga banyak orang yang masuk islam setelah mendengar bacaan
Al-Qur’an.
Beberapa hal yang berkaitan dengan susunan
kata dan kalimatnya, antara lain, menyangkut:
a.
Nada dan langgamnya[7]
Jika kita mendengar ayat-ayat Al-Qur’an di
bacakan maka hal pertama yang akan terasa di telingga kita adalah nada dan
langgamnya. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata–kata yang dipilih
melahirkan keserasiaan bunyi dan kemudian kumpulan kata-kata itu melahirkan
pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya.
Bacalah Surah An-Naziat (79): 1-14
وَالنَّازِعَاتِ
غَرْقًا (1)
وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا
(2) وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا
(3) فَالسَّابِقاتِ سَبْقًا
(4)
فَالْمُدَبِّرَاتِ
أَمْرًا (5). (النازعات : 1-5)
Kemudian begitu pendengaran mulai terbiasa
dengan nada dan langam ini, Al-Qur’an mengubah nada dan langgamnya.
Dengarkanlah lanjutan ayat tersebut
يَوْمَ
تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ
(6) تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ
(7) قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ
وَاجِفَةٌ (8) أَبْصَارُهَا
خَاشِعَةٌ (9) يَقُولُونَ
أَئِنَّا لَمَرْدُودُونَ
فِي الْحَافِرَةِ
(10) أَئِذَا كُنَّا
عِظَامًا نَّخِرَةً
(11) قَالُوا تِلْكَ
إِذًا كَرَّةٌ
خَاسِرَةٌ (12) فَإِنَّمَاِهيَ
زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ
(13) فَإِذَا هُم
بِالسَّاهِرَةِ (14). (النازعات :6-14)
Setelah itu dilanjutkannya dengan mengubah
nada dan langgamnya hingga surah itu berakhir.
b.
Singkat dan padat
Al-Qur’an memiliki keistimewaan bahwa kata
dan kalimatnya yang singkat tetapi sarat makna
c. Mudah
memahami ayat Al-Qur’an dan di ambil pelajarannya
d.
Memuaskan Akal dan jiwa
Manusia memiliki daya pikir untuk memberikan
argumentasi guna mendukung pandangannya, sedangkan daya kalbu mengantarkannya
untuk mengekspresikan keindahan dan mengembangkan imajinasi.
Contoh: bagaimana perintah berbuat baik kepada
kedua orangtua dibarengi dengan argument logika yang dimulai dengan mengingat
sang anak tentang supaya payah ibu mengandung, melahirkan dan menyusukan
anaknya.
Selanjutnya perintah tersebut dikaitkan
dengan sentuhan batin yakni mengingatkan manusia bahwa seseorang yang telah
dewasa pasti mengharapkan anak-anaknya dapat berbakti. [8]
e.
Keindahan dan ketepatan maknanya
Tidak mudah menjelaskan keindahan bahasa Al-Qur’an
bagi yang tidak memiliki pengetahuan tentang tata bahasanya, namun kalau kita
membaca atau mendengar bacaan Al-Qur’an akan terasa nyaman dan menyentuh hati.
Dan ketepatan maknanya bisa kita
menganalisis[9]
QS. Al-Baqarah (2): 91
وَإِذَا قِيلَ
لَهُمْ آمِنُواْ
بِمَا أَنزَلَ
اللّهُ قَالُواْ
نُؤْمِنُ بِمَا
أُنزِلَ عَلَيْنَا
وَيَكْفُرونَ بِمَا
وَرَاءَهُ وَهُوَ
الْحَقُّ مُصَدِّقاً
لِّمَا مَعَهُمْ
قُلْ فَلِمَ
تَقْتُلُونَ أَنبِيَاءَ
اللّهِ مِن
قَبْلُ إِن
كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Apabila dikatakan kepada mereka (orang-orang yahudi),, “percayalah apa yang diturunkan Allah,” mereka menjawab, “kami hanya percaya dengan apa yang diturunkan kepada kani.” Mereka mengkufuri apa yang datang sesudahnya, padahal ia membenarkan menyangkut apa yang ada pada (di tangan) mereka. Katakanlah, “Kalau demikian, mengapa kamu membunuh nabi-nabi Allah sebelum ini, kalau kamu memang percaya?”
Kandungan ayat diatas mencangkup tiga hal
pokok:
Pertama, pernyataan آمِنُواْ بِمَا أَنزَلَ اللّهُ (percayalah kepada apa yang diturunkan Allah) merupakan nasihat kepada orang yahudi unuk percaya kepada Allah.
Kedua, jawaban mereka نُؤْمِنُ بِمَا أُنزِلَ عَلَيْنَا (kami percaya dengan apa yang diturunkan kepada kami) yang merupakan jawaban mereka mengandung dua maksud utama
Nasihat tersebut bermaksud
menyatakan, percayalah kepada Al-Qur’an sebagaiman kalian percaya kepada
Taurat. Bukankah kalian percaya kepada kitab Taurat yang dibawa Musa a.s.
karena kitab Taurat diturunkan oleh Allah.kalimat diatas singkat tapi mengandung makna yang padat.
Kalimat ini menyebut alasan keharusan mempercayainya kerana Al-Qur’an
diturunkan oleh Allah dan jawaban mereka mengndung makna bahwa kepercayaan
mereka kepada Taurat bukan saja disebabkan karena ia diturunkan Allah tetapi
juga karena ia diturunkan untuk kami.
Ketiga, merupakan tangkisan
terhadap kedua jawaban itu وَهُوَ
الْحَقُّ penggalan ayat ini menyatakan
“Bagaimanamungkin kepercayaan mereka kepada Taurat mengantarkan mereka menolak Al-Qur’an,
sedangkan Al-Qur’an adalah sesuatu yang hak, bahkan dialah kebenaran mutlak.
Sehingga kepercayaan mereka kepada salah satunya mengakibatkan kekufuran mereka[10]
2)
Keseimbangan
Redaksi Al-Qur’an
Rasysad khalifah memulai pembuktian idenya tersebut dengan
kata basmalah yang
terdiri dari 19 huruf. بسم
الله الرحمن الرحيم yang terdapat dalam Al-Qur’an. Tidak terlebih
dan atau berkurang satu hruf pun dari kata-kata yang digunakan oleh Al-Qur’an
kesemuanya habis terbagi oleh angka 19, perinciannya adalah sebagai berikut:[11]
a)
Ism (اسم)
dalam Al-Qur’an sebanyak 19 kali
b)
Allah ( الله)sebanyak 2.698 kali yang merupakan perkalian 142 x19
c)
Ar-Rahman الرحمن)) sebanyak 57 kali = 3 x 19
d)
Ar-Rahim الرحيم)) sebanyak 114 = 6 x 19
Dari sini kemudian ia
beralih pada keseimbangan-keseimbangan yang lain,seperti:[12]
a)
keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan
antonimya
الحياة ( kehidupan) dan الموت )
kematian) masing masing sebanyak 145
kali
النفع(an-naf’/ manfaat) dan ) الفسادal-fasad/kerusakan) masing-masing sebanyak
50 kali
b) Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan
jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya
الانفاق ( al-infaq/ menafkahkan) dan الرضا ( ar-ridha/ kerelaan) masing-masing
sebanyak 73 kali
الكافرون (al-kafirun/ orang-orang kafir) dan النار (an-nar/ neraka) masing-masing sebanyak
154 kali
c) Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata
penyebabnya
الاسراف
(al-israf/ pemborosan) dan السرعة (as-sur’at/ ketergesa-gesaan) masimg-masing sebanyak 23 kali
2.
Adanya berita –berita ghaib dalam Al-Qur’an
Ghaib adalah sesuatu
yang tidak diketahui, tidak nyata atau tersembunyi. Al-Qur’an mengungkap sekian
banyak hal ghaib meliputi berita ghaib
dari masa lalu, masa kini ataupun masa yang akan datang.
Contoh dalam Al-Qur’an
menceritakan hal-hal yang akan datang. Yakni, hal-hal yang pada waktu itu belum
terjadi, tetapi kemudian terjadi terdapat dalam QS. Ar-Rum (30): 1- 4
الم
(1) غُلِبَتِ الرُّومُ
(2) فِي أَدْنَى
الْأَرْضِ وَهُم
مِّن بَعْدِ
غَلَبِهِمْ (3) فِي
بِضْعِ سِنِينَ
لِلَّهِ الْأَمْرُ
مِن قَبْلُ
وَمِن بَعْدُ
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ
الْمُؤْمِنُونَ (4). ( الروم : 1-4)
Artinya: Alif Laam Miim (1) Telah dikalahkan bangsa Romawi (2) Di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (3) dalam beberapa tahun lagi bagi Allah-lah segala urusan sebelum dan sesudah(mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman (4). (QS. Ar-Rum 1-4)
Sejarawan menginformasikan bahwa tahun 61 H terjadi
peperangan antara Romawi dan Persia. Ketika itu bangsa romawi kalah atas
Persia. Dalam ayat ke tiga disebutkan
bangsa romawi akan menang terhadap bangsa persia, setelah dikalahkan. Ternyata
pemberitaan itu benar-benar terjadi dan pada tahun 622 M terjadi lagi
peperangan antara keduanya dan pada peperangan ini dimenangkan oleh Romawi.[13]
3.
Isyarat-isyarat
ilmiah Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh
Allah yang meengetahui segala rahasia dan hukum-hukumnya, bahkan dia juga yang
menciptakan rahasia-rahasia dan
hukum-hukumnya. Didalam Al-Qur’an terdapat penjelasan yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan dalam redaksi yang singkat dan sarat makna
Contoh
ayat yang mengisyrakatkan peranan sperma dalam menentukan jenis kelamin
anak.[14]
adalah firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah (2) : 223
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ
لَّكُمْ فَأْتُواْ
حَرْثَكُمْ أَنَّى
شِئْتُمْ ..... (البقرة: 223)
Artinya” Istri-istrimu adalah ladang
bagimu,maka datangilah ladangmu bagaimana kau kehendaki……
Penjelasannya: Apabila petani menanam tomat di ladangnya, maka jangan
harapkan yang tumbuh adalah buah selain tomat diladangnya, karena ladang hanya
menerima benih. ini berarti yang menentukan jenis tanaman berbuah adalah petani
bukan ladangnya. Jika demikian bukan
wanita yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih
yang “ditanam” ayah di dalam rahim.
D.
Peranan i’jaz Al-Qur’an dalam pemahaman Al-Qur’an
dan penyampaian Risalah
Dari pengertian diatas maka dapat kita
ketahui peranan ijaz Al-Qur’an adalah
1. Membuktikan kebenaran nabi Muhammad adalah
benar-benar utusan Allah dan penyampai risalah
2.
Membuktikan Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah
3.
Memperkuat keimanan keimanan serta menambah
keyakinan akan kekuasaan Allah
4.
Petunjuk bagi umat manusia
5.
Kitab untuk semua zaman
6.
Menunjukkan kelemahan mutu sastra manusia
7.
Semakin memperkaya khazhanah keilmuan yaitu ilmu
umum dan ilmu agama
E.
Hubungan Al-Qur’an dengan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Dalam
segi isyarat ilmiah telah
dijelaska, Berbagai ayat atau pun
penggalan-pengalan ayat Al-Qur’an membicarakan masalah yang berkaitan dengan
sains dalam redaksi yang singkat dan sarat makna. dSalah satu ciri yang
membedakan Islam dengan yang lainnya adalah Al-Qur’an dan al- Sunnah mengajak
kaum muslimin untuk mencari ilmu serta
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Al-Suyuti
di dalam bukunya Al-Ithqan fi ‘Ulum Al-Qur’an, beliau berpendapat
bahwa Al-Qur’an mencangkup seluruh Ilmu-ilmu:[15]
“Ia berpendapat bahwa Al-Qur’an mengandung
seluruh ilmu pengetahuan dan kitab Allah itu mencangkup segala sesuatu, tidak
ada bagian atau problem dasar suatu ilmu pun tidak ditunjukkan dalam Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an seseorang dapat menemukan aspek-aspek menakjubkan pada
penciptaan langit dan bumi.”
Para ulama terdahulu memandang Al-Qur’an
sebagai sumber sagala ilmu itu lahir dari keyakinan terhadap komprehensifnya Al-Qur’an. Tetapi ulama sekarang, di samping meyakini
hal ini,lebih menekankan pembuktian akan keajaiban Al-Qur’an dalam bidang
keilmuan.[16]
Didalam Al-Qur’an terlebih dahulu ditemukan
teori-teori ilmu pengetahuan sebelum ditemukan oleh teori-teori ilmu
pengetahuan modern. Teori Al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan teori
ilmu pengetahuan modern. hal ini sudah diakui sacara luas, termasuk oleh kalangan
ilmuwan barat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdiri atas
sumbangan ilmuwan –ilmuwan muslim.
Contoh kejadian alam semesta Al-Qur’an juga
mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya satu gumpalan melalui Firman-Nya
QS. Al-Anbiya (21): 30
أَوَلَمْ
يَرَ الَّذِينَ
كَفَرُوا أَنَّ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
كَانَتَا رَتْقًا
فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا
مِنَ الْمَاءِ
كُلَّ شَيْءٍ
حَيٍّ أَفَلَا
يُؤْمِنُونَ. (الانبياء:
30)
Artinya Tidakkah orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinya
merupakan satu yang padu (menyatu), kemudian kami memisahkannya dan kami
jadikan dari segala sesuatu yang hidup
berasal dari air, maka mengapa mereka tidak juga beriman?
Apa yang telah dikemukan di atas tentang
keterpaduan alam raya kemudian pemisahannya dibenarkan oleh obsevasi para
ilmuan, yaitu observasi Edwin P. Hubble
melalui teropong bintang raksasa pada tahun1929 menunjukkan adanya
pemuaian alam semesta.
Jadi, sains telah mengungkapkan tidak ada penemuan baru ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diramalkan oleh Al-Qur’an. Tetapi Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu alam ataupun fisika tetapi Al-Qur’an adalah kitab petunjuk atau pembimbing untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka didalamnya terdapat berbagai peunjuk yang berkaitan juga dengan ilmu pengetahuan.
Dan penalaran yang dibangkitkan Al-Qur’an lewat berbagai petunjuk pengarahan dan hukum-hukum inilah yang bisa mewujudkan kebangkitan ilmiah dan menciptakan cendikiawan yang bisa melakukan penelitian dan inovasi di segala bidang seperti yang telah terjadi pada peradaban Islam
Baca Juga;/..........
👉WAHYU DAN RUANGLINGKUPNYA
👉NUZUL AL-QUR’AN DAN PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA NABI
👉PENGUMPULAN AL QUR’AN PADA MASA KHULAFA AL RASYIDIN
👉EJAAN ATAU RASM AL-QUR’AN
👉I’JAZUL QURAN
👉NASAKH dan MANSUKH
👉AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
👉AYAT-AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYYAH
👉HURUF dan QIRAAT TUJUH
👉ASBABUN NUZUL QUR'AN
👉SUMPAH (QASAM) DALAM AL-QUR’AN
👉PEMBUKA-PEMBUKA SURAT DALAM ALQURAN
👉PERUMPAMAAN DALAM AL-QUR’AN
👉KISAH KISAH DALAM AL-QUR’AN
👉KISAH KISAH DALAM AL-QUR’AN
[1] Zuheldi, Ulumul Qur’an I, (Jakarta: PT Quantum Press, 2003), Cet. ke-1, h. 171
[2] M. Quraish Shihab, Mu’jizat al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. ke- IV, h. 23
[3]
Hasan Zaini, et al, Ulum
al-Qur’an, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2011), Cet. ke- 2, h. 176
[4] Zuheldi, op.cit., h. 175
[5] Yusuf Al-Qaradhawi, Terjemahan
Kaifa Nata’amal Ma’a Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Kathur Suhardi,
“Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2000),
h. 28
[6] Zuheldi, op.cit., h. 177
[7] M.Quraish Shihab, op. cit., h. 118-120
[8] Ibid., h. 129
[9] Ibid., h. 134-135
[10] Ibid., h. 136
[11] Ibid.,
h.139
[12] Ibid., h. 141-142
[13] Hasan Zaini, op .cit., h.178
[14] M. Quraish Shihab, op. cit., h. 168-169
[15] Mahdi Ghulsyani,Terjemahan Filsafat sains menurut al-Qura, diterjemahkan oleh Agus Efendi, “The Holy Qur’an and Sciences of nature”, (Mizan: Bandung, 1998), cet. x, h. 139
[16]Ibid., h. 140
0 Comment