19 Mei 2023

Sang Pendobrak

Abdus Salam adalah satu-satunya penghargaan peraih Muslim dalam bidang fisika. la mendapat penghargaan hadiah Nobel pada 1979 bersama Sheldon Lee Glashow dan Steven Weinberg atas karya mereka dalam teori unifikasi interaksi lemah dan elektromagnetik simetris.

Salam lahir pada 29 Januari 1926 di kota kecil Jhang, tidak jauh dari Lahore di Provinsi Punjab, Pakistan. Ayahnya, Muhammad Hussain, adalah pegawai Departemen Pendidikan di British Punjab State. Selain ayahnya yang bekerja di lingkungan pendidikan, keluarga Salam merupakan keluarga alim dan memiliki tradisi belajar yang panjang. Latar belakang ini mengantarkan Salam pada usia 14 tahun lulus ujian matrikulasi di University of Punjab di Lahore dengan angka tertinggi yang pernah dicapai. la memenangkan beasiswa Government College University dan mendapat gelar BA di bidang matematika pada 1944 dan MA pada 1946. Pada tahun yang sama, ia mendapat beasiswa ke St. John's College, Cambridge, dan menyelesaikan gelar BA dengan Double First-Class Honor dalam bidang matematika dan fisika pada tahun 1949.

Pada tahun 1950, Salam menerima Smith's Prize dari University of Cambridge untuk prestasi pradoktor yang sangat menonjol terha dap fisik. Selanjutnya ia mendapatkan gelar Ph.D. teori kacamata dari Laboratorium Cavendish di Cambridge dan tesisnya dipublikasi pada tahun 1951 yang membahas masalah elektrodinamika membayar dan mem buatnya mendapat pengakuan internasional. Pada tahun ini pula Salam menjadi anggota Institute of Advanced Study Princeton dan Elected Fellow St. John's College, Cambridge.

Pada 1951 pula Salam kembali ke negerinya untuk mengajar dan menjadi guru besar matematika di Government College University, La hore, sampai 1954. Pada 1952, ia menjadi Ketua Jurusan Matematika Universitas Punjab, dan pernah mencoba untuk memperbarui kuri kulum dengan memasukkan mekanika membayar sebagai mata kuliah tingkat sarjana. Upaya ini ditolak oleh wakil rektor dan Salam memutuskan untuk mengajar mekanika perawatan pada malam hari di luar kurikulum reguler.

Salam kembali ke negerinya dengan semangat yang menyala untuk mendirikan riset sekolah dan dia pun segera tahu bahwa hal itu tidak memungkinkan. Untuk melanjutkan karir riset dalam teori fisika, tidak ada pilihan lain selain meninggalkan negerinya dan bekerja di luar negeri. Pada tahun 1954, setelah menjelajah di Lahore setahun sebelumnya, Salam pergi meninggalkan Pakistan untuk mengajar di Universitas Cambridge dan sejak tahun 1957 menjadi guru teori fisika besar di Imperial College London. Selaras dengan berjalannya waktu, jurusan fisika di Imperial College menjadi salah satu jurusan riset bergengsi dunia.

Kiprah Salam di tingkat ilmiah dunia internasional makin melesat.

Diawali ketika Salam tertarik pada pelajaran matematika dan terapannya di fisika. Kemudian Salam mengerjakan topik elektrodinamika ternyata, teori medan merugikan, dan kromodinamika penyembuhan, serta perluasannya di kacamata nuklir. Salam juga merumuskan teori neutrino dan mem perkenalkan simetri Chiral (pluntir) yang berperan penting dalam inter aksi lemah. Pada tahun 1960, Salam bekerja di kacamata nuklir dan memelopori gagasan tentang peluruhan proton serta memperkenalkan boson Higgs di dalam standar model.

Para fisikawan percaya terdapat empat gaya fundamental di alam, yaitu gaya inti lemah, gaya inti kuat, gaya elektromagnetik, dan gaya gravitasi. Sejak 1959, Salam bersama Weinberg dan Glashow bekerja untuk unifikasi gaya-gaya tersebut. Salam percaya bahwa gaya intinya tidak benar-benar berbeda dengan gaya elektromagnetik dan keduanya dapat saling mengonversi. Dari 1959, Salam telah mencari penyatuan yang berlangsung pada kedua gaya tersebut. Pada tahun 1966, Glashow merumuskan tema yang sama dan teori yang digabungkan. Atas ca paian ini, Salam bersama Glashow dan Weinberg dianugerahi Hadiah Nobel pada 1979.

Bidang minatnya adalah matematika dan fisika, tetapi salam juga tekun membaca karya sastra, filsafat, dan agama. Salah seorang mahasiswa tan tan mahasiswa doktoralnya bertutur, "Ketika Dr. sambutan bergemuruh secara spontan."

Pada tahun 1960, Salam kembali ke negerinya untuk merebut pos di pemerintahan yang diberikan oleh Presiden Ayub Khan untuk membenahi kebijakan pengembangan sains. Sekadar ilustrasi, saat itu jumlah ilmuwan yang bekerja pada konsep fisika fundamental kurang dari 10 orang. Salam mengembangkan jaringan untuk riset dan pengembangan fisik di Pakistan dengan mengirim 500 mahasiswa ke luar negeri. Salam juga membenahi Pakistan Atomic Energy Commission (PAEC) dan memanggil ahli kacamata nuklir Pakistan yang telah lama tinggal di Swiss, lshfaq Ahmad, untuk menjadi Direktur PAEC Lahore Center-6.

Salam adalah pendiri sekaligus penanggung jawab program riset ruang angkasa di Pakistan. Pada tanggal 16 November 1961, Komisi Riset Ruang Angkasa dan Atmosfer Atas diresmikan dan Salam sebagai di rekturnya. Salam segera melobi dan membuat kerja sama dengan pe merintah Amerika. November 1961, National Aeronautics and Space Administration (NASA) membangun Pusat Uji Penerbangan di Provinsi Balochistan. Salam juga berhasil membuat kesepakatan dengan NASA untuk memberi pelatihan bagi ilmuwan dan insinyur ruang angkasa Pakistan.

Salam menyadari betapa pentingnya teknologi nuklir bagi Pakistan. Pada tahun 1965, Salam memimpin simpati Lembaga Sains dan Teknologi Nuklir Pakistan. Pada tahun ini pula, di bawah kepemimpinan Salam, reaktor uranium Reaktor Riset Atom Pakistan mencapai kritis. Pada tahun 1971, Salam pergi ke Amerika membawa misi Zulfikar Ali Bhutto untuk mencegah perang India-Pakistan dan kembali ke negerinya membawa pro posal tentang Proyek Manhattan. Program Komisi Energi Atom Pakis tan pun mulai berjalan di bawah arah Salam.

Pada tahun 1964, Salam mendirikan dan menjadi direktur International Center for Theoretical Physics (ICTP) di Trieste, Italia. Misi utama lem baga ini adalah ilmuwan-ilmuwan negara yang sedang berkembang. Berbagai program yang diselenggarakan untuk memfasilitasi ilmuwan dari Dunia Ketiga yang umumnya terkendala berbagai keterbatasan di negerinya. Sepuluh tahun kemudian, Salam juga mendirikan International Nathiagali Summer College (INSC) untuk mempromosikan sains di negerinya. INSC menyelenggarakan pertemuan tahunan ilmuan berbagai bidang dari seluruh dunia di Pakistan.

Salam adalah Muslim yang taat dan beragama Ahmadiyah, dan memandang agama sebagai bagian terpadu dari aktivitas ilmiahnya. Suatu ketika, ia menulis, 'Al-Qur'an memerintahkan kita untuk merenungkan kebenaran hukum alam ciptaan Allah; namun, bahwa generasi kita telah diberi hak istimewa untuk melihat sekilas sebagian dari rancangan-Nya adalah karunia dan anugerah yang saya syukuri dengan kerendahan hati. " Ketika memberi sambutan dalam proses penyerahan hadiah Nobel, Salam mengutip ayat AI-Quran.

Kamu seka/i-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemmurah sesuatu yang tidak seimbang. Ma ka, lihat/ah berulang-ulang, adakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah seka/i lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. (QS AI-Mulk [67]: 3-4)

la kemudian mengatakan, "lni, pada hakikatnya, adalah keyakinan semua ilmuwan, semakin kita mencari, semakin besar ketakjuban dan kegairahan kita, semakin terpesona tatapan kita."

Salam juga sosok yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai Mus lim, ilmuwan, maupun cendekiawan. Upaya penyadaran tentang urgensi sains tidak hanya dilakukan untuk negerinya, melainkan juga negeri negeri Muslim yang umumnya masuk kategori Dunia Ketiga yang sedang berkembang. Buku Renaissance of Sciences in Islamic Countries me rupakan kumpulan tulisan tentang sains, Islam, dan Dunia Islam.

Pada tahun 1974, Parlemen Pakistan melakukan amandemen konstitusi dan menetapkan Ahmadiyah sebagai kelompok keagamaan non-Islam. Salam melakukan protes atas keputusan ini dengan meninggalkan Pakistan menuju London. Meskipun telah meninggalkan negerinya, Pakistan, Salam tetap menjalin komunikasi dengan ilmuwan kacamata teori dan ilmuwan di Komisi Energi Atom Pakistan. Kepergian meninggalkan Pakistan sebagai wujud protes merupakan salah satu penyesalan terbesarnya.

Salam menderita stroke dan berhenti sebagai Direktur ICTP pada 1993. Sebagai penghormatan kepada sang pendiri, di Trieste diadakan pertemuan kacamata 3 hari yang dihadiri oleh rekan, mantan mahasiswa, dan pengagumnya. Puncak dari pertemuan tersebut adalah pemberian gelar honoris causa (yang ke-35) dari Saint Petersburg State University yang diberikan langsung oleh sang rektor. Seusai upacara resmi, peserta dengan tenang berdiri dan menyampaikan ucapan selamat kepada Salam yang duduk lemah di kursi roda. Sesudah nama besar, tibalah giliran seorang pemuda yang berasal dari Pakistan. Sang pemuda penutup ke arah Salam yang duduk di kursi roda dan berkata, "Pak, saya mahasiswa dari Pakistan, kami sangat membanggakan Bapak." Bahu Salam tampak tergetar dan air mata pun menitik tak tertahan.

Pada 21 November 1996, Abdus Salam meninggal dengan tenang di Oxford, lnggris, setelah sakit panjang. Jasadnya dibawa kembali ke Pakistan dan sekitar 30 ribu orang menghadiri pemakamannya. Salam dimakamkan bersebelahan dengan orangtuanya di Bahishti Maqbara, area pemakaman komunitas Ahmadiyah di Rabwah, Pakistan. Mulanya, di batu nisan makamnya tertulis "Peraih Nobel Muslim Pertama", tetapi atas perintah hakim lokal, kata Muslim dihapus dan diganti "Peraih Nobel Pertama".

Berbagai kehormatan diberikan kepada Salam, baik sebelum maupun tidak lama setelah meninggalnya. Penghargaan Abdus Salam yang dikenal juga sebagai Salam Prize adalah penghargaan yang diberikan kepada ilmuwan yang tinggal di Pakistan dan memberikan sumbangan dan prestasi tinggi dalam sains alam. Gagasan award ini diusulkan pada tahun 1979 oleh mantan mahasiswanya, Fayyazuddin, Riazzuddin, dan Asghar Qadir, dan disetujui serta didonasi oleh Salam dan direalisasikan kali pertama pada tahun 1984. Para nominator diseleksi oleh komite dari Center for Advanced Mathematics and Physics. Medali Abdus Salam diberikan oleh The Third World Academy of Sciences di Trieste, Italia. Penghargaan ini diberikan kepada seseorang yang telah mengabdi pada pengembangan sains di negara yang sedang berkembang, dan pertama kali diberikan pada tahun 1995.

Pada tahun 1997, ilmuwan di ICTP memberi kehormatan kepada Salam dengan menambahkan nama Abdus Salam pada lembaga mereka dan menjadi The Abdus Salam International Center for Theoretical Physics. Pada tahun 1998, The Edward A. Bouchet-lCTP Institute diganti menjadi The Edward Souchet Abdus Salam Institute. Di almamater Salam, yakni Government College University, Lahore, didirikan lembaga Abdus Salam National Center for Mathematics, kemudian pada tahun 1999 ditetapkan Salam Chair in Physics. Masih di Universitas Perguruan Tinggi Negeri, pada tahun 2003 pemerintah Punjab mendirikan sebuah lembaga unggulan untuk sains matematik, yaitu Sekolah Matematika Abdus Salam.

0 Comment