21 Mei 2023

Sains Islam dan Budaya Barat

(Yaitu) orang-orang yang meng­ ingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan fangit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (QS Ali 'Im ran [3]: 191)

Sains adalah pengetahuan yang sistematis. Sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi dan mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri. Sains bertumpu pada objektivitas yang dapat diuji ulang dan merupakan kontribusi semua ilmuwan di muka Bumi tanpa pandang bangsa dan agama. Setiap orang dapat berkontribusi dan mendapatkan penghargaan tertinggi dalam sains, hadiah Nobel. Sebut saja L.D. Landau (1962) dari Rusia yang negerinya notabene komunis-ateis, Chen-Ning Yang dan Tsung-Dao Lee (1957) dari Cina yang komunis-Kong Hu Cu, Hideki Yukawa (1949) dari Jepang yang Buddhis-Zen, C.V. Raman (1930) dari India yang Hindu, Abdus Salam (1979) dari Pakistan yang Muslim, dan Enrico Fermi (1938) dari Italia.

Disinggung pada bab terdahulu, perkembangan sains dalam sebuah kalangan masyarakat juga dibarengi dengan tumbuhnya ber­ bagai krisis, baik lingkungan maupun sosial. Kemajuan sains dan tek­ nologi Jepang tidak diragukan lagi. Hampir semua produk teknologi yang beredar di pasaran Indonesia bermerek Jepang. Toyota, Honda, Yamaha, Suzuki, Daihatsu adalah tulisan yang menempel di kendaraan­ kendaraan yang berseliweran di jalanan. Toshiba, Sony, Fujitsu adalah notebook yang mengisi ruang kerja kantor dan rumah. Kanebo ter­ simpan di ruang rias wanita, Ajinomoto tersedia di dapur, dan sabun Shinzu'i berada di kamar mandi. Jika pada 1945 Nagasaki dan Hiro­ shima dihujani born atom oleh Amerika, pada 2011 PLTN Fukushima diguncang gempa dan dihajar tsunami. Akan tetapi, kecanggihan ilmu­ wan dan insinyur Jepang mampu mengatasi dua kasus nuklir tersebut dengan sigap.

Secara formal, kepercayaan yang dianut masyarakat Jepang adalah Shinto dan Buddhisme Zen, tetapi mereka tetap dapat menjadi negara maju dengan penguasaan penuh atas sains dan teknologi. Tidak dapat dimungkiri, Jepang pun menjadi salah satu kiblat sains-teknologi, selain ekonomi. Di lain pihak, harus diakui bahwa masyarakat Jepang juga menerapkan pola hidup seks bebas. Pada salah satu edisi, Hiragana Times (2000) melaporkan hasil angket yang menyatakan bahwa 90,6 persen wanita Jepang yang akan menikah sudah tidak perawan lagi. Para ma­ hasiswa Eropa yang pertama kali masuk Jepang pun terperangah de­ ngan kenyataan tersebut. Menurut mereka, seperti disebutkan dalam Hiragana Times, Jepang lebih Barat daripada Barat dan mereka menjuluki Jepang sebagai sex's paradise.

Kehidupan seks bebas di Jepang telah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Kenyataan ini cukup menyentak para orangtua, khu­ susnya para ibu. Pada 1999, Komunitas Muslim Saijou-Hiroshima me­ nyelenggarakan seminar tentang Islam bagi masyarakat Jepang. Sam­ butan warga cukup antusias, kebanyakan yang hadir adalah ibu-ibu. Kecemasan akan anak-anak mereka yang terperangkap dalam pola hidup bebas adalah motivasi terbesar yang mendorong mereka hadir pada pertemuan tersebut. Mereka ingin kembali pada nilai-nilai agama yang dapat mencegah kehidupan bebas tersebut. Sayangnya, mereka tidak tahu seluk-beluk suatu agama.

Pergaulan bebas bukan satu-satunya persoalan di Jepang. Mes­ kipun secara formal masyarakat beragama Shinto, ketika ditanya mengenai agama yang mereka anut, anak muda Jepang kebingungan menjawabnya. "Nani kana?"1 Bahkan mereka heran melihat orang asing yang taat beragama.

Fenomena longgarnya norma pergaulan antarlawan jenis juga terjadi hampir di seluruh kota besar, tak terkecuali negara mayoritas berpenduduk Muslim. Makin maju suatu negeri, identik dengan makin longgarnya norma agama dan makin mewabahnya pergaulan dan seks bebas. Agama melemah dan bagai tak berdaya berhadapan dengan modernisme yang ditopang oleh sains dan teknologi. Masihkah sains dipandang netral dan tidak membangun kultur hedonis, juga free sex, di seluruh masyarakat dengan berbagai latar belakang agama?

Prinsip Kreasi

Sains merupakan produk olah pikir manus1a, sebagaimana halnya produk-produk lain, seperti patung, lukisan, musik, pakaian, dan mobil. Desain toilet di tempat umum, seperti stasiun kereta api, terminal bus, pelabuhan laut, dan bandara udara, juga merupakan produk manusia.

Indonesia, meskipun mayoritas penduduknya Muslim bahkan terbesar di dunia, tetapi kompleks perumahan mewahnya banyak dihiasi patung­ patung bidadari kecil. lni artinya, sang pengusaha real estate, kontraktor, arsitek, desainer, atau seniman kreator patung ini pasti mempunyai pema­ haman dan mungkin juga kepercayaan akan bidadari-bidadari penyelamat manusia dari berbagai rasa keputusasaan dan penderitaan. Rasa dan rasio mereka terekspresi di dalam rancangan dan karya patung tersebut. Singkat kata, tata nilai sang perancang terekspresi dalam karya dan produknya.

Saat ini banyak orang di berbagai negeri mengenakan celana jeans, mengacu pada mode mutakhir. Mereka mengenakannya untuk mendapatkan pengakuan bahwa mereka tak ketinggalan zaman, up to date, dan trendi. Maklum, produk ini berasal dari pusat kemajuan masa kini, Amerika. Dengan demikian, produk ini pun membawa tata nilai.

 1          "Apa, ya?"

 Orang-orang Amerika. Adakah yang salah dengan orang Amerika terkait dengan celana ini sehing­ ga kita perlu menggugatnya?

Dalam perspektif Muslim, ada tiga catatan yang perlu disampaikan atas produk celana jeans, khususnya yang bermodel ketat. Pertama, celana ketat tersebut, meski menutupi anggota badan, tetapi memperlihatkan lekukan tubuh dengan jelas-suatu hal yang dilarang oleh Islam, teruta­ ma bagi muslimah. Kedua, celana ketat akan menyulitkan pemakainya bila akan buang air kecil.

Karena sulit, kemungkinan sang pemakai celana terpaksa buang air kecil sambil berdiri. Padahal, hal tersebut tidak dianjurkan dalam etika Islam. Bila buang air kecil dengan berdiri tetap dilakukan, sementara celana sangat ketat sehingga tidak dapat dilipat atau disingsingkan ke atas, hampir dapat dipastikan celana tersebut akan terkena cipratan air seni. Akibatnya, celana menjadi najis dan tidak dapat digunakan untuk shalat, atau kalau dipaksakan untuk shalat, shalatnya akan batal alias sia-sia. Ketiga, anak muda sekarang banyak yang mengenakan baju atau kaus yang relatif pendek. Akibatnya, ketika ruku' atau sujud, baju atau kaus tersebut terangkat naik sehingga bagian di bawah pusar dan celana dalamnya kelihatan. Lagi-lagi shalatnya menjadi sia-sia atau batal.

Sang desainer celana ketat ini menganut nilai-nilai yang mewakili masyarakatnya yang tidak mempunyai kewajiban shalat dengan pra­ syarat kesucian diri. Sang perancang busana ini tidak mengenal ajaran yang melarang perempuan mengenakan pakaian yang dapat memper­ lihatkan lekuk tubuh pemakainya. Bahkan sebaliknya, diperkenankan mengeksploitasi tubuh untuk menarik perhatian, khususnya lawan jenis, sesuai dengan teori libido seksual mereka.

Orang Barat tidak peduli dengan hal tersebut. Mereka bisa buang air kecil di semua tempat dengan duduk atau berdiri serta menghadap ke mana saja. Mereka tidak bermasalah apakah celana mereka terkena cipratan air seninya atau tidak. Mereka tidak perlu menyingsingkan ce­ lana. ltulah nilai mereka.

Celana ketat sangat menyulitkan Muslim dan muslimah. Suatu ke­ tika, pemakai celana ketat akan berpikir bahwa Islam tidak praktis, tidak cocok dengan mode dan cita rasa kehidupan modern. Ujung-ujungnya, mereka akan beranggapan bahwa Islam adalah agama yang out ofdate. Mereka pun menjalankan Islam sekadarnya, seperti menjalankan shalat tanpa peduli syarat sah dan batalnya, sebelum akhirnya meninggalkan sama sekali dan sekadar menjadi Muslim minimalis, Muslim KTP.

Musik membawa nilai-nilai yang dianut sang musisi. Perhatikan de­ ngan saksama simbol api dan tengkorak yang dipakai band Metallica. Banyak gambar dapat dipilih Metallica, tetapi mengapa mereka memilih gambar tersebut? Apa artinya? Siapa orang-orang dalam kelompok musik ini? Bagaimana gaya hidup mereka? Siapa penggemar dan fans Metallica?

Garnbar tengkorak terbakar ini merefleksikan jiwa yang marah dan memberontak. Kepala yang panas terbakar dan berteriak. Sedangkan tengkorak biasa dikaitkan dengan orang mati dan setan. Orang-orang yang melantunkan lagu-lagu Metallica seolah sedang menuju kematian kesadaran, marah, atau mungkin kerasukan setan. Karena itu, mereka merasa bisa bertindak apa saja sesuka hati. Bebas sebebas-bebasnya, bebas tanpa batas.

Musik Metallica mewakili jiwa-jiwa yang resah. Keresahan ini di­ ungkapkan melalui musik keras yang menghentak. Ekspresi selanjutnya adalah menenggak minuman keras sampai mabuk dan lupa akan beban hidup. Perilaku ini mencerminkan kondisi jiwa dan nilai-nilai personel Metallica dan penggemarnya.

Sekarang perhatikan "karya seni" yang lain, majalah Playboy yang bersimbol kelinci berdasi kupu-kupu. Berbeda dari simbolnya yang lucu, Playboy berisi gambar-gambar wanita dengan pose seronok. Apa yang ada di kepala dan hati orang-orang yang menggagas, membiayai, dan menerbitkan majalah ini? Apa yang ada di pikiran dan jiwa wanita­ wanita yang bersedia dipotret ini?

Kemudian, perhatikan per­ ubahan yang terjadi pada pem­ baca majalah ini. Perhatikan orang­-orang yang menyimpan Playboy dan sejenisnya. Siapa pun mereka, baik sopir angkot, pramuniaga, tukang becak, kuli bangunan,

PLAYBOY

Buruh pabrik, karyawan, manajer, direktur, pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pendeta, ustad, kiai, maupun anggota dewan akan mulai berpikir, berucap, dan bertindak mesum.

Playboy adalah produk sekaligus pembawa pesan masyarakat penganut hidup bebas. Playboy, pelan tapi pasti, akan menggiring pada kehidupan mesum, membangun pola hidup bagai binatang, mengumbar aurat dan berpelukan di depan umum tanpa rasa malu.

Dan demikian (pula) di antara ma­ nusia, makhluk bergerak yang ber nyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam war­ nanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha perkasa, Maha Pengampun.  (QS Fathir [35]: 28)

ltulah nilai yang dibawa dan dipropagandakan Playboy. Orang yang mengonsumsi Playboy, siapa pun orangnya, akan menjadi pelamun dan lemah ingatan. Tentu hal ini tidak berlaku bagi mereka yang takut kepada

Allah dan meyakini datangnya Hari Pembalasan.

Sekarang bayangkan, suatu hari kita tersesat di daerah yang asing, lalu kita mendatangi rumah seseorang untuk bertanya. Di ruang tamu kita lihat sebuah hiasan dinding berupa kaligrafi.

Kita pun mantap mengucapkan, "Assalamu'alaikum;' karena yakin pemilik rumah bukan penganut Nasrani atau Hindu. Hiasan dinding ini memberi tahu bahwa pemilik rumah adalah Muslim. Benda atau hiasan apa pun yang berada di rumah kita mencerminkan nilai yang kita anut. Hal yang sama juga kita lakukan jika ketemu dan ingin menyapa seseorang yang tidak kita kenal, tetapi orang tersebut mengenakan baju koko. Sebabnya, sang pemakai dapat dipastikan seorang Muslim dan kemungkinan bukan Muslim awam. Atau kita pasti kaget dan bertanya­ tanya jika seorang teman yang biasanya kasar bak preman, baik tutur kata, perilaku, maupun penampilannya, tiba-tiba mengenakan baju koko.

Apa yang baru terjadi dan dialami sang teman? Peristiwa hebat apa yang membuatnya berubah drastis? Pertanyaan ini dipicu oleh persepsi kita bahwa orang yang mengenakan baju muslim adalah para ustad, santri, dan orang-orang yang akan menghadiri majelis taklim. Pemakai baju koko adalah mereka yang tutur bahasanya lem­ but dan halus serta berperilaku santun. Baju koko membawa tata nilai.

Di Indonesia, ada penyanyi yang khususnya di kalangan Muslim, Rhoma lrama dan Sonetanya. Perha­ tikan penampilan Rhoma lrama yang dijuluki Si Raja Dangdut ini saat tampil di panggung. Dia dan personel Soneta sering mengenakan baju serbaputih yang melambangkan kesucian atau baju berlengan panjang dengan selendang yang dikalungkan seperti serban yang umum digu­ nakan oleh Muslim Timur Tengah. Rhoma lrama dan Soneta memang mengidentifikasikan diri sebagai Sound of Moslem. Seragam ketika di atas panggung dan lagu-lagu yang dinyanyikan mewakili identitasnya sebagai Muslim. Musik membawa tata nilai.

Kelompok tarekat Islam, misal, kelompok sufi juga terbiasa menari dengan pakaiannya yang khas, longgar dan menutupi tubuh, bukan pakaian ketat, terbuka, dan sobek sana-sini. Gerak tari mereka pun bukan gerakan erotis, tetapi gerak ritmis yang menggambarkan pendakian menuju Tuhan. Tarian ini dikenal sebagai tarian menuju Tuhan. Tarian yang merefleksikan nilai.

Contoh demi contoh di depan memperlihatkan kesamaan berlakunya "Prinsip Kreasi". Setiap kreasi membawa nilai-nilai penciptanya, setiap produk membawa ideologi produsennya.

Sains juga produk manusia. la membawa pandangan dunia tertentu penciptanya. Dibandingkan dengan benda-benda yang disebutkan sebe­ lumnya, sains lebih abstrak. Kita hanya mengenal satu sains, yaitu sains Barat atau sains modern yang tumbuh di Eropa sejak abad pertengahan. Sains ini diajarkan sejak SD sampai perguruan tinggi. Karena tidak ada bandingannya, sains yang ada saat ini seolah-olah menjadi satu-satunya kebenaran yang sah tentang deskripsi alam semesta.

Materialisme ilmiah yang merupakan kelanjutan sekaligus penyem­ purnaan materialisme Yunani kuno, atomisme Democritus, menyatakan bahwa realitas hanya terdiri dari materi yang tidak tercipta dan tidak dapat dimusnahkan, itulah fondasi sains modern. Reduksi realitas ke dalam materi belaka telah memberikan kemajuan luar biasa. Namun, pada saatyang sama juga memunculkan pandangan hidup yang menolak realitas selain materi, seperti alam gaib, sebagaimana diajarkan oleh agama-agama langit, termasuk Islam.


0 Comment