28 Juni 2023

 Pertanyaan ini merupakan hal penting. Adapun jawaban atas pertanyaan ini adalah sebagai berikut.

Sesungguhnya, ruh itu terbagi menjadi dua. Ruh yang mendapat siksa dan ruh yang mendapat nikmat. Ruh yang mendapat siksa sibuk dengan siksa yang menimpanya sehingga tidak bisa saling berkunjung dan bertemu. Adapun ruh yang mendapat nikmat akan bebas dan tidak tertahan sehingga bisa saling berkunjung dan bertemu serta saling mengingat apa yang pernah terjadi di dunia dan apa yang akan dialami para penghuni dunia lainnya. Setiap ruh bersama pendampingnya yang menyerupai amal perbuatannya. Allah SWT, berfirman,

"Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS. An-Nisa': 69)

Kebersamaan ini berlaku di dunia, di alam barzakh, dan pada hari pembalasan. Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya pada tiga fase kehidupan ini.

Jarir meriwayatkan dari Manshur, dari Abu Dhuha, dari Masyruq, ia berkata, "Para sahabat  Nabi  berkata kepada beliau: 'Tidak sepatutnya  kita berpisah dengan engkau di dunia ini. Jika engkau wafat, engkau akan ditinggikan di atas kami sehingga kami tidak bisa melihat engkau lagi.' Oleh karena itu, Allah I, menurunkan ayat: 'Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya'." (QS. An-Nisa': 69)

Asy-Sya'bi berkata, "Seorang dari kalangan Anshar datang menemui Nabi SAW dalam keadaan menangis. Beliau bertanya: 'Mengapa engkau menangis?' Orang Anshar itu menjawab: 'Wahai Nabi Allah, demi Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, engkau lebih aku cintai daripada cintaku kepada keluargaku dan hartaku. Demi Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada cintaku kepada diriku sendiri. Ketika sedang bersama istriku, aku ingat engkau lalu ia pun menarikku, tetapi aku ingin selalu melihatmu. Tiba-tiba aku ingat, jika engkau meninggal dunia dan aku pun meninggal dunia. Saat itulah aku sadar bahwa aku tidak akan bisa berkumpul lagi dengan engkau, kecuali di dunia saja. Engkau akan ditinggikan bersama para nabi. Dan jika aku masuk surga, aku akan berada di tempat yang lebih rendah dari tempat engkau.'

Nabi SAW tidak menanggapi perkataan orang Anshar itu hingga turun ayat: 'Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh... ' hingga '... dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui'." (QS. An-Nisa': 69-70)

Allah SWT juga berfirman,

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku" (QS. Al-Fajr: 27-30)

Maksudnya, masuklah ke dalam golongan mereka dan berkumpullah bersama mereka. Inilah yang difirmankan kepada ruh saat meninggal.

Dalam kisah Isra' Mi'raj yang disebutkan dalam hadis Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Ketika Nabi SAW dimi'rajkan, beliau bertemu dengan Ibrahim, Musa, dan Isa. Lalu mereka saling mengingatkan akan hari Kiamat. Maka, lebih dahulu mereka menanyakannya kepada Ibrahim. Namun, Ibrahim tidak mempunyai pengetahuan tentang hari Kiamat itu. Lalu mereka menanyakan kepada Musa.

Namun, Musa juga tidak mempunyai pengetahuan tentang hari itu. Akhirnya, mereka sepakat untuk menyerahkan masalah ini kepada Isa. Isa berkata: 'Allah Ill memberitahukan kepadaku perkara-perkara sebelum datangnya hari Kiamat.' Lalu Isa menyebutkan munculnya Dajjal seraya berkata: 'Aku akan turun dan aku yang akan membunuhnya. Kemudian manusia kembali ke tempatnya masing-masing. Muncullah Ya'juz dan Ma'juz serta rombongannya yang keluar dari segala penjuru. Mereka tidak melewati air melainkan minum hingga habis. Tidak melewati sesuatu, melainkan merusaknya. Kemudian manusia memohon kepadaku.

Lalu aku berdoa kepada Allah agar mematikan mereka. Namun, bumi memohon kepada Allah karena ia tersiksa oleh bau bangkai mereka. Manusia memohon lagi kepadaku, aku pun berdoa kepada Allah agar mengirimkan air dari langit, menghanyutkan jasad mereka, lalu melemparkannya ke dalam laut. Kemudian gunung-gunung meletus dan bumi diratakan menjadi satu hamparan. Lantas Allah memberitahukan kepadaku bahwa jika hal itu terjadi, itulah hari Kiamat bagi manusia. Wanita yang hamil tidak lagi diketahui oleh keluarganya, kapan ia akan melahirkan bayinya, pada waktu siang atau malam'." Hadis ini disebutkan oleh Hakim, Baihaqi, dan yang lainnya. Hadis ini juga merupakan dalil yang menyebutkan bahwa ruh-ruh itu saling mengingatkan tentang ilmu.

Allah Ii juga telah mengabarkan tentang keadaan para syuhada bahwa mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dan mendapatkan limpahan rezeki. Mereka mendapat­ kan kabar gembira karena akan bertemu dengan para syuhada lain yang akan menyusul sesudah mereka. Mereka mendapatkan kabar gembira berupa nikmat Allah dan karunia-Nya. Ini semua menunjukkan tentang pertemuan mereka, yang bisa dilihat dari tiga sisi:

1. Para syuhada hidup di sisi Tuhan mereka. Jika mereka hidup, tentu mereka bisa saling bertemu.

2. Para syuhada mendapat kabar gembira dengan kedatangan saudara-saudara mereka dan juga bertemu dengan mereka.

3. Lafal yastabsyirun secara bahasa bisa berarti kabar gembira yang disampaikan sebagian di antara mereka kepada sebagian yang lain, seperti halnya kata yatabasyarun.

Banyak riwayat yang serupa tentang hal ini, seperti yang disebutkan Shalih bin Basyir, ia berkata, ''Aku pemah mimpi bertemu Atha' as-Salimi tidak lama setelah ia meninggal dunia. Aku berkata kepadanya dalam mimpi itu: 'Semoga Allah merah­ matimu karena sudah sekian lama engkau selalu dirundung kesusahan di dunia.'

Ia menjawab: 'Demi Allah, kondisi yang demikian itu (selalu dirundung kesusahan sewaktu di dunia) membuahkan kegembiraan dan kesenangan yang abadi.'

Aku kembali bertanya: 'Di tingkatan manakah engkau berada?'

Ia menjawab: 'Bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya'."

Abdullah bin Mubarak berkata, "Aku mimpi bertemu Sufyan ats-Tsauri tidak lama setelah ia meninggal dunia. Maka aku bertanya kepadanya: 'Apa yang diperbuat Allah terhadap dirimu?' Ia menjawab: 'Aku bertemu Muhammad dan pasukannya'." Shakhr bin Rasyid berkata, "Aku mimpi bertemu Abdullah bin Mubarak tidak lama setelah ia meninggal dunia. Aku bertanya kepadanya: 'Bukankah engkau sudah meninggal dunia?'

Ia menjawab: 'Ya, aku sudah meninggal.'

Aku bertanya: 'Apa yang diperbuat Allah terhadap dirimu?'

Ia menjawab: 'Allah mengampuniku dengan satu ampunan yang meliputi semua dosa.'

Aku bertanya: 'Bagaimana dengan Sufyan ats-Tsauri?'

Ia menjawab: 'Hebat ... hebat (ungkapan sanjungan dan kekaguman), ia ber­ sama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya'."

lbnu Abi Dunya menyebutkan hadis dari Hammad bin Zaid, dari Hisyam bin Hassan, dari Yaqzhah bin Rasyid, ia berkata, "Marwan al-Muhallimi adalah tetanggaku. Ia seorang hakim yang gigih. Ketika meninggal dunia, aku melihat adanya sinar kegembiraan yang terpancar dari mukanya. Tidak lama setelah itu, aku mimpi bertemu dengannya, seperti mimpi yang terjadi layaknya dalam tidur. Aku bertanya: 'Wahai Abu Abdillah, apa yang telah diperbuat Allah terhadapmu?'

Ia menjawab: 'Allah telah memasukkanku ke dalam surga.' Aku bertanya: 'Kemudian apa lagi?'

Ia menjawab: 'Aku dipertemukan dengan golongan kanan.' Aku bertanya lagi: 'Kemudian apa lagi?'

Ia menjawab: 'Aku dipertemukan dengan orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah.'

Aku kembali bertanya: 'Siapakah teman-teman yang engkau lihat di sana?' Ia menjawab: 'Aku melihat Hasan, lbnu Sirin, dan Maimun bin Siyah'." Hammad menceritakan bahwa Hisyam bin Hassan berkata bahwa ia diberitahu

Ummu Abdillah-ia termasuk wanita terbaik di Basrah-yang mengatakan, "Aku mimpi layaknya mimpi yang dialami orang dalam tidur, seakan-akan aku masuk rumah yang sangat bagus kemudian aku memasuki taman itu. Pemandangan yang sangat indah ini membuatku selalu teringat. Ketika aku sedang berada di taman, ada seorang laki-laki bersandar di sebuah dipan yang terbuat dari emas dan di sekelilingnya banyak pelayan yang memegang bejana. Aku benar-benar terkagum melihat keindahan ini, apalagi ketika ada yang memberitahukan bahwa laki-laki itu adalah Marwan al-Muhallimi. Seketika itu pula aku melompat ke arahnya lalu duduk di atas dipannya. Ketika aku bangun tidur, aku melihat jenazah Marwan sedang diantar ke pemakaman lewat depan rumahku, tepat pada saat itu juga."

Telah diriwayatkan dalam as-Sunnah Nabawi secara jelas tentang ruh-ruh yang saling bertemu dan saling mengenal. lbnu Abid Dunya berkata, "Muhammad bin Abdullah bin Bazigh telah menceritakan kepadaku, Fudhail bin Sulaiman an­ Numairi telah mengabarkan kepadaku, Yahya bin Abdurrahman bin Abu Labibah telah menceritakan kepadaku, dari kakeknya, ia berkata: 'Ketika Bisyr bin Barra' bin Ma'rur meninggal dunia, tampak kegembiraan memancar dari wajah Ummu Bisyr, ia berkata: 'Wahai Rasulullah, ia senantiasa berharap agar meninggal dunia lebih dulu dari Bani Salamah. Lalu, apakah orang-orang yang sudah meninggal itu bisa saling mengenal sehingga aku dapat mengirimkan salam untuk Bisyr'?'

Rasulullah menjawab: 'Ya (bisa), demi diriku yang ada di genggaman-Nya, wahai Ummu Bisyr, sesungguhnya orang-orang yang sudah meninggal dunia itu saling mengenal sebagaimana burung-burung yang ada di pucuk pohon.'

Tidaklah seseorang dari Bani Salamah yang akan meninggal, kecuali Ummu Bisyr menemui orang itu dan berkata kepadanya: 'Wahai fulan, semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu.' Orang itu menjawab: 'Semoga kesejahteraan juga dilimpahkan kepadamu.' Lalu, Ummu Bisyr berkata: 'Sampaikanlah salamku kepada Bisyr'." lbnu Abu Dunya menyebutkan dari hadis Sufyan, dari Amr bin Dinar, dari Ubaid

bin Umair, ia berkata, "Para penghuni makam saling menunggu dan menanyakan kabar. Jika ada orang yang baru meninggal datang menemui mereka, mereka bertanya kepadanya: 'Apa yang telah dilakukan fulan?'

Orang yang baru meninggal berkata: 'Ia melakukan kebaikan.' Mereka bertanya: 'Apa yang telah dilakukan fulan?'

Orang yang baru meninggal berkata: 'Ia melakukan kebaikan.' Mereka bertanya: 'Apa yang dilakukan fulan?'

Orang yang baru meninggal itu balik bertanya: 'Apakah kalian belum mendengar kabamya, atau ia belum menemui kalian?'

Mereka menjawab: 'Belum.' Maka, orang yang baru meninggal itu pun berkata: 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Ia telah menempuh jalan selain jalan yang kita tempuh'."

Shalih al-Murri berkata, "Telah sampai kabar kepadaku bahwa ruh-ruh itu bisa saling bertemu setelah meninggal dunia. Ruh-ruh yang lebih dahulu meninggal bertanya kepada ruh yang mendatangi mereka, "Bagaimana tempat kembalimu? Di tubuh seperti apakah dulu engkau berada, di tu.huh yang baik ataukah yang buruk?" Maka ruh yang ditanya itu pun menangis dengan sekeras-kerasnya.

Ubaid bin Umair berkata, "Jika ada orang yang meninggal dunia, ruhnya akan disambut oleh ruh-ruh yang lebih dahulu meninggal. Mereka meminta kabar darinya sebagaimana rombongan yang baru datang dari perjalanan yang dimintai kabar: 'Apa yang dilakukan fulan? Apa yang dilakukan fulan?' Jika ruh itu menjawab: 'Ia telah meninggal dunia,' tetapi ruh itu tidak datang menemui mereka, mereka berkata: 'Ia dibawa pergi ke induk Neraka Jahanam'."

Said bin Musayyib berkata, "Apabila seseorang meninggal dunia, orang tuanya (keluarganya) menyambut kedatangannya sebagaimana orang hilang (pergi sekian lama) yang disambut ketika datang."

Ubaid bin Umair juga berkata, "Sekiranya aku putus asa untuk bisa bertemu keluargaku yang sudah meninggal dunia, aku pun jadi murung sendiri."

Mu'awiyah bin Yahya menyebutkan dari Abdullah bin Salamah bahwa Abu Ruhm al-Masma'8i telah menceritakan kepadanya, Nabi bersabda, "Apabila jiwa seorang mukmin dicabut, ia akan disambut orang-orang yang mendapat rahmat Allah sebagaimana orang yang akan memberitakan kabar gembira disambut di dunia lalu mereka berkata: 'Lihatlah saudara kalian agar ia beristirahat karena ia dalam kesusahan.' Maka mereka pun bertanya kepadanya: 'Apa yang dilakukan fulan dan apa yang dilakukan fulanah? Apakah fulanah sudah menikah?' Jika mereka bertanya kepadanya tentang seseorang yang mati sebelumnya lalu yang ditanya menjawab: 'Ia sudah meninggal sebelumku,' mereka berkata: 'Inna lillahi wa inna Ilaihi raji'un. Rupanya ia pergi ke induk Neraka Jahannam. Induknya menjadi buruk, begitu pula yang masuk di dalamnya'."

Telah disebutkan sebelumnya hadis Yahya bin Bustham: "Misma' telah meriwayatkan kepadaku, salah seorang kerabat Ashim al-Jahdari telah meriwayatkan kepadaku, ia berkata: 'Aku mimpi bertemu al-Jahdari setelah dua tahun ia meninggal dunia. Dalam mimpi itu aku bertanya: 'Bukankah engkau sudah meninggal dunia lebih dulu?'

Ia menjawab: 'Ya, benar.'

Aku bertanya: 'Dimana engkau berada?'

Ia menjawab: 'Demi Allah, aku berada di salah satu taman surga. Aku bersama dengan sekelompok temanku. Kami berkumpul pada setiap malam Jumat dan pagi harinya lalu kami sama-sama menghadap Bakar bin Abdullah al-Muzani untuk mencari kabar tentang kalian.'

Aku bertanya lagi: 'Apakah itu jasad kalian ataukah ruh kalian?

Ia menjawab: 'Sangat tidak mungkin jasad kami. Jasad telah hancur. Hanya ruh-ruh bisa yang saling bertemu'."

0 Comment